7. Antara Bersyukur dan Hancur

353 16 0
                                    

Aku hanya berharap keajaiban datang dan menolongku

Reynaranya Narendra

Happy Reading

"Mari kita lakukan apa yang dituduhkan Rendra kepadamu tadi,"

Kalimat yang diucapkan sangat pelan atau bisa dikatakan berbisik, namun efeknya begitu besar untukku. Bagaimana tidak, sekarang aku benar-benar tidak berdaya.

"Gila kamu. Lepasin aku atau aku akan teriak," ancamku.

Panji tersenyum miring, "Kamu mencoba mengancamku?" tanyanya sambil mendekatkan bibirnya ke leherku.

Jujur aku sangat takut saat ini, tapi aku juga nggak boleh memperlihatkan ketakutan itu. Bisa-bisa dia benar-benar nekad melakukan hal tidak senonoh.

"Panji, aku mohon. Lepaskan aku dan biarkan aku mengejar orang yang aku cintai. Aku mohon," ujarku pelan.

Panji sedikit menjauhkan wajahnya namun tetap duduk di pahaku. Dia menatapku intens. Entah apa arti dari tatapan itu.

"Rendra udah buang kamu Reyn. Dia udah nggak peduli sama kamu. Daripada kamu cuma dituduh selingkuh dan tidur dengan laki-laki lain, lebih baik kita benar-benar melakukan," balas Panji sambil menurunkan sehelai tali baju yang ku pakai.

Aku hanya berusaha menghindar karena tanganku masih terikat.

"Aku mohon lepaskan aku, di luar sana masih banyak perempuan yang lebih sempurna daripada aku," pintaku.

"Nggak!! Aku cuma cinta sama kamu, ayo kita lakukan lagi," ujarnya.

Panji terus mendekatkan bibirnya ke bibirku. Dan saat itu bertepatan dengan pintu kamar yang terbuka.

"Mas Rendra," panggilku sambil terus menghindar dari ciuman laki-laki brengsek itu. Panji pun ikut menoleh.

Tatapan Mas Rendra tidak dapat aku artikan. Entah tatapan kecewa, marah, atau apapun itu.

"Aku cuma mau ambil handphone yang ketinggalan," ujarnya sambil mengambil handphone yang ada di meja.

"Mas Rendra, aku bisa jelaskan. Aku nggak melakukan apa-apa. Kamu bisa lihat tanganku terikat, aku nggak bisa berbuat banyak. Dia mau menghancurkan hubungan kita," ujarku.

Mas Rendra masih terdiam dan membelakangiku. Kemudian dia menoleh ke arah tanganku. Semoga saja dia percaya kalau aku dijebak oleh Panji brengsek.

"Kata siapa kamu nggak melakukan apa-apa? Kamu lupa tadi kamu yang minta tambah? Tangan kamu terikat juga keinginanmu sendiri kan? Reyn, jangan memutar balikkan fakta dong. Kita sama-sama menikmati lho tadi," ujar Panji.

Astagfirullah, aku sama sekali tidak mengatakan semua itu. Teganya dia melakukan ini sama aku.

"Semua fitnah Mas. Jangan percaya sama laki-laki brengsek ini. Tolong aku Mas Rendra, bawa aku pergi dari sini," pintaku kepada Mas Rendra.

Mas Rendra masih diam dan aku bingung harus bagaimana. Air mataku lolos terjun bebas di pipi.

Panji mendekat ke arah Mas Rendra, "Kamu percaya sama perempuan yang udah menduakan kamu apalagi sampai di kamar hotel seperti ini? Kalau aku sih udah aku buang jauh-jauh, daripada hidupku penuh kesialan,"

Aku sudah tidak kuat menahan semua ini. Aku hanya berharap keajaiban datang dan menolongku. Tapi harapan tinggallah harapan karena laki-laki yang ku sebut calon suami sekarang pergi dan tak memperdulikanku lagi.

"Mas Rendraaaaaaa," teriakku.

Tiba-tiba Panji duduk di pahaku lagi dan membekap mulutku dengan tangannya. Aku masih terus menangis dan pasrah dengan apa yang akan terjadi kedepannya.

Reyren (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang