Dengan kita pisah, itu sama aja membunuhku secara perlahan
Happy Reading
Sempurnanya seorang wanita yaitu ketika berhasil melahirkan anaknya dengan selamat, sehat, dan tanpa kurang satu apapun. Aku memang sudah melewati itu. Tapi aku masih merasa belum sempurna, belum bisa menjadi istri yang baik untuk suamiku. Nyatanya sampai sekarang dia belum muncul padahal jauh di lubuk hatiku, aku berharap dia hadir disini.
"Aku mau pernikahan ini........," ujarku.
Ya Allah beri aku kekuatan untuk mengatakan hal ini di depan orangtua kami.
"Aku mau pernikahan ini selesai....," lanjutku sambil terus mengumpulkan kekuatan.
"Reyn? Kamu yakin?" tanya Mama Fifi.
Aku mengangguk, "Aku lelah Ma. Aku lelah menunggu Mas Rendra yang nggak bisa dipercaya lagi. Aku ingin bahagia meski hanya bersama anakku saja," ujarku sesenggukan.
Ku lihat Mama Rani keluar sambil menangis dan langsung diikuti Papa Alfian. Aku tahu Mama Rani pasti sangat hancur mendengar keputusanku ini. Beliau sangat menyayangiku melebihi sayangnya ke Mas Rendra. Tapi mau bagaimana lagi, aku tidak bisa bertahan pada pernikahan yang hanya membuatku hancur.
"Sayang, kalaupun harus berakhir, kamu pikirkan ini matang-matang. Allah tidak menyukai perceraian," ujar Ayah Cahyo.
Aku terus menangis di pelukan Mama Fifi.
"Buat apa aku bertahan saat diriku sendiri tidak diharapkan ada di sisi Mas Rendra,"
***
Oeeekkk oeeekkkk
Terdengar tangisan anakku yang sangat menggelegar. Duhh mana Ayah dan Mama lagi ke kantin, sedangkan mertuaku entah kemana. Dengan tertatih, aku bangun dan menghampiri anakku.
Ku coba mengangkat tubuh mungilnya, "Bismillah ya sayang," ujarku yang masih lemas. Sebenarnya tubuhku belum begitu kuat mengangkat sesuatu apalagi bayiku sendiri.
Tiba-tiba ada tangan yang merebut anakku. Aku mendongak dan ternyata Mas Rendra. Mau apa dia kesini? Kenapa baru sore hari dia muncul?
"Kamu duduk aja, biar aku yang gendong. Kamu mau kasih ASI?" tanyanya. Aku mengangguk.
Dengan perlahan aku duduk dan anakku ditaruhnya di pangkuanku.
"Kalau gitu aku keluar dulu. Nanti panggil aja kalau udah selesai," ujarnya.
Lahh ini orang kenapa jadi lembut banget sih? Benar-benar ketempelan setan rumah sakit kayaknya. Wkwkwkwk
Setelah selesai menyusui, aku bingung antara memanggil suamiku itu atau aku angkat sendiri? Tapi lebih baik aku angkat sendiri. Aku tak mau bergantung dengannya lagi.
Ku jalan perlahan meski perutku masih terasa sakit pasca operasi, "Dibilangin ngeyel yaaa disuruh panggil aja malah nekad jalan sendiri. Entar kalau jatuh gimana?" omelnya.
Aku hanya memasang wajah jutek. Buat apa memasang wajah manis di depan orang itu. Nggak ada gunanya.
"Ngapain sih kamu kesini?" tanyaku sengit.
Dia menoleh, "Jangan galak-galak. Mentang-mentang baru melahirkan jadi galak," candanya yang tak mampu merobohkan pertahananku.
"Lucu?" tanyaku.
Dia menggeleng, "Aku bawain kamu bubur, sayur bayem, sama buah. Kamu makan ya,"
Aku menatap semua makanan itu dengan curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reyren (Completed)
ChickLitCinta, Kepercayaan, dan Pengorbanan Orang kalau sudah cinta dan percaya kepada pasangannya, akan melakukan pengorbanan apapun itu tanpa peduli kalau hal itu bisa saja menyakiti dirinya sendiri. Cinta, kepercayaan, dan pengorbanan adalah suatu hal...