Bab 2

582 91 18
                                    

Maskot aku Paijo sekarang. Baik-baik di sini ya Jo, jangan bikin Athar naik pitam mulu kalau mau hutang di kampung lunas, ha ha.

Seperti biasa, like, komen, dan share-nya teman-teman. Sambil nungguin lapak Jaydan dapat 80 vote buat up next part, nih.

***

Bab 2

Ruangan itu gelap, terasa mencekam dan mengundang berdiri bulu kuduk. Terdengar suara derap langkah di depan sana, memunculkan seberkas sinar menyilaukan yang membuat mata Kila memejam rapat. Sayup-sayup ia mendengar suara berat memanggil namanya. Jantung Kila berdebar-debar, suara ini sudah lama tak ia dengar. Kelopak mata Kila terangkat saat sinar meredup perlahan. Sosok yang tadi muncul sudah tak tampak bayangnya. Kila berlari mengejar sosok yang menghilang itu. Memanggil setengah berteriak dengan suara yang mulai serak bersama dadanya yang sesak.

"Ayah ... ayah ... tunggu Kila!" panggil gadis itu lagi tanpa sahutan.

"Kila sayang."

Kila menoleh ke belakang setelah suara itu muncul dari sebuah ruangan yang tadi sempat ia lewati. Buru-buru gadis itu menghampirinya dengan harapan bisa menemukan ayahnya di sana.

"A-ayah ... hiks," gumam Kila tak sanggup menahan air mata, akhirnya ia bertemu sang ayah.

Pria itu melentangkan kedua tangan, menanti Kila berlari ke pelukannya.

"Ayah, Kila rindu."

"Kemari Sayang," titah suara itu.

Kila menyeret langkahnya perlahan, air matanya terus berjatuhan, bukti nyata sebesar apa kerinduan yang dia pendam untuk pria itu. Semakin lama semakin dekat, Kila nyaris mencapai sang ayah, hanya tinggal beberapa langkah lagi sampai tiba-tiba ....

Brugh!

Cratt!

Wajah Kila tersiram cairan merah, tubuh pria itu hancur tepat di balik matanya.

"Ayahhh!!!" teriak Kila lalu bangkit dari tempat tidurnya.

Gadis itu memutar pandangan, memastikan apakah ia masih ada di tempat menyeramkan itu atau tidak. Setelah sadar itu kamar kosnya, Kila pun menghela napas panjang. Mimpi buruk itu lagi. Gadis itu mengatur napas berulang kali, meraup wajah hingga ke rambut dan menenggelamkan wajahnya ke lutut. Sudah dua belas tahun berlalu namun mimpi buruk itu tak pernah absen menyapa malam Kila. Seharusnya dia sudah terbiasa dengan kondisi bangun tidur penuh ketakutan. Sayangnya, meski sudah sering mengalami mimpi buruk itu, ketakutan Kila selalu sama setiap harinya. Sungguh menyesakkan.

"Bangun, Kila, kamu tidak boleh seperti ini," gumamnya menguatkan diri sendiri.

Setelah merenung cukup lama, jantung Kila kembali tersentak. Mata gadis itu melotot kaget begitu melihat cahaya matahari sudah menembus gorden kosannya yang tipis. Ia melirik jam di meja samping ranjangnya dan kontan menepuk dahi.

"Ampun, telat, kan!"

Pagi cerah yang dibuka dengan kesialan kecil, ah atau besar? Terlambat di hari pertama magang tentu bukan masalah kecil bukan? Bagaimana jika pihak perusahaan kecewa dan meragukan keseriusan Kila untuk magang di tempat itu? Perjuangan masuk ke sana sangat tidak mudah, Kila tidak akan memaafkan dirinya sendiri kalau sampai kehilangan kesempatan emas karena kecerobohannya ini. Gadis itu hanya bisa berharap semoga semesta berpihak padanya hari ini. Ia janji tidak akan terlambat lagi esok hari dan seterusnya.

***

Dengan jurus mandi singkat alias cuci muka saja, akhirnya Kila selamat dari sanksi terlambat masuk di hari pertama. Dia mengucap syukur dalam hati, berterima kasih karena semesta benar-benar berpihak padanya. Mungkin itu hadiah untuk perempuan sabar yang ikhlas menikmati mimpi buruk selama dua belas tahun lamanya.

Love In Between (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang