Mau Bagaimana Lagi

244 39 0
                                    

Meskipun aku sudah bertekad membuang masa muda ku. Tetap saja aku tidak bisa melupakan mereka begitu saja. Hingga sekarang masih teringat jelas saat Tsubaki-san mati di hadapanku.

"Chika, Chika, Chika" teriak Ibuki-san memeluk erat gadis itu.

"Ibuki-san" seruku ragu.

Saat aku menepuk pundak pemuda itu. Aku mendapati air matanya berganti dengan darah. Suaranya pun juga berubah mengerikan.

"Semua ini salahmu, jika saja saat itu kau tidak menahan ku Chika tida akan mati" serunya

"Tidak aku hanya" seruku tertelan suaranya

Tiba-tiba mayat Tsubaki-san bangkit dengan bola mata yang seolah di congkel. Ya tidak ada bola mata di kedua rongga matanya. Serta darah yang mengalir dari rongga mata itu.

"Kenapa aku yang harus mati Fumikage-san? Apa salah ku hingga aku yang mati bukan nya kau" mayat itu berjalan mendekat.

Ibuki-san memegangi kedua tanganku. Sedangkan Tsubaki-san mencekik leherku. Mereka melihatku dengan seulas senyum mengerikan.

"Aku akan membawaku ke neraka bersamaku Fumikage-san" serunya

Seketika aku terbangun bermandikan peluh. Nafasku masih tersekal-sekal. Meskipun hanya mimpi buruk namun sensasi cekikikan Tsubaki-san entah kenapa masih terasa.

"Karena itu aku tidak ingin berhubungan dengan sebayaku" seruku menangis

Karenanya aku tidak bisa tidur hingga pagi. Untuk menghabiskan waktu akupun pergi ke dapur untuk membuat cemilan dan minuman panas.

"Apa kau yakin makan cemilan di jam segini " Seru Gojou-san menghidupkan lampu. "Nanti kau bisa gendut loh"

"Sungguh kau ini tidak mengerti hati gadis ya Gojou-san" seruku menahan emosi.

"Apa yang kau katakan Yukari. Sampai kapanpun kau akan terlihat sebagai bocah bermasalah" serunya mengusap kepalaku.

"Ayah kah?" seruku kesal.

Aku berhenti mengaduk adonan kue. Menoleh pada laki-laki surai putih nan sedang membuka kulkas.

"Nee Gojou-san mulai sekarang apa yang akan terjadi padaku?" seruku

"Apa yang kau bicarakan Yukari. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi." serunya

"Benar juga ya" seruku

Begitu cemilanku matang terlihat cahaya mentari di ufuk timur. Aku melihat mentari terbit dengan segelas teh hangat.

"Kenapa kau jarang membuat cemilan padahal enak seperti ini" seru Gojou-san duduk di sampingku.

"Kau sengaja menanyakan itu kan" seruku menoleh.

Laki-laki itu dengan seulas senyum polos merebut mog tehku. Dia lalu meminum nya tanpa permisi dan mengembalikan padaku tanpa raut bersalah sedikitpun.

"Ternyata lebih baik minum kopi dari pada teh di pagi hari" serunya mengangguk.

"Bisa-bisanya kau mengatakan itu setelah meminum setengah lebih tehku" seruku

Laki-laki itu lanjut mengambil kue seolah tidak mendengar apapun. Namun sesekali melirik saat aku akan meninum tehku. Hal itu terjadi seperti loop yang menjengkelkan.

"Apa lagi Gojou-san" seruku kesal

"Tidak ada, lirik" serunya

Setelah aku meninum tehku laki-laki itu kembali mengoceh. Aku yang masih gagal paham maksud Gojou-san beralih pergi.

"Eeh harusnya itu kau tersipu bukan. Itu ciuman tidak langsung loh" oceh nya

"Aaah benar juga tunggu sebentar" seruku "Ma-mau bagaimana lagi aku haus. Bukan begitu lagi pula ini juga tehku" gumamku penuh penghayatan

Setelah meladeni omong kosong Gojou-san. Kamipun pergi ke kantor kepala sekolah. Seperti biasanya banyak boneka unik-aneh di sana.

"Yukari sebagaimana yang kau tahu tahun kedua hanya tersisa kau seorang." seru Yaga-san

"Ya" seruku tegas.

"Sebenarnya aku berencana untuk memasukkan mu ke tahun pertama. Tapi bagaimana menurut" Seru Yaga-san

"Tahun pertama? Sejujurnya aku sudah bisa mengontrol kekuatan ku-dengan jimat" seruku berbisik di akhir kalimat

"Dengan jimat" Ulang Gojou-san "Tidak boleh begitu Yukari. Kau harus mengatakan yang sebenarnya" serunya mempermaikan ku

"Ya, ya aku mengerti Gojou-sensei."

Seketika terbesit ide yang sedikit egois. Maksudku dia menanyakan pendapat ku kan? Jadi kenapa tidak sekalian saja.

"Kocho-sensei" seruku menunggu responnya

"Ada apa Yukari?"

"Dari pada membuang waktu selama setahun bukankah lebih baik aku di masukkan ke tahun ketiga saja?" seruku.

"Tidak, tidak, tidak apa yang kau bicarakan Yukari-chan? Kau masih harus belajar mengendalikan energi kutukanmu" sela Gojou-san

"Aku sedang bicara dengan Kocho-sensei bisakah kau diam Gojou-sensei" seruku dengan seulas senyum kesal

"Seperti biasanya kalian akrab ya" seru Yaga-san

Aku menghela nafas sejenak sambil menjernihkan pikiranku Tanpa kusadari aku sudah berada di luar ruang kepala sekolah.

"Sudah kau pergi sana duluan. Lihat calon teman sekelasmu tahun pertama" seru Gojou-san mengusir ku

"He-hei" seruku kesal.

Akupun berjalan di lorong yang sepi. Aku melihat seorang laki-laki berjas hitam lengkap dengan kacamata dan dasi di ujung sana.

"Fumikage Yukari" serunya

"Siapa?" seruku kaget saat tangan besar itu mencengkram lenganku

"Anda di minta untuk segera menghadap markas Jujutsu." serunya.

Akupun menghentikan perlawananku. Menurut saja di bawa laki-laki mencurigakan itu kedalam mobil.

If I can Into Your WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang