56. The Way of Life

1.7K 126 9
                                    

Hai guys, ini nanti ada part dimana mereka bahas persoalan agama.

Bagi saya pribadi, bahas agama antar suami istri itu hal yang lumrah dan sangat penting, dasar, fundamental. Jadi saya angkat ceritanya di sini.

Terus karena basicnya Dinda emang ada inner child, jadi sekalian dibahas di sini ya.

Apabila memang ada yang merasa tidak setuju dengan pernyataan yang ada di sini nanti, silakan diluruskan jika memang ada yang salah atau kurang tepat. Di sini belajar sama-sama.

Jujur, saya sedikitpun tidak pantas membahas persolan agama karena saya ini faqir ilmu. Hanya saja, saya ingin sedikit menyampaikan ilmu yang saya dapat dari guru-guru saya yang mana semoga Beliau sekalian meridhoi saya sebagai muridnya.

***

Jam tiga pagi. Dinda terjaga dengan perasaan yang terasa hampa. Kata Riza, kalau terbangun dini hari, itu artinya Tuhan rindu kepada hamba-Nya.

Namun, jujur, seumur-umur, Dinda tidak pernah yang namanya solat Tahajud. Bisa 5 waktu dalam 24 jam tanpa telat saja dia sudah sangat bersyukur sekali.

Perempuan itu terbangun bukan tanpa alasan, melainkan mendengar suara. Ya memang sudah garis takdirnya juga Dinda terbangun di waktu ini. Karena tidak ada yang namanya kebetulan dalam hidup, semuanya sudah diatur.

Dia mendapati Riza tengah berbicara dengan Irish di antara reredupan cahaya. Posisinya duduk selonjoran santai dengan Irish di pangkuan. Kalau masalah mematikan lampu saat tidur, Riza dan Dinda satu kebiasaan. Mereka malah kesulitan tidur kalau lampunya menyala, silau. Karenanya dimatikan.

Dalam hati, Dinda membatin, "ngapain deh itu Bapak sama anak cewek?"

Tapi di sisi lain, Dinda jadi rindu dengan papanya. Dulu, dia juga suka terbangun dini dari dan ditemani sang papa. Diajak bicara ngalor-ngidul. Malah dulu suka keluar rumah, di beranda, mendengarkan suara burung hantu.

Karena itu, Dinda mendengarkan mereka membicarakan apa. Sudah terlanjur bangun juga. Sulit kalau mau tidur lagi.

Namun, didengar-dengarkan, Dinda jadi malu.

Bagaimana tidak? Irish sedang mengaji, disimak olak suaminya. Gadis itu membaca surat An Naba'.

Masalahnya, diumur Dinda yang sekarang, dengan akal yang sudah diberikan Tuhan sedemikian nikmatnya, dia kalau solat suka baca surat qulhu, alias Surat Al Ikhlas.

Tapi kata Riza yang mendengar dari gurunya ketika di pondok dulu, ada sebuah cerita yang mana, pada zaman Nabi dulu ada sahabat yang solat kalau mengimami pakai surat qulhu. Rekaat pertama, rekaat kedua, pokoknya selalu pakai qulhu. Sampai yang diimami jenuh dan mengadu ke Nabi.

Nabi pun memanggil sahabatnya dan menanyai perihal aduan tersebut. Dan ketika ditanya kenapa suka membaca surat Al Ikhlas, alasannya karena Surat Al-Ikhlas adalah benar-benar surat yang menerangkan tentang keesaan Allah, jadi Beliau suka.

Dan Nabi Muhammad pun menyampaikan berita dari perantara Malaikat Jibril as kepada sahabatnya itu bahwa Allah juga menyukainya.

Jadi, biarpun Dinda kalau solat munfarid (sendiri) selalu baca qulhu, dia tetap semangat menjalani ibadahnya. Namun, dia juga diminta untuk mempelajari secara menyeluruh oleh Riza. Karena ilmu itu luas. Dan dipantau juga belajarnya. Dengan kyai siapa, membahas apa saja. Pokoknya kalau sudah menyangkut agama, dipantau terus, meminimalisir jangan sampai istrinya salah pengajian. Karena Riza pribadi memiliki pandangan bahwa, "lebih baik salah pergaulan daripada salah pengajian" ya walaupun kalau diminta untuk memilih dia tidak akan memilih salah satunya.

Sebenarnya, Dinda bisa baca surat lain. Hanya saja, langsung refleks baca surat Al Ikhlas. Namun, tidak melulu dia membaca surat qulhu.

Hingga, suara merdu gadis kecil itu terhenti dengan sendirinya, berganti dengan keheningan, hanya tersisa suara pendingin ruangan yang terdengar halus.

Go Went GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang