Happy Reading
Rasanya begitu sakit ketika orang yang kita cinta ada di dekat kita tetapi tak bisa tergapai. Aku tahu masih ada cinta yang kuat dikedua bola matanya. Cinta yang kini tertutup awan mendung kekecewaan.
"Mbak terakhir makan kapan?" tanya dokter yang sedang memeriksa diriku.
"Lupa dok," jawabku dengan pandangan kosong.
Dokter tersebut lalu berbincang dengan Navya yang sedari tadi menungguiku. Setelahnya Navya mendekatiku.
"Kamu kenapa? Lagi ada masalah sama Mas Rendra?" tanyanya.
Aku menggeleng. Tak mungkin juga aku cerita masalah yang begitu sensitif ini.
"Mas Rendra mana?" tanyaku.
"Di luar, aku panggilkan ya," jawabnya.
Aku mengangguk lemas. Tubuhku benar-benar lemah sekarang. Perutku juga masih terasa sakit.
Mas Rendra tiba-tiba masuk dan duduk di kursi samping ranjang. Raut wajahnya tak bisa aku artikan. Kami layaknya dua musuh yang sedang berhadapan.
"Mas,"
"Reyn,"
Dia terlihat salah tingkah sedang aku masih dengan pandangan kosong seolah sedang menerawang apa yang terjadi akhir-akhir ini.
Kita sama-sama diam dan aku memilih untuk memulai pembicaraan.
"Aku tahu kamu kecewa banget sama aku. Aku minta maaf belum bisa jadi yang terbaik. Aku masih punya banyak kekurangan. Jadi, kalau kamu mau membatalkan pernikahan kita, aku nggak masalah. Silahkan kalau itu yang terbaik menurutmu," ujarku sambil menangis.
Mas Rendra menatap ke segala arah sambil berkaca-kaca. Aku pasrah keputusan apa yang akan dia ambil nanti.
"Orang tua kamu bagaimana?" tanyanya pelan.
Aku memang ingin membahagiakan Ayah dan Mama. Tetapi kalau pernikahan ini digelar karena terpaksa, lebih baik aku mundur.
"Kamu nggak perlu pikirin itu. Aku akan mengurus orang tuaku. Anggap saja aku yang tiba-tiba membatalkan semuanya," balasku.
"Terserah," ujarnya sambil berlalu pergi.
Jawaban itu sebenarnya masih ambigu untukku. Dia tidak menyetujui maupun menolaknya.
Tak berselang lama Navya masuk. Dia membawakan makanan dan minuman.
"Mas Rendra kemana Reyn?" tanyanya.
Aku berusaha baik-baik saja, "Keluar sebentar. Nanti kesini lagi kok. Kalau kamu mau pulang, pulang aja Nav," ujarku.
"Aku akan pulang kalau Mas Rendra ada disini. Aku nggak mau ninggalin kamu sendiri Reyn," balas Navya.
Aku sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Navya. Tapi untuk masalah saat ini, aku tak mau membaginya ke siapapun. Ini aib aku dan tak pantas kalau diumbar-umbar.
***
Dua hari yang sangat hampa. Aku memang masih di rumah sakit dan ditemani sahabat sekaligus calon saudaraku, kalau jadi hehehe.
"Kapan pulang Nav? Aku bosen disini terus," keluhku.
"Besok Reyn. Oh ya Reyn besok aku ada acara di kantor, maaf banget nggak bisa anter kamu pulang. Entar aku kabari Mas Rendra biar dia jemput kamu," ujarnya.
"Iya terserah kamu gimana baiknya," balasku.
Selama dua hari ini pula tak kelihatan batang hidung laki-laki itu. Entah kemana dia. Atau dia memang menyetujui pembatalan itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Reyren (Completed)
ChickLitCinta, Kepercayaan, dan Pengorbanan Orang kalau sudah cinta dan percaya kepada pasangannya, akan melakukan pengorbanan apapun itu tanpa peduli kalau hal itu bisa saja menyakiti dirinya sendiri. Cinta, kepercayaan, dan pengorbanan adalah suatu hal...