16. Lombok Beserta Kisahnya

176 8 0
                                    

Happy Reading

Keinginan dan kebahagiaan perempuan tertinggi selain membuat bangga kedua orangtuanya yaitu menikah dengan orang yang dicintainya lalu memiliki buah hati yang lucu-lucu.

Menikah adalah ibadah yang sangat panjang. Apalagi menikah dengan orang yang kita cintai dan juga mencintai kita. Ahhh rasanya lengkap sudah ketika kita berhasil mewujudkan semua itu.

Kini satu per satu impianku itu sudah terwujud. Alhamdulillah aku bisa membalas jasa kedua orangtua meski hanya seujung kuku karena jasa kedua orangtua kita tidak dapat dibalas dengan uang atau barang mewah lainnya.

Aku berharap kelak menjadi seorang ibu, akan kuberikan kasih sayang terbaik untuk buah hatiku nanti. Tak akan ku biarkan dia kekurangan kasih sayang sedikit pun. Tapi bicara tentang buah hati, sepertinya aku harus cukup bersabar menanti keajaiban itu datang.

Aku memang menikah dengan laki-laki yang ku cintai dan mencintaiku, tapi masih ada keraguan di hatinya. Aku tahu Mas Rendra belum sepenuhnya menerima pernikahan ini dan aku pun masih trauma dengan kejadian di hotel dulu.

"Mas," panggilku. Mas Rendra sedang membereskan barang-barangnya karena sebentar lagi kami akan meninggalkan Solo dan kembali ke rutinitas di Surabaya.

Mas Rendra menoleh, "Apa?"

"Kita tetap akan ke Lombok?" tanyaku ragu-ragu. Aku tidak mau dia hanya merasa tidak enak hati karena terlanjur bilang di depan keluarga kalau mau honeymoon ke Lombok.

Mas Rendra mengernyitkan dahi, "Kenapa emangnya? Kamu nggak mau?" tanyanya balik.

"Bukannya nggak mau, tapi aku nggak mau kamu melakukan ini dengan terpaksa. Toh kita nggak akan melakukan apa yang kamu bilang di depan keluarga kan? Kita cuma akan refreshing, kalau gitu kenapa nggak di Surabaya aja," jawabku sangat hati-hati karena takut menyinggung perasaan suamiku itu.

Mas Rendra terdiam sejenak, "Kamu keberatan kalau kita hanya refreshing disana? Apa kamu mau kita benar-benar melakukan bulan madu disana?"

Jujur aku bingung harus menjawab apa. Aku ingin pernikahan ini dilakukan sewajar mungkin tapi rasanya mustahil itu terjadi kalau masih ada ganjalan di hati kami berdua.

Aku melanjutkan memberesi baju-baju yang akan dibawa, "Aku ngikut kamu aja. Kamu pasti tahu yang terbaik buat kita,"

***

"Kalau udah sampai sana, langsung kabari Mama ya Reyn," ujar Mama Rani.

Aku tersenyum, "Siap Ma. Nanti sampai di resort, aku langsung video call Mama,"

Pagi ini aku dan suamiku akan terbang ke Lombok. Setelah perdebatan tadi malam, akhirnya aku mengalah dan mengikuti kemauan Mas Rendra untuk tetap berangkat ke Lombok. Yahh anggap saja kita lagi liburan biasa.

"Ren, jaga menantu Papa ya. Awas aja kamu kalau Reyna sampai lecet dikit," ujar Papa Alfian. Memang Papa mertuaku itu sepertinya lebih menyanyangiku daripada anaknya sendiri. Hahahaha

"Pa, sebenernya anak Papa tuh aku atau Reyna sih?" protes Mas Rendra.

Tuhh kann anaknya saja langsung protes. Wkwkwkkw

Papa Alfian memegang bahu anak laki-laki kesayangannya, "Kalian semua anak Papa. Termasuk tuh gadis yang lagi nyapu halaman. Rajin banget sih anak bungsu Papa," ujar Papa sambil meneriaki Alma yang sedang menyapu halaman.

Adik iparku itu sangat dekat denganku karena yaaa kami berdua tumbuh di lingkungan yang sama. Meski Alma itu adiknya Mas Rendra, tapi dia juga sudah seperti adik kandung untukku.

***

"Masih jauh ya Mas perjalanannya?" tanyaku.

"Kayaknya sih iya. Muka kamu pucat banget. Kamu mabuk laut ya?" tanya Mas Rendra.

Entah kenapa aku menjadi mual saat berada di kapal kecil ini. Kami sekarang berada di kapal yang akan mengantarkan ke destinasi yang akan kami kunjungi yaitu Pulau Padar. Lombok memiliki banyak destinasi wisata dan pilihan kami jatu pada Pulau Padar, Pulau Komodo, dan Pink Beach atau Pantai Pink.

"Nggak tahu nih, kayaknya sih iya," ujarku.

"Jadi ingat pas kita mau ke Madura naik kapal. Kamu juga mual gara-gara mabuk laut," ledek Mas Rendra yang tengah menahan tawanya.

"Iyaaa kalau mau ketawa yaa ketawa aja daripada entar kentut," protesku.

Setelah bermenit-menit berada di dalam kapal, akhirnya aku bisa bernafas lega karena kini kami sudah ada di resort yang akan menjadi tempat menginap kami untuk beberapa hari kedepan.

"Tapi maaf Pak, untuk tempat tidurnya tidak ada king size tetapi dua single bed," ujar receptionist resort.

"Yaudah nggak apa-apa Kak," jawab Mas Rendra tanpa pikir panjang.

Ya iyalah tanpa pikir panjang dan baginya ini tuh keberuntungan. Aku tahu dia belum mau seranjang denganku. Yasudahlah kita ikuti permainan dan keinginan suamiku itu.

"Nggak apa-apa kan kita tidur di kasur terpisah?" tanya Mas Rendra saat kami sudah berada di kamar.

Aku terpaksa tersenyum, "Udah terlanjur kan? Yaudah aku mau bersih-bersih dulu. Habis itu kita jalan-jalan ya Mas," jawabku yang langsung diangguki Mas Rendra.

Setelah mandi dan berganti pakaian, aku melihat Mas Rendra tengah melamun sambil memegang handphone.

"Mas," panggilku.

Benar dugaanku kalau laki-laki ini tengah melamun karena langsung kaget saat aku panggil.

"Kenapa sih?" tanyaku.

Mas Rendra hanya tersenyum dan menggeleng, "Aku mandi dulu," ujarnya seraya pergi.

Sepertinya ada yang Mas Rendra sembunyikan. Tapi biarlah itu menjadi privasinya. Kalau sudah waktunya, dia akan bercerita dengan sendirinya.

***

"Bagus banget ya Mas. Kayaknya betah deh kalau harus menetap disini," ujarku ketika melihat keindahan alam pulau ini.

"Perjalanannya memang lama tapi terbayarkan dengan pemandangan yang sangat menakjubkan ini," lanjutku.

"Masyaa Allah ya Indonesia mempunyai aset wisata sebagus ini. Nggak perlu jauh-jauh ke luar negeri kalau di dalam negeri saja ada banyak tempat wisata yang sangat menakjubkan," balas Mas Rendra.

"Menetap disini aja yuk Mas," ujarku sambil bercanda.

"Iyaa tenang banget gitu ya disini. Tapi yakin kamu bisa bertahan disini? Naik kapal aja mabuk laut mulu," ledek Mas Rendra.

Ku tabok bahunya,"Isshhh jangan gitu donggggg,"

"Hahahahaha iyaa iyaa maaf deh," ujarnya.

Tak terasa sudah satu minggu kami berada disini. Dan rencananya besok kami akan kembali ke Surabaya dan menjalani rutinitas seperti sedia kala. Hanya bedanya aku tak lagi tinggal di kos tetapi di rumah Mas Rendra. Kan udah sah jadi harus tinggal satu rumah.

"Oleh-oleh buat keluarga di Solo, kita kirim dari sini aja ya," ujar Mas Rendra yang sedang merapikan oleh-oleh hasil buruan kami. Hehehehe

"Iya Mas," jawabku.

Ternyata honeymoon rasa liburan biasa ini cukup mengasyikkan. Meski tak ada kegiatan yang identik dengan honeymoon, seperti bermesraan atau adegan ranjang, tapi aku sangat bahagia melewati satu minggu penuh kenangan ini.

***

"Akhirnyaaa sampai rumah juga," ujar Mas Rendra sesampainya kami di rumah.

"Alhamdulillah Mas. Makasih yaa buat satu minggu ini. Aku bahagia banget," balasku.

Kami pun berpelukan tapi tiba-tiba rasa mual itu datang lagi. Entah akhir-akhir ini perutku terus merasa mual.

"Kamu kenapa sih Reyn? Kita ke rumah sakit aja yuk," ajak Mas Rendra.

"Nggak usah Mas. Paling cuma magh ku kambuh doang," jawabku.

"Jangan-jangan kamu hamil?"

Reyren (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang