Teman Sekelas

301 43 0
                                    

Meskipun terlihat tidak peduli sebenarnya aku sangat terganggu saat Ibuki-san terus mondar-mandir di depanku sambil menggerutu.

"Ada perlu apa Ibuki-san?" seruku menutup bukuku.

Pemuda itu gelagapan. Jujur melihat tingkah Ibuki-san yang mudah gugup cukup menarik. Bukan sebagai laki-laki tapi mainan. Astaga apa yang ku pikirkan.

"Bagaimana mana bilangnya ya" pemuda itu garuk kepala.

Dengan tergesa-gesa dia mengajakku pergi akhir pekan. Wajahnya bersemu merah dengan mata terpejam.

"Bisakah kau pergi dengan ku minggu besok Fumikage-san dan Chika juga" perkataannya nyaris berbisik di akhir.

Aku menghela nafas sambil memijit pelipisku. Di saat aku baru akan menolak seketika aku teringat perkataan Gojou-san.

"Baiklah aku akan pergi minggu besok" seruku tersulut perkataan Gojou-san.

"Ya sudah kuduga tidak mungkin. Maaf aku-tunggu kau bilang apa?" serunya kaget.

"Astaga bukankah sudah kubilang aku akan pergi" seru ku masih dikendalikan emosi.

*****

Meskipun sudah 5 tahun tinggal di kediaman ini. Mereka tetap saja enggan-ralat takut padaku. Jika Gojou-san tidak di rumah aku biasanya makan di dalam kamar sambil membaca buku.

"Minggu besok kau senggang kan Yukari. Paling kau hanya mengurung diri di tumpukan buku lagi kan-" serunya mengejekku.

"Tidak juga aku ada janji" seruku membuat laki-laki 22 tahun itu berhenti mengoceh.

"Eeh ada janji? Dengan siapa? Kemana? Pulang jam berapa?" seru Gojou-san melontarkan pertanyaan bertubi-tubi

"Ibuki-san. Aku juga tidak tahu kemana dan akan pulang jam berapa" sahutku "Lagipula bukan urusanmu"

"Tidak, tidak kau masih terlalu naif menilai laki-laki. Meskipun terlihat menarik untuk di permain-bukan polos laki-laki itu seperti serigala berbulu domba" entah mengapa aku malah di omelinya

"Apa yang kau bicarakan Gojou-san?" seruku kebingungan

"Yang jelas masih terlalu cepat bagimu untuk kencan" katanya sambil mengerutu.

Laki-laki itupun lanjut menyantap makan malamnya dengan raut kesal. Aku tidak tahu apa yang membuatnya kesal namun sedikit saja Gojou-san terlihat mengemaskan bagiku.

Ternyata Ibuki-san dan Tsubaki-san adalah teman semasa kecil. Tentu saja aku merasa terasingkan sendiri karenanya.

"Apa yang kau lakukan Yukari?" pikirku bertopang dagu menoleh keluar.

"Tapi aku sungguh tidak menyangka Fumikage-san benar-benar datang" seru pemuda itu basa-basi

"Jadi apa tujuanmu mengumpulkan kita di akhir pekan" seruku

"Sebenarnya tidak ada alasan khusus. Hanya menikmati masa muda Fumikage-san" serunya tertawa tidak nyaman.

Rasa ingin ku tampar wajah pemuda itu. Setelah membuatku membuang waktu berhargaku dengan alasan sepele seperti ini.

"Aku ke toilet sebentar" seru Ibuki-san.

Keadaan jadi lebih canggung saat Ibuki-san pergi. Baik aku maupun Tsubaki-san berpaling menghindari kontak mata.

"Enak ya punya banyak koneksi di dunia Jujutsu. Berkat itu meskipun membuat kesalahan dengan mudah di maafkan" oceh Tsubaki-san menyindirku

"Apa yang ingin kau katakan Tsubaki Chika-san?" seruku menoleh

"Bukan apa-apa" elaknya memainkan ponsel.

Kami masuk bertiga ke rumah hantu itu aku mencengkram lengan Ibuki-san .

"Hee aku baru tahu Fumikage-san tidak tahan dengan  yang seperti ini" serunya berusaha keren walau berantakan

"Be-berisik hantu berbeda dengan kutukan. Mereka tidak bisa ku murnikan" selaku mencengkram erat lengan nya

"Itukah masalahnya?" gumamnya maklum

Aku tidak henti berteriak dan mencengkram erat lengan Ibuki-san hingga keluar dari rumah hantu yang penuh akan jumpscare itu.

"Bagaimana, masih bisa lanjut atau istirahat dulu?" seru Ibuki-san tersenyum

"Lebih penting lagi di mana Tsubaki-san?" seruku mengalihkan pembicaraan.

Setelah melirik sekitar barulah kami menyadari gadis itu tidak ada. Dengan panik Ibuki-san menghubungi Tsubaki-san berulang kali.

"Dimana kau Chika?" seru Ibuki-san cemas.

"Aku ke pusat informasi dulu" pemuda itu mengabaikan ku saking paniknya.

Meskipun sudah mencari berjam-jam dengan staf taman hiburan kami masih belum menemukan gadis itu. Di saat nyaris putus asa itulah kami akhirnya menemukan Tsubaki-san terbaring di rumah hantu .

"Chika" seru Ibuki-san bergegas menghampiri nya.

"Tunggu sebentar Ibuki-san" cegatku saat melihat sosok kutukan yang menempel pada Tsubaki-san

"Apa yang kau pikirkan. Kita harus secepatnya menolong Chika" katanya kesal.

"Tenang lah, ada kutukan yang menempel di tubuh Tsubaki-san sekarang. Sepertinya kutukan itu menyerap energi kutukan nya" seruku

"Lalu apa yang harus ku lakukan"

Belum sempat aku berkata apa-apa Ibuki-san langsung menghentakan tanganku dan berlari menuju Tsubaki-san.

Meskipun energi kutukan nya juga di hisap dia tidak peduli. Aku yang panik langsung memurnikan kutukan itu. Walaupun itu sudah terlambat.

"Aah Hakuzo, maaf ya aku merepotkan mu lagi ya" serunya terbatuk-batuk

"Sudahlah jangan bicara lagi Chika" serunya tidak bisa berdiri apa lagi mengendong Tsubaki-san.

Setelahnya aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan yang jelas Ibuki-san teriak yang berubah jadi airmata. Ya Tsubaki Chika meninggal di pelukan teman semasa kecilnya Ibuki Hakuzo.

Aku dan Gojou-san menghadiri pemakaman Tsubaki-san. Semua yang ada di sana berkabung. Tak sedikit yang menangis tersedu-sedu di peti mati Tsubaki-san.

"Untuk apa kau datang" seru Ibuki-san kesal. "Karena kau Chika mati, karena kau, karena aku Chika mati"

Pemuda itu perlahan berlutut tak bertenaga di hadapanku. Saat akan ku bantu secepatnya dia menepis tangan ku.

"Pergi, PERGI DARI SINI" usirnya

Tak lama setelah itu Ibuki-san pindah ke sekolah umum. Pemuda itu benar-benar meninggalkan dunia Jujutsu yang telah merenggut teman semasa kecilnya nan berharga.

"Aku pernah menyukaimu Fumikage Yukari. Dan selamat tinggal" serunya sebelum pergi.

Aku hanya bisa mematung saat mendengar pernyataan Ibuki-san. Rasa sesak di dadaku berkecamuk. Aku kehilangan dua teman sekelas ku sekaligus.

If I can Into Your WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang