42. Bahagia Bersamamu

336 13 0
                                    

Happy Reading

Bahagiaku bersamamu
Senang bila dekat denganmu
Kamu mahluk yang aku tuju
Yang lainnya ku tidak mau

"Ya iyalah awas aja kalau masih mau sama yang lain,"

Aku tertawa. Entah mengapa akhir-akhir ini aku senang sekali menjaili suamiku. Entah dengan candaan lagu atau celetukan-celetukan yang lain.

"Yakin aku cuma mau sama kamu?" tanyaku sok serius.

Wajah Mas Rendra berubah menjadi sangat serius, "Kamu mau ninggalin aku?" tanyanya sangat polos.

"Ya kalau kamu melakukan kesalahan yang sama.....," ujarku.

"Itu nggak akan terjadi Reyn. Percaya sama aku," potongnya.

Kayaknya menjailinya lagi seru nih. Hehehehe

"Tapi kita kan nggak tahu apa yang akan terjadi kedepannya," ujarku.

Mas Rendra memegang tanganku dengan erat, "Bodoh banget kalau aku sampai melakukan kesalahan yang sama," balasnya.

"Dulu waktu kamu berselisih dengan Mas Fajar, kamu juga bilang gitu. Tapi nyatanya kamu melakukan kesalahan yang bisa dibilang fatal," celetukku.

"Aku tahu kamu belum sepenuhnya percaya sama aku. Apa yang harus aku lakukan buat merebut kepercayaanmu lagi?" tanyanya serius.

Duhhh kok jadi gini sih? Niatku kan cuma ngisengin dia. Kok malah jadi melow gini sih?

"Izinkan aku ikut dan tinggal denganmu. Kemana pun kamu pergi," ujarku sambil memegang tangannya.

Mas Rendra tersenyum, "Terus Ayah sama Mama Fifi gimana? Kamu mau ninggalin mereka?" tanyanya.

"Mereka pasti ngerti kok. Bukannya seorang istri harus mengikuti kemana pun suaminya membawanya?" tanyaku balik.

"Mas Bayu? Aku pengen minta maaf lagi sama dia," ujarnya.

"Harus banget sekarang? Tunggu sampai kamu pulih dulu gimana? Aku masih trauma lihat kamu dihajar habis-habisan sama dia," jawabku.

Mas Rendra memegang pipiku, "Maaf udah buat kamu trauma. Niatku dulu cuma mau minta maaf sama kalian serta menjemput kamu dan Ajeng," ujarnya.

Tanpa terasa aku meneteskan air mata, "Aku tahu maksud dan tujuan kamu baik. Aku cuma nggak nyangka aja Mas Bayu setega itu sama kamu. Kamu juga, kenapa dari awal nggak melawan?" omelku.

Mas Rendra terkekeh, "Kalaupun aku melawan, tenagaku sudah pasti kalah sayang," balasnya.

Entah mengapa kata sayang selalu memberi efek salah tingkah. Padahal sudah dari pacaran dia memanggilku dengan sebutan itu.

"Pipi kamu merah? Kamu pakai blush on ya? Tumben amat," ledeknya.

Ku tatap Mas Rendra dengan garang, "Kalau kamu sehat, udah aku gebukin kamu bilang kayak gitu," ujarku setengah mengancam.

Mas Rendra tertawa, "Kapan aku pulang sih Reyn? Aku udah kangen banget sama Ajeng," ujarnya.

"Ohhh kangennya cuma sama Ajeng?" tanyaku pura-pura ngambek.

Reyren (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang