Sebut Aku Apapun

182 27 0
                                    

Aku di suguhi air dengan beberapa bongkah kecil es. Ujung jariku menari di mulut gelas nan dingin.

Aku tahu seharusnya tidak bersantai di saat genting seperti ini. Namun aku juga tidak bisa memaksanya.

"Kau masih belum menyerah Fumikage-san?" seru kepala koki penampungan

"Dari dulu aku memang sering di bilang tidak bisa baca suasana" seruku bertopang dagu

"Sekarang pun kau masih begitu" seru Ibuki-san "Sungguh tidak bisakah kau pergi saja"

Aku melirik jam tangan lalu meneguk air itu hingga habis. Kepala koki penampungan itu melambai saat aku pergi

"Hati-hati di jalan"serunya

Setelah setengah bulan lebih. Akhirnya Ibuki-san mau untuk bicara denganku. Saat itu sudah larut malam.

"Sepertinya sudah saatnya aku pergi" gumamku menggeliat sejenak.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" entah kapan laki-laki surai hitam pendek itu ada di belakang ku.

"Apakah aku kelelahan? Aku seolah melihat Ibuki-san bicara padaku" seruku

"Aku juga bukan laki-laki dingin yang tega menelantarkan wanita setelah berbuat sejauh ini" sahutnya kesal.

Dari awal aku juga tidak berharap Ibuki-san akan memaafkan ku dengan mudah. Apalagi dia sudi terlibat keegoisan ku. Namun Tuhan masih memberiku secercah keajaiban.

"Aku tidak yakin bisa membantu banyak Yukari" serunya tersipu

"Meskipun begitu terimakasih banyak Hakuzo" seruku

Karena sudah lama meninggalkan dunia Jujutsu. Aku memberinya dasar-dasar lalu latihan tanding.

"Sudah lama aku tidak menggerakkan badanku" seru Ibuki-san terengah-engah.

"Apakah dia benar-benar teman sekelasmu Fumikage-sensei?" seru Maki ragu.

"Ya tapi dia meninggalkan dunia Jujutsu saat pertengahan tahun ke dua" seruku.

Aku hanya bisa melihat cemas Ibuki-san saat dia di ayunkan oleh Panda kesana kemari.

"Dia akan baik-baik saja" seruku

"Sungguh?" kata Maki heran

Di saat bersamaan Ibuki-san terlempar membentur pohon cukup keras. Bisa ku lihat raut kesakitan nya.

Aku hanya bisa tertawa tak nyaman dan menyudahi latihan yang lebih mirip penyiksaan itu.

"Baiklah terimakasih kerja kerasnya" seruku menghampiri mereka.

*****

Ibuki-san masih terbaring kelelahan menatap awan yang berarak. Dia spontan menutup kedua matanya dengan lengan saat mendengar suaraku.

"Aku bahkan tidak sebanding dengan muridmu" serunya

"Mau bagaimana lagi Ibuki-san. Kau sudah lama meninggalkan dunia Jujutsu" seruku duduk di sampingnya

Aku tidak menyangka masih bisa bicara santai dengan Ibuki-san setelah semua yang terjadi.

"Berhentilah menghibur ku Yu-Fumikage-san"serunya ragu.

Aku hanya tersenyum dan mengeliat sejenak sebelum kembali berdiri. Ku ulurkan tangan pada laki-laki surai hitam pendek itu.

"Kurasa sudah saatnya membahas rencana kita selanjutnya" seruku

Aku tahu laki-laki itu masih mencintaiku. Aku tahu dia rela kembali ke dunia Jujutsu demi aku. Dan aku memanfaatkan semua itu untuk membuka segel Gojou-san

"Tidak buruk Onna" seru Sukuna entah kapan mengambil alih tubuh Itadori.

Saat aku bersiap-siap menyerang tiba-tiba tato itu hilang. Pemuda itu kebingungan dengan situasi sekarang.

"Fumikage-sensei kenapa kau seperti itu? Apa ada kutukan yang mendekat?" serunya waspada.

Seketika aku menghilangkan jimat-jimat tadi. Ku tepuk pundaknya meyakinkan nya bahwa tidak ada yang perlu di khawatirkan untuk sekarang.

"Tidak Itadori. Aku hanya salah lihat kau bisa kembali tidur" seruku

"Baiklah Sensei" serunya menurut.

******

Aku meneguk kopi hitam itu sambil melihat sekeliling. Meskipun sudah memasang beberapa jimat seperti ranjau darat. Tetap perlu satu orang yang terjaga untuk kemungkinan terburuk.

"Kau perlu istirahat Ibuki-san" seruku menyadari kehadiran nya

"Aku tidak bisa tidur" serunya duduk di dekatku

Dia mengangguk saat ku tawari kopi. Keadaan menjadi canggung setelah aku menuangkan kopi ke mug nya.

Aku sesekali menambah kayu bakar ke api unggun. Menyesap kopi sambil menatap langit berbintang.

"Kau tahu Fumikage-san. Chika pernah menyarankan ku untuk mengadakan acara api unggun seperti ini" Seru laki-laki itu akhirnya bicara.

"Sayang nya dia tidak di sini. Kurasa pasti acara api unggun itu akan jadi berisik. "

"Aku juga berpikir seperti itu"

Saat fajar menyingsing kamipun mulai melakukan misi penyelamatan Shaman terkuat.

If I can Into Your WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang