Memang hanya di samping Mas Rendra tempatku untuk pulang dan menetap dan hanya dia yang mampu memberikan ketenangan sekaligus kegelisahan
Happy Reading
Hari berganti hari hingga tak terasa satu minggu telah berlalu. Rasa cemas dan gelisah itu semakin menjadi dan tak karuan. Rasa yang tak pernah terbayangkan sebelumnya olehku. Dimana aku pergi meninggalkan ruma tanpa izin Mas Rendra yang masih sah menjadi suamiku. Biasanya kemanapun aku pergi, aku selalu mengabarinya meski pesanku hanya ia baca dan tak pernah dibalas.
Mas Rendra menyebut dirinya belum bisa menjadi suami yang baik, lantas apa jadinya aku? Apa aku sudah menjadi istri yang baik untuknya kalau aku saja memilih kabur begitu saja dari rumah dan membawa masalah yang seharusnya aku selesaikan dengannya.
"Sayang, Papa kamu lagi ngapain ya disana?" tanyaku seolah Ajeng sudah mengerti apa yang aku katakan. Saat ini memang hanya ada aku dan Ajeng di kamar.
Ku tatap wajah Ajeng dengan seksama. Wajahnya hampir sepenuhnya mirip Mas Rendra, aku hanya kebagian alisnya saja. Hahahaaha.
"Kenapa kamu sempat meragukan malaikat kecil kita Mas? Padahal apa yang ada di diri Ajeng semuanya mirip kamu kecuali alisnya lebih tipis dan hanya itu yang mirip denganku. Cara dia tidur pun sama dengan gaya tidurmu Mas," ujarku yang tak terasa meneteskan air mata.
Entah mengapa aku jadi ingin menelepon Alma. Sedang apa dia ya? Terakhir aku chatingan sama dia yaitu satu minggu yang lalu saat aku memintanya untuk menengok kakaknya. Aku memang sedikit khawatir kalau Mas Rendra melakukan hal aneh-aneh setelah aku pergi dari rumah. Setelah itu ia sama sekali tidak menghubungiku. Apa yanf terjadi disana?
"Assalamualaikum," sapaku setelah telepon terhubung.
"Waalaikumsalam Mbak. Maaf kemarin-kemarin nggak ngabari kamu. Tugasku lagi banyak banget apalagi udah mepet deadline. Jadi nggak sempat pegang hp buat hubungi Mbak Reyn. Tapi Mbak tenang aja, Mas Rendra baik-baik aja kok, dia nggak melakukan hal ekstrim," jelasnya tanpa aku tanya.
Aku tertawa, "Curhat buk?" candaku.
Di sana pun Alma juga ikut tertawa, "Maaf Mbak, tapi udah biasa kan dengerin curhatanku," candanya balik.
"Udah biasa banget malahan. Kapan-kapan kalau kita ketemu, aku siap deh dengerin curhatanmu lagi," ujarku berusaha mengkode Alma. Semoga ia peka. Hehehehe
"Mbak kasih kode ke aku nih ceritanya?" tanya Alma seolah tahu apa yang aku inginkan. Memang adik iparku itu mempunyai tingkat kepekaan yang tinggi.
"Enggak kok. Ya, nanti kalau kamu pulang ke Solo, kita ketemuan. Ajeng pasti senang ketemu tante cantiknya," elakku.
"Ajeng akan lebih senang ketemu papanya daripada aku Mbak,"
Benar juga apa yang dikatakan Alma. Tapi apa harus aku lagi yang menurunkan ego dan pulang ke Surabaya? Tapi itu artinya suamiku tidak perlu susah payah untuk memperjuangkanku dan Ajeng lagi. Biarlah dia yang memikirkan cara untukku kembali kesana. Jujur, aku lebih nyaman dan tenang saat tinggal di Surabaya daripada disini meski bersama kedua orangtuaku tapi hatiku gelisah terus. Memang hanya di samping Mas Rendra tempatku untuk pulang dan menetap dan hanya dia yang mampu memberikan ketenangan sekaligus kegelisahan.
"Mbak Reyn, papanya Ajeng mau lihat anaknya nih. Kita ganti video call ya," ujar Alma.
"Kamu lagi dimana sih?" tanyaku.
"Di rumah kalian. Ini kan hari Jumat, aku nggak ada kelas. Yaudah nengok papanya Ajeng aja. Kasihan dia udah kayak orang gila kalau sendirian. Rumah juga kayak kapal pecah," jawab Alma yang terkesan mengeluh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reyren (Completed)
ChickLitCinta, Kepercayaan, dan Pengorbanan Orang kalau sudah cinta dan percaya kepada pasangannya, akan melakukan pengorbanan apapun itu tanpa peduli kalau hal itu bisa saja menyakiti dirinya sendiri. Cinta, kepercayaan, dan pengorbanan adalah suatu hal...