Pemandangan Yang Sama Lagi

302 54 0
                                    

Aku hanya bisa duduk bersimpuh menahan sensasi kesemutan saat di marahi wanita 25 tahun itu sedari tadi.

"Nee Sensei apakah mereka masih belum pulang?" seruku sedikit kesepian

"Jangan mengalihkan pembicaraan Fumikage-sama" serunya

"Tch"

"Barusan anda mendecih kan. Seorang wanita tidak boleh berkata seperti itu-" Dan omelan Matou-sensei pun berlanjut.

Dari awal aku sudah cukup sabar menghadapi sifat nya yang menjengkelkan. Namun wanita satu ini malah merasa berkuasa untuk mengaturku sesuka hatinya.

Aku di paksa masuk kedalam sebuah ruangan remang-remang. Tak peduli bagaimana aku memohon wanita itu sedikit pun tak mendengar kan ku.

"Apapun asalkan jangan ruangan gelap" seruku

"Anda perlu mengatasi ketakutan itu untuk jadi gadis yang lebih baik lagi" katanya

Wanita itu mendorongku kedalam ruangan gelap dengan tatap mata tak berperasaan. Mengunciku didalam sana seperti yang di lakukan keluarga ku dulu.

"Kenapa padahal aku selalu menjadi gadis baik sebelumnya" seruku tertunduk memeluk kakiku.

Dadaku sesak seketika saat ingat bagaimana kejadian tahun lalu. Ya tanpa ku sadari sudah setahun sejak Gojou-san dan Geto-san membawaku ke Tokyo.

"Padahal aku pikir tidak akan lagi di kurung seperti ini. Apa-apaan guru itu menyebalkan. Orang seperti dia lebih baik mati saja" gerutuku terus mengutuk Matou-sensei.

Ya aku terus mengutuk wanita 25 tahun itu. Hingga tanpa kusadari telah banyak kutukan yang berkumpul di sekitarku.

Suara mendengung yang mengganggu. Degup jantung ku mulai tak karuan. Keringat dingin terus bercucuran. Mereka kian mendekat. Dengan rupa yang menjijikkan terlebih senyuman yang menambah efek seram rupa mereka.

" Ja-jangan mendekat. Ti-tinggalkan aku sendiri" teriakku ketakutan setengah mati.

Aku kembali merasakan sesuatu keluar dari ku. Dadaku terasa begitu lega. Dan tak lama kemudian hening sebelum terdengar jeritan.

"Api?" gumamku tertegun

Di sekelilingku terdapat banyak api warna ungu gelap kurasa. Api itu menghilang tanpa menyisakan apapun.

Begitu aku keluar dari ruangan itu terlihat jelas kediaman itu berantakan seperti diporak-porandakan komplotan perampok. Orang dewasa yang ada di kediaman itu ketakuatan menunjukku. Beberapa di antaranya terluka parah.

"Apa yang terjadi sensei?" gumamku mendekat

Wanita itu seketika menjauh

"A-anak terkutuk" teriak Matou-sensei mempariku garam.

Aku langsung lari ke kamarku sambil menutup mata dan telingaku. Sejak hari itu Matou-sensei mengundurkan diri.

"Lagikah?" gumamku saat melihat raut ketakutan orang dewasa yang mengantarkan makanan.

Sesak, perih dadaku serasa di cabik-cabik saat seisi rumah menghindari ku. Tatap mata ketakutan bercampur jijik kembali tertuju padaku.

"Aku juga tidak ingin memiliki kekuatan ini" teriakku melempar barang-barang yang berada di jangkauanku.

Suara barang saat mengenai cermin serta derai pecahan nya diikuti tangisan ku. Rasanya sama saja seperti kembali di gubuk itu.

"Semua ini salah kalian, karena kalian aku seperti ini" hardikku saat melihat beberapa kutukan mungil mendekat.

Ku cengkram erat lengan kutukan mungil itu. Dan merobek kutukan itu seperti merobek kardus. Suara jeritannya pun terhenti menandakan akhir hidupnya.

"Makhluk menjijikkan seperti kalian tidak di butuhkan di dunia ini" seruku terpaku saat kutukan tadi di lahab api ungu gelap.

Aku kehilangan tenaga hingga perlahan terbaring tak berdaya. Kepalaku terasa berat. Pandangan ku pun kian buram sebelum akhirnya aku tak sadarkan diri.

"Kenapa aku bisa selelah ini?" gumamku sebelum tak sadarkan diri.

Aku tidak tahu sudah berapa waktu yang berlalu selama aku tak sadarkan diri. Kepala ku sakit luar biasa rasanya seperti di tusuk duri.

"Kau memang bocah yang merepotkan ya Yukari" Seru Gojou-san duduk di kursi dan bersandar dagu di sandaran nya.

"Berisik" sungutku memalingkan wajahku. "Lagipula semuanya tidak peduli padaku."

Tanpa sadar aku mengeluarkan semua perasaan yang selama ini ku tahan. Hingga air mata pun mulai bergulir jatuh.

"Apakah kau sudah tenang sekarang?" serunya

Laki-laki itu mengangkat kepalaku dan melepaskan nya begitu saja setelah mengambil bantal. Walapun aku tiduran di atas futon tetap saja sakit.

"Moo apa yang kau lakukan dasar Gojou bodoh" amukku mengusap-usap kepalaku nan malang.

"Bantalnya basah" serunya tanpa raut bersalah sedikit pun.

Akupun memukul-mukul dinding transparan yang melindungi Gojou-san.

"Ngomong-ngomong apa yang kau lakukan sampai Matou-san begitu ketakutan saat kutanya kenapa dia mengundurkan diri. "

Seketika aku berhenti memukuli pelindung Gojou-san. Setelah menarik nafas dalam-dalam aku langsung lari dari sana.

"Ingin bermain kejar-kejaran kah." seru Gojou-san berjalan keluar dari kamarku.

Berbeda dengan sebelumnya. Aku sedikitpun tidak peduli saat seisi rumah menjauhi ku. Akupun berhenti berlari karena selain sudah cukup jauh aku juga cukup lelah.

"Yukari tertangkap" seru Gojou-san tiba-tiba sudah ada di hadapanku.

"Eh?" seruku kaget. "Ba-bagaimana bisa?"

Dengan seulas senyum dia menoleh sambil berkedip.

"Yukari masih kecil untuk tahu" katanya seperti meledek ku "Yosh sekarang Yukari Oni-nya (setan/istilah untuk yang mengejar)."

If I can Into Your WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang