Happy Reading
Rintik hujan yang dijatuhkan langit ke bumi memberi kesan yang berbeda bagi setiap orang. Hujan yang datang tanpa aba-aba seolah mengerti apa yang aku rasakan saat ini. Rindu yang tak menentu ritmenya, juga perasaan yang tak dapat dijelaskan oleh kata-kata.
Saat ini hanya ada satu nama yang berhasil membuatku meneteskan air mata bersamaan dengan rintikan hujan yang kian mereda. Dia yang membuatku merasakan kerinduan yang sangat hebat. Sedang apa dia disana? Apakah dia juga memikirkanku seperti aku yang memikirkannya setiap saat?
Krukk krukkk
Asyik memandang hujan dari teras kos membuat perutku bunyi. Aku beranjak mengambil uang dan keluar kos untuk membeli makanan. Beberapa hari belakangan ini memang pola makanku berantakan. Bagaimana bisa berselera makan saat perasaan saja tak karuan rasanya.
Beberapa langkah dari kos, aku merasa ada seseorang yang sedang mengawasi serta mengikutiku dari belakang. Hari memang sudah malam. Bukan hantu yang aku takuti, tapi was-was jika ada orang yang berniat jahat kepadaku. Ku langkahkan kakiku semakin cepat.
"Kenapa jalannya sepi banget?" batinku.
Tiba-tiba........
***
Kepalaku pusing dan kenapa ini gelap? Apakah mati lampu?
Ku coba menggerakkan tangan dan kakiku tetapi tidak bisa. Seperti ada yang mengikatnya. Bersuara pun aku tidak bisa. Apa yang terjadi denganku? Apa aku diculik lagi?
Beberapa saat aku mencoba merasakan apa yang ada di sekitarku. Ya, aku diculik. Pasti orang itu yang lagi-lagi menculikku. Apa sih maunya?
Ada langkah kaki yang mendekat ke arahku dan saat ini tepat berada di depan wajahku. Aku mencoba tetap tenang meski feelingku mengatakan dia yang melakukan ini semua.
Dia membuka penutup mataku, "Sepertinya tadi sudah bergerak," gumamnya. Aku memang pura-pura belum sadar.
Dia terus membelai rambutku. Jujur rasanya sangat risih.
"Reynara Laksita Cahyaningrum, harus berapa kali aku bilang kalau aku nggak bisa kamu bodohi? Sekarang lebih baik kamu bangun karena aku tahu kamu sudah sadar," ujarnya.
Mau tak mau aku membuka mata dan langsung menatap tajam matanya. Dia tersenyum dan membenarkan posisi duduknya. Hal pertama yang aku lihat adalah pakaian dan bersyukur aku masih memakai piyama yang aku pakai tadi.
"Kenapa? Kamu takut aku lucuti pakaianmu lagi?" tanyanya sambil terekekeh.
Kali ini aku lebih tenang dan tidak berusaha berontak. Aku ingin menyadarkannya dengan cara yang halus. Aku tahu dia masih mempunyai sisi kemanusiaan.
Dia membuka lakban hitam yang menempel di mulutku, "Silahkan kalau mau bicara? Aku cuma mau kasih tahu kalau ini bukan hotel dan maaf cuma tikar kecil yang bisa melindungimu dari dinginnya lantai ini," ujarnya.
Tempat ini memang seperti ruangan kosong di suatu rumah. Aku masih belum bersuara.
"Kamu lapar? Oke aku akan ambil makanan untuk calon istriku ini," ujarnya.
"Jangan mimpi. Apa mau kamu?" balasku.
Dia terus menatapku intens, "Aku mau kamu," balasnya.
Pasti kalian bertanya-tanya siapa "dia" yang aku maksud. Panji Pramana. Ya, laki-laki brengsek yang berusaha menghancurkan kehidupanku.
"Sampai kapanpun keinginanmu itu nggak akan terpenuhi," ujarku tegas.
"Kamu itu udah kotor Reyn. Rendra menikah denganmu hanya karena perjanjian tolol yang kalian buat. Kamu mungkin bisa memiliki raganya, tapi apakah hatinya bisa kamu rebut kembali?" balasnya frustasi dan emosi. Kemudian dia menindihkan tubuhnya di atas tubuhku sambil membelai wajahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reyren (Completed)
ChickLitCinta, Kepercayaan, dan Pengorbanan Orang kalau sudah cinta dan percaya kepada pasangannya, akan melakukan pengorbanan apapun itu tanpa peduli kalau hal itu bisa saja menyakiti dirinya sendiri. Cinta, kepercayaan, dan pengorbanan adalah suatu hal...