43. Rahasia

312 15 1
                                    

Happy Reading

Ibarat tanaman yang diberi pupuk dan disiram dengan rajin akan tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang indah. Begitupupa cinta, semakin sering kita memupuk kasih sayang dengan pasangan, cinta itu akan terus tumbuh dan bermekaran.

Dipupuk dengan kasih sayang yang tulus dan disiram dengan kepercayaan yang tiada henti. Meski seringkali kita melakukan pengorbanan untuk semua itu.

Cintaku yang sempat layu, kini berangsur-angsur mekar lagi. Mungkin badai akan datang lagi di waktu yang tak dapat diperkirakan, tapi aku percaya aku dan Mas Rendra mampu melewatinya.

"Sayang, makasih ya selama tiga minggu ini kamu udah mau aku buat repot. Harusnya kan kamu di rumah fokus jaga Ajeng. Tapi malah ngurusi aku yang nggak berdaya ini," ujar Mas Rendra.

Alhamdulillah setelah tiga minggu dirawat, akhirnya besok suamiku itu bisa pulang ke rumah. Meski tetap harus kontrol sampai satu bulan kedepan. Tapi tak apa, semua itu harus disyukuri bukan?

"Kamu ngomong apa sih Mas. Udah ah jangan merasa nggak enak gitu. Dulu waktu aku habis melahirkan juga kamu selalu stay di rumah sakit. Aku tahu kok dulu kamu selalu menyelinap masuk ke ruang rawatku buat memastikan aku dan Ajeng baik-baik aja. Di rumah, aku juga tahu kalau setiap malam kamu selalu tidur di depan pintu kamarku. Kamu pindah ke kamarmu kalau mau subuh. Iya kan? Ngaku aja," ujarku sambil terkekeh.

Sungguh mengingat perjuangan Mas Rendra dulu sebenarnya bikin ketawa. Sampai segitunya dia sampai tidur di lantai depan kamarku. Aku tahu karena pernah nggak sengaja lihat dia tidur disitu dan baru pindah sebelum adzan subuh berkumandang.

"Kok kamu tahu? Kamu kepoin aku ya?" tanyanya.

Aku tertawa, "Karena waktu kamu masuk ke ruang rawatku, aku selalu bangun Mas....ya cuma aku pura-pura tidur aja biar kamu nggak malu. Terus kalau di rumah aku pernah beberapa kali mergokin kamu tidur di lantai dengan kasur kecil. Emang apa sih tujuan kamu kayak gitu?" tanyaku penasaran. Udah lama aku mau menanyakan ini kepada Mas Rendra tapi mengingat hubungan kami saja masih belum jelas, apalagi mau tanya hal sepele itu.

"Aku pengen dekat sama Ajeng. Kamu sih pakai acara nggak mau tidur di kamar kita. Padahal setahuku selama kamu hamil, kamu tetap tidur disana kan?" balasnya.

"Aku masih marah sama kamu waktu aku mau melahirkan malah kamu nggak peduli sama sekali. Jujur Mas, aku takut banget mau operasi dulu. Kalau aku nggak selamat, terus Ajeng mau sama siapa? Sedangkan kamu dulu benci banget sama kehamilanku," jawabku.

"Maaf Reyn. Aku nggak bermaksud buat kamu tertekan. Pada saat kamu operasi itu, aku khawatir banget. Berharap kalian berdua selamat. Kamu ingat ucapanku saat kamu merintih kesakitan?" tanyanya.

Aku selalu ada disini untuk kamu

Itulah kata-katanya yang berhasil membuatku yakin untuk operasi caesar.

Aku mengangguk, "Bukannya semua itu kamu lakukan hanya sekadar sandiwara?" tanyaku balik.

Mas Rendra menggeleng, "Aku melakukan semua itu tulus dari hati. Pada saat itu meski aku masih ragu tentang Ajeng, aku berharap kalian berdua selamat. Mungkin itu karena ikatanku dengan kalian berdua. Apalagi setelah tahu semuanya. Aku janji akan selalu ada untukmu," balasnya.

Percakapan kami terhenti karena dokter datang. Ternyata Mas Rendra diperbolehkan pulang hari ini.

"Aku telepon Papa dulu ya biar dijemput," ujarku.

Saat mengeluarkan handphone, tiba-tiba tanganku dicegah Mas Rendra.

"Nggak perlu, kita naik taksi aja ya. Aku nggak mau merepotkan Papa atau siapapun," ujarnya.

Reyren (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang