Apakah masih ada akhir bahagia untukku?

131 25 0
                                    

Aku bahkan tidak sadar telah menekan luka perut Ibuki-san terlalu keras. Secepatnya aku melepaskan handuk nan berlumur darah tersebut dari perut Ibuki-san.

"Ya aku tadi memang nekad tapi tolong rawat aku sedikit lebih lembut Fumikage-san" serunya

" Baguslah kalau kau sudah sadar akan perbuatanmu" seruku sedikit angkuh " Mana mungkin aku bilang tidak sengaja karena melamun "pikirku

Sebenarnya luka di perut Ibuki-san tidak cukup hanya dengan alkohol, perban dan obat pereda sakit. Setidaknya dia harus di rumah sakit untuk beberapa hari.

" Seperti nya aku hanya akan jadi beban bagimu ya Fumikage-san baik terluka ataupun tidak " serunya tertawa pelan.

"Orang sakit diam saja" seruku sinis.

*****

Aku melihat murid tahun pertama sedang berbicara dengan tahun kedua. Hari-hari tenang yang sudah lama hilang.

Mereka melambai memintaku untuk juga ikut bergabung. Saat menoleh aku melihat Gojou-san membalas lambaian mereka.

"Waktu yang indah" seruku ikut tersenyum.

Tiba-tiba sekeliling ku gelap total. Saat kembali terang aku melihat Kugisaki tanpa bola mata kiri, Inumaki tanpa kedua tangannya, Panda dengan luka menganga di perutnya. Fushiguro dengan kedua tangan yang hancur. Maki yang penuh lebam serta memar.

"Fumikage-sensei" seru mereka berjalan mendekat

"Tidak ,ku mohon maafkan aku " Teriakku terbangun.

Ku urut pelipisku sejenak. Sebisa mungkin aku tidak ingin tidur. Namun tubuhku sepertinya sudah mencapai batasnya

"Apa kau baik-baik saja Fumikage-san?" seru Ibuki-san parau.

"Bahkan disaat seperti itu kau masih mengkhawatirkan ku" gumamku "Kau pantas untuk seorang yang lebih baik" seruku menyalakan api unggun.

"Entahlah Fumikage-san, aku ragu ada wanita yang mau menerima laki-laki payah seperti ku" serunya terbatuk-batuk

Luka di perutnya kembali terbuka. Aku berusaha sebaik mungkin untuk menghentikan pendarahan nya.

"Aku harap dulu meminta Ieri-san mengajariku sedikit ilmu medis" seruku panik.

"Tak apa kau sudah melakukan yang terbaik Yukari" serunya nya muntah darah

"Tidak,tidak,tidak jangan bicara seperti itu" seruku terus melilit perutnya dengan perban.

Denyut nadi nya kian lemah. Tangannya mulai terasa dingin. Aku bertambah panik saat lilitan perban di perutnya berubah menjadi merah.

"Jangan seenaknya meninggalkan aku sendiri" Teriakku frustrasi

Ku tepuk-tepuk pipinya, menekan dadanya, memberi nafas buatan semuanya kulakukan. Namun Ibuki-san masih diam membisu. Tubuhnya pucat karena kehabisan darah.

"Hakuzo" tangis ku memeluk erat laki-laki itu.

"Sepertinya kau memang malaikat maut Onna" bisiknya entah kapan di belakang ku

Pemuda surai pink pendek itu tersenyum senang melihat ku yang sedang berduka.

"Apa maumu Ryoumen Sukuna"

"Aku hanya menikmati raut putus asamu Onna"cengirannya kian lebar.

"Lakukan sesukamu" seruku mulai menggali

Aku terus mengayunkan cangkul sekuat tenaga meluapkan kekesalan dan frustasiku. Air mataku kembali keluar. Aku tidak peduli tanganku seperti ingin copot ataupun telapak nya yang merah

Setelah memakamkan Ibuki-san sebisaku. Langit mulai gerimis aku masih duduk bersandar di batu penanda kuburan Ibuki-san.

"Ini tidak adil Hakuzo, kenapa kau seenaknya meninggalkan ku sendiri" Teriakku.

"Dan sekarang kau menyerah Onna?" bisik nya "Apa kau ingin mati?" bisiknya mengusap wajahku

Ku tutup mataku membiarkan Sukuna membunuhku. Berbagai kilas balik terputar di kepalaku baik suka maupun duka.

"Hei ayolah kau tidak cocok menjadi gadis lemah tak berdaya Yukari " Ledekan khas Gojou-san  terngiang kembali.

Tanpa sadar aku mendorong Sukuna menjauh dariku. Meski sedikit kaget raja kutukan itu tersenyum mengerti. Tanpa berlama-lama diapun pergi.

"Kekuatan kilas balikkah" cibirnya "Sungguh wanita yang keras kepala" kata-katanya nya terdengar samar.

If I can Into Your WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang