Bab 5

499 96 28
                                    

Harus Athar akui ternyata karyawan magangnya ini lebih tangguh dari yang ia duga. Meski sudah digembleng dengan cara yang tidak biasa, buktinya Kila masih bertahan di hari kelima penyiksaan tak berujung yang dilakukan Athar ini. Awalnya Kila memang sempat down, dia menangis setelah pulang kerja dan menceritakan semua keluh kesahnya pada Loly. Emosi Loly tidak terbendung setelah mendengar cerita kelakuan Athar yang biadab pada temannya. Masa anak magang diperbudak layaknya OG. Bahkan setahu Loly, pekerjaan OG saja tidak seberat tugas yang diembankan pada Kila. Romusa! Itu istilah yang Loly berikan terhadap pekerjaan yang sedang Kila jalani sekarang.

Meski begitu, Kila ini memang ulet, walau sudah dibuat nangis beberapa kali, jengkel setiap hari, dan diomeli hampir tiap detik tapi ia tak patah arang. Keesokan harinya gadis itu datang lagi dan lagi, berharap sang atasan menyudahi aksi penyiksaan ini dan mau mempekerjakan Kila sebagaimana mestinya.

"Kila," panggil Athar yang baru keluar dari ruangannya.

Jadi meja kerja Kila ini berhadapan dengan ruang kerja Athar, hanya ada ia sendiri di sana, tidak ada pekerja yang lain. Dia merasa lega tapi di sisi lain Kila juga kesepian. Suasana kerja sebagai sekretaris Athar sama sekali tidak menyenangkan.

Apa lagi sekarag, ya Tuhan .... Batin Kila sudah suuzon saja bawaannya.

"Iya, Pak?" jawab Kila sambil berdiri.

"Kamu sudah bawa barang-barang yang saya minta?"

"Iya, Pak, sudah."

"Mana?"

Kila menggeser kursinya lalu mengangkat tas besar berisi belanjaan yang tadi ia beli di super market. Isinya ada aneka makanan siap bakar, seperti sosis, daging, ikan, dan sebagainya. Lihat bukan, sekarang Kila sudah terlihat seperti asisten rumah tangga Athar. Memang keterlaluan laki-laki ini, Kila harap tiga bulan cepat berlalu agar ia tidak usah berurusan dengan Athar lagi. Untuk sementara ia terpaksa mematuhi semua keinginan pria itu, demi nilai magangnya. Ya, hanya demi nilai.

"Semuanya sudah siap di sini, Pak."

"Oke, nanti suruh Paijo untuk memasukkannya ke mobil. Kamu bawa baju ganti juga, kan?"

"Saya membawanya, Pak, tapi sebenarnya kita mau ke mana, ya, Pak? Kenapa harus bawa baju ganti segala?"

"pukul dua siang nanti kita ada rapat di Bandung, setelah itu mampir ke puncak. Besoknya baru pulang."

"Hah? Kenapa Bapak tidak bilang?"

"Barusan saya bilang," jawab enteng Athar dengan wajah tanpa dosa, sebenarnya ia tahu maksud Kila, gadis itu protes karena tidak membicarakan masalah ini dari kemarin.

"Maksud saya ... ah, apa saya harus ikut juga, Pak?"

"Jelas, saya butuh bantuan kamu nanti."

Kila mendesah berat, puas sekali Athar melihat ekspresi nelangsa anak magang itu. Lucu.

"Atau begini saja, Pak, bagaimana kalau setelah rapat di Bandung saya pulang duluan saja. Saya tidak akan ikut Bapak ke Puncak."

"Kenapa begitu?" Athar menyipitkan mata, ia berjalan mendekati meja Kila lalu mencondongkan badannya ke arah gadis itu.

Mata usil Athar memindai penampilan Kila dari atas sampai bawah. Sungguh sopan dan serba tertutup, riasan di wajahnya juga tidak tebal. Nyaris tidak terlihat memakai bedak sebenarnya, tapi Athar tahu Kila menggunakan bedak bayi, aromanya sungguh khas. Tiap kali dekat dengan gadis itu, Athar merasa seperti sedang bersama balita. Aromanya persis seperti itu, pria itu juga heran, apakah Kila menggunakan parfum bayi juga?

"Kamu takut saya macem-macemin?" ujar Athar seduktif, bulu kuduk Kila sampai merinding.

"Bu--bukan begitu, Pak, tapi--"

Love In Between (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang