Extra Part

953 83 50
                                    

"Namanya Ruslan Muhamad, putra pemuka agama tersohor di kampung halaman Paman dek Kila. Ia mengkhitbah dek Kila sebulan lalu, mereka baru bertemu sekali di pengajian, kedua keluarga lantas mengenalkan mereka dan terjadilah proses taaruf singkat. Setelah itu--"

"Cukup, Jo, gue enggak minta lo nyari tahu tentang itu. Udah bukan ranah dan urusan gue."

"Maaf, Bos, saya cuma ingin menyampaikan informasi yang saya dapat dari Oma dan Opa. Mereka juga sangat kaget ketika tahu dek Kila mau nikah."

"Ya sudah, sekarang gue kan udah tahu, lo boleh pergi. Gue lagi sibuk."

"Bos Athar jadi pindah ke Jogja?"

"Iya, cabang di sana butuh gue."

"Terus dek Kila gimana?"

"Kisah gue sama dia udah selesai, Jo. Lo paham enggak, sih?"

"Masih ada waktu dua hari lagi Bos, siapa tahu mau gagalin gitu."

Athar mendesah berat kemudian menatap Paijo jengkel. Sudah lama ia tidak melayangkan tatapan ultimatum ini.

"Enggak, Jo."

"Mereka kenal karena dijodohkan, khitbahnya juga cuma sebulan. Ada kemungkinan dek Kila masih sayang sama bos Athar. Bisa tuh dipepet dikit, siapa tahu dek Kila balik badan."

"Daripada lo terus bicara omong kosong, mending lo bantuin gue packing semua kebutuhan gue di Jogja."

"Tapi Bos--"

"Jo, bukannya elo yang nyuruh gue buat nerima keadaan? Buat ikhlas sama takdir yang Allah gariskan buat gue. Sekarang gue udah ikhlas Jo, lagian gue sama Kila juga udah udahan lama. Wajar kalau dia nerima khitbah pria lain. Mungkin itu yang terbaik. Jadi stop provokasi gue buat bertindak enggak guna kayak saran lo barusan."

"Saya cuma enggak mau pisah sama bos Athar," tutur Paijo sedih.

Berdasarkan rencana yang Paijo dengar dari hasil rapat, katanya Athar akan ditugaskan di cabang Glory Media Jogja selama satu tahun. Paijo tahu, ini detik-detik terakhir perpisahannya dengan sang atasan maka dari itu dia berupaya untuk menahan Athar tetap di sini.

"Cepat atau lambat, kita emang bakal pisah, Jo. Bukannya lo udah investasi tanah di kampung? Mau jadi juragan tanah di sana terus hidup bahagia sama si Esih, itu kan cita-cita lo?"

"Iya, tapi Bos--"

Athar menghampiri Paijo lalu memegang salah satu bahu pegawai andalannya itu.

"Udah cukup lo ngabdi sama gue dan Papa, ini saatnya lo jalanin apa yang lo mau, Jo. Makasih banyak buat semuanya, buat kesabaran lo, kegigihan lo, dan kesetiaan lo selama jadi asisten gue dan Papa. Gue harap pernikahan lo nanti bisa lancar, jadi imam yang baik buat istri lo dan jenguk Oma sama Opa sesekali kalau ada waktu. Mereka seneng banget sama lo."

"Atuhhh Bos, naha jadi sedih kieu, sih. Sebel, ah. Jadi pengen meluk bos Athar, hiks."

Athar terkekeh lalu meninju pundak Paijo.

Sakit hati?

Ya, Athar sedang merasakannya tapi pria itu enggan terpuruk seperti enam bulan lalu saat Kila pertama kali meninggalkannya. Dia sudah mulai bisa berdamai dengan keadaan dan takdirnya. Terserah, apa pun skenario Allah maka Athar akan mengikutinya dengan berusaha ikhlas, karena hanya itulah satu-satunya kunci kedamaian Athar. Perihal dengan siapa dan akan bagaimana masa depan Athar, biarlah itu jadi rahasia yang akan terkuak ketika saatnya tiba. Pria itu hanya ingin menikmati apa yang ada, mensyukuri apa yang dia miliki, dan merelakan apa yang bukan untuknya. Sudah, itu saja.

Love In Between (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang