Dinda pernah tidur hanya dalam waktu satu menit. Begitu bangun, kepalanya sakit bukan main dan ada rasa tak nyaman tertinggal di dadanya. Dan itu yang tengah dirinya rasakan sekarang.
Semalam, pembicaraan mereka berakhir di sana karena Dinda langsung meninggalkan Riza begitu saja menuju ranjang. Perempuan itu langsung mengintropeksi dirinya sendiri perihal yang terjadi hari ini. Tentang Riza, juga berita yang dibawakan Rani sampai pagi hari setelahnya.
Kemudian Dinda tahu saat Riza pergi pagi harinya karena memang lelaki itu ricuh mencari dasi dan kaos kaki. Hingga Dinda yang malas pun harus berdiri dan mencarikan serta memasangkan dasi itu di leher Riza layaknya pasangan romantis padahal tidak sama sekali. Kalau tidak bangun kesiangan, Riza juga bisa menggunakannya sendiri.
Dan setelahnya Dinda tertidur lelap dari pukul sembilan pagi hingga empat sore karena malamnya bisa dihitung tidak tidur, ketenangannya kembali diusik oleh suara grasak-grusuk dalam kamar.
"HP saya mana?"
Suara itu. Butuh waktu bagi Dinda untuk menyesuaikan nyawanya, membaca keadaan. Definisi suami kejam. Istri masih tertidur lelap malah sengaja membuat keributan.
Riza yang semula mengamati ranjang langsung pergi ke pantry, putar balik ke sofa dan kembali lagi menghampiri Dinda. "Hape saya mana?" tanyanya untuk yang kesekian kali, wajahnya nampak kesal, kalau handphonenya tidak ketemu juga pasti akan marah sendiri karena lupa meletakkannya. Yang lupa siapa, yang ditanyai siapa, yang dimarahi siapa. Dasar.
"Kan kamu yang bawa." Jawab Dinda seadanya setelah nyawanya genap.
"Tidak ada."
"Mungkin ketinggalan. Habis dari mana?"
Tau apa jawabannya? Lelaki itu langsung pergi setelah meraih kunci mobil entah milik siapa. Riza memang anti disupiri kalau betul-betul tidak teler. Menurutnya, dia masih sehat berbadan lengkap dan tidak perlu supir. Mau bolak-balik Kuningan ke Seotta ataupun Halim juga dia lebih suka naik mobil sendiri. Kecuali tambahan di waktu-waktu tertentu untuk memudahkan urusannya, dia baru mau.
Tak memedulikan Riza yang pergi, Dinda meraih handphone, kembali tiduran, lantas selancar di Instagram, sesekali tertawa saat ada muncul video lucu. Dan ternyata dia baru sadar kalau sedari jam 10 pagi tadi, Riza mengirim pesan.
Riza Sidharta
Save my packet.
Yup, itu paket makanan. Meskipun di hotel ada makanan seenak apapun, dia juga bisa meminta pelayan hotel untuk mengantarkan makanan yang diinginkannya, Riza tidak akan mau memakannya kalau memang tidak mau.
Mulanya Dinda hanya menaruh paket itu ke pantry. Melihat sebentar kartu alamat yang berada di sana, kemudian kembali ke ranjang, geluntungan tidak jelas seraya main ponsel, padahal belum mandi sejak pagi. Tapi yang namanya dari lahir sudah cantik, mau tidak mandi seharian pun tetap terlihat cantik.
Sadar karena tubuhnya lengket bukan main, Dinda memutuskan bersih-bersih. Sempat terpeleset juga saat di kamar mandi. Entah apa yang dilihat sampai tidak hati-hati seperti itu. Untung kamar mandinya luas, hanya pantatnya yang menghantam lantai, bagian tubuhnya yang lain masih aman. Atau dia saja yang tidak sadar dengan luka yang lain.
Sayangnya, samar-samar terdengar handphonenya berdering terdengar sampai kamar mandi. Buru-buru Dinda menyelesaikan ritual mandinya dan setelah itu keluar hanya memakai kimono dengan rambut basah digelung asal dengan handuk kecil. Tangannya terulur untuk mengambil handphone di nakas.
Dewa Nagara is Calling
"Hal-"
"Din, Riza ada sama lo, kan? Venue tempat Riza meeting kebakaran. Di jadwal cuma dikasih satu jam, tapi bisa molor. Dari tadi gue hubungin nggak bisa. Hana juga nggak bisa ngabarin koleganya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Went Gone
RomanceALUR LAMBAT, TIDAK JELAS, BERTELE-TELE. SO, JANGAN DIBACA [SEQUEL OF HUMAN DISEASE] You are going to live as long as you can. So, let's live a thousand years again. *** Any similarities of characters, times, places and events, unintentional. Image...