39. Maaf dan Terimakasih

398 17 0
                                    

Harusnya kamu terimakasih sama Reyna karena udah mau bawa Rendra ke  rumah sakit




Happy Reading

Seorang ibu tidak akan mampu melihat anaknya kesakitan. Sekecil apapun sakitnya. Seperti saat Ajeng demam pun aku khawatirnya minta ampun padahal disitu bukan hanya ada aku, apalagi seorang ibu harus melihat anaknya berjuang untuk hidup di meja operasi.

Aku paham apa yang dirasakan Mama Rani sekarang. Melihat anaknya tak berdaya dan tergeletak di meja operasi yang mengerikan itu. Aku pun merasakan apa yang dirasakan mertuaku itu, rasa sakit yang dirasakan Mas Rendra aku juga ikut merasakannya.

Suamiku, belahan jiwaku sedang berjuang antara hidup dan mati. Sekali lagi hatiku dibuat hancur berkeping-keping olehnya. Mana ada seorang istri yang tahan melihat suaminya seperti itu.

Seandainya semua ini tak terjadi, Mama Rani tidak mungkin menamparku dengan sangat keras, apalagi tepat di pipi bekas tonjokan Mas Bayu tadi. Rasa sakitnya luar biasa tapi sebisa mungkin aku tahan. Mas Rendra lebih merasakan kesakitan daripada yang aku rasakan sekarang.

"Saya tahu kesalahan anak saya sama kamu itu sangat besar dan fatal. Tapi apa semua itu harus dibayar dengan nyawanya?" ujar Mama Rani. Aku tak mampu menjawabnya. Kata-kata Mama Rani memang membuatku sakit hati, tapi aku mencoba memposisikan diri di posisi Mama Rani. Mungkin aku akan berlaku sama dengan apa yang dilakukannya sekarang.

Aku masih terisak dan memegang pipiku.

"Ran....udah Ran. Semua ini ulah Bayu, bukan keinginan Reyna mengirim Rendra ke meja operasi. Aku minta maaf atas nama Bayu. Aku tahu seharusnya semua ini tidak terjadi. Aku juga kaget saat tahu Rendra sudah terkapar di gudang rumah. Aku mohon jangan salahkan Reyna," ujar Ayah yang membuatku semakin menangis sesenggukan.

Dengan mencoba menguatkan diri, aku melangkah maju dan berlutut di hadapan Mama Rani.

"Aku minta maaf Ma. Aku gagal jadi seorang istri. Harusnya aku nggak membiarkan semua ini terjadi. Aku lemah pada saat itu Ma. Aku nggak tahu lagi harus minta tolong sama siapa," ujarku lemah.

Mama Rani belum menjawab apa-apa. Aku tahu Mama mertuaku itu sangat menyayangiku. Hanya saja sekarang kondisinya berbeda. Anaknya masuk rumah sakit gara-gara kakakku.

"Ma, aku mohon maafkan aku. Aku juga kalut waktu itu. Andai saja Mas Rendra mengabariku dulu kalau mau ke rumah, aku bisa mencegahnya supaya nggak ketemu sama Mas Bayu," lanjutku.

"Ohhh jadi sekarang kamu nyalahin anak saya? Mau kamu apa sih Reyn?!!" gertak Mama Rani sambil melepaskan paksa tanganku yang sedari tadi memegang kakinya.

"RANI!!!" bentak Papa Alfian. Aku terkejut mendengar Papa mertuaku yang kelihatannya sangat marah.

"APA DENGAN SIKAP KAMU YANG SEPERTI INI RENDRA AKAN SENANG MELIHATNYA??!!" bentaknya lagi.

Aku langsung didekap Ayah. Aku takut Papa kelepasan sama Mama Rani.

"Yang ada dia akan marah sama kamu saat tahu kamu memperlakukan Reyna seperti tadi. Udahlah Ran, semua ini takdir yang harus dilalui Rendra. Bukan cuma kamu yang terpukul dengan kejadian ini. Aku, Reyna, Alma, semua terpukul. Kita sama-sama nggak tahu kronologi sebenarnya seperti apa. Jadi, aku mohon biarkan Reyna tenang dulu, baru kita tanya apa yang sebenarnya terjadi. Lagipula, daripada kamu marah-marah nggak jelas kayak gini, lebih baik kita doakan Rendra. Sekarang yang dia butuhkan cuma doa dari kita semua. Satu lagi, harusnya kamu terimakasih sama Reyna karena udah mau bawa Rendra ke  rumah sakit. Coba kalau nggak gimana nasib anak kita sekarang," ujar Papa menenangkan Mama Rani.

Reyren (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang