Langit gelap, awan pun kelabu, hingga semuanya terasa semakin abu-abu. Ketika lelaki itu masih terpejam damai di peraduannya, berpelukan dengan putri sang ratu.
Pernah mendengar seorang adik laki-laki dari kakak perempuannya yang mendadak jadi baby sister anaknya? Mungkin seperti itulah yang terjadi pada Riza. Hanya saja, sepertinya orang-orang harus memiliki kakak dulu yang melahirkan baru akan merasakan menjadi baby sister dadakan dari keponakannya sendiri itu seperti apa dan bagaimana rasanya. Selalu seperti itu.
Apa salah jika memanggil keponakannya sendiri sebagai putri yang sudah seperti anaknya sendiri? Tidak ada yang salah. Entah kenapa dipersoalkan. Bahkan darah Milli bercampur dengan Riza. Kalaupun suatu hari nanti Riza memilki seorang anak, tidak akan ada yang mempersoalkan jika anak itu nantinya memanggil Milli sebagai mami, begitupun Zaki sebagai papi. Tidak ada salahnya. Memang apanya yang salah? Bahkan dari sudut pandang Dinda sendiri, yang dipermasalahkan perempuan itu adalah ketika Irish memanggil Hana mama, meksipun ada hal lain juga yang sudah jelas salahnya apa.
Baiklah, tidak ada gunanya juga membahas. Riza juga tidak akan peduli. Apalagi Dinda yang biasa saja. Karena itu, Hana yang memandang jam sudah menunjukkan setengah delapan bingung sendiri. Dia tidak enak membangunkan Riza tapi lelaki itu sudah berpesan kalau semisal ketiduran minta tolong dibangunkan karena ada acara.
Sebagai sekretaris atau bisa dibilang sudah bersama Riza sejak setengah tahun setelah Mitha berpulang, Hana sudah hafal betul dengan semua kebiasaan lelaki ini.
Riza bukanlah orang yang suka tidur. Hingga seakan-akan, tidur adalah musuh bebuyutannya-musuh terbesarnya. Namun jika di waktu-waktu tertentu dia sampai tertidur seperti siang hari, atau seperti sekarang-saat malam belum larut, Hana tahu. Lelaki ini pasti kelelahan sekali atau bahkan sebagai indikasi akan jatuh sakit. Dia tidak berhenti bekerja sejak Dinda pergi dari apartemen. Bukan karena sok dengan menyibukkan dirinya sendiri untuk melupakan Dinda. Bukan! Memang dasarnya pekerjaannya sebanyak itu. Tekanan demi tekanan harus dia terima karena berani menyakiti adik tercinta dari pemegang saham tertinggi keluarga Adinata.
Padahal Dinda sudah berpesan pada Aldi, jangan menganggu Riza. Tapi sepertinya, iya yang Aldi katakan hanya sebatas di bibir saja. Dengan jaringan besar yang lelaki itu punya, dia tekan Royal dari berbagai penjuru. Jelas Riza yang sebagai tonggak utama dibuat pusing bukan kepalang meskipun perlindungan yang lelaki itu miliki tidak main-main. Hanya saja, Riza memang harus mengalah, Aldi bukan lah tandingannya. Mungkin Aldi sedang menguji kesabarannya. Tak apa, kita lihat siapa yang bertahan.
Kesalahan yang dilakukannya begitu fatal hingga semua orang yang ingin menjatuhkannya sedari dulu-menyerangnya secara bersamaan. Menghantamnya dari segala penjuru.
Ketika Royal yang awalnya didukung penuh oleh Adinata, kini tidak lagi. Tapi itu bukanlah masalah serius. Harahap finance dan Abraham Development Tbk saja sudah lebih-lebih menyokong Riza tetap berdiri tegak di singgasananya. Belum lagi perusahaan lain. Cukup mudah bagi Riza balik membumiratakan Adinata. Hanya saja, dia belum sampai sekejam itu menjadi manusia.
Royal memang perusahaan raksasa, tapi ingatkah pepatah kalau di atas langit masih ada di langit?
Ya. Di sana poinnya. Buasnya politik perusahaan tak kalah mengerikan dengan politik pemerintahan. Penguasa saling senggol satu sama lain adalah hal yang biasa, bahkan sudah seperti makanan sehari-hari. Jangankan serangan dari luar, dari dalam saja sudah tidak terhitung jumlahnya.
Riza masih bisa berdiri tegak sampai sekarang karena memang sikap lelaki itu yang keras. Dia anti dinego apalagi bujuk rayu. Hingga rivalnya memberinya julukan si kepala batu. Riza tidak masalah, memang itulah faktanya. Memang orang-orang mau apa? Orang lain bermain halus, Riza bisa lebih halus. Orang bermain kasar, Riza bisa lebih kasar. Dia bersikap tergantung bagaimana orang lain bersikap kepadanya. Sesederhana itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Went Gone
RomanceALUR LAMBAT, TIDAK JELAS, BERTELE-TELE. SO, JANGAN DIBACA [SEQUEL OF HUMAN DISEASE] You are going to live as long as you can. So, let's live a thousand years again. *** Any similarities of characters, times, places and events, unintentional. Image...