Athar memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Ia memandang ke arah bangunan-bangunan pencakar langit Ibu Kota yang tampak begitu jelas dari tempatnya berdiri sekarang. Ada kurang lebih sepuluh menit ia menunggu di sana sambil menikmati sapuan lembut angin yang semakin melengkapi indahnya atmosfer tempat kerjanya di sore hari.
"Huhh ... huhh ... Mas Athar, aku telat," ungkap Kila yang napasnya tersengal-sengal usai berlari cukup jauh dari ruang kerjanya ke atap gedung ini.
"Hah, telat berapa bulan?"
Kila yang sedang mengatur napas tiba-tiba melotot dan menyadari ambiguitas ucapannya.
"Ih, bukan telat itu. Maaf telat ke sininya."
"Kamu kalau ngomong jangan bikin pikiranku ke mana-mana."
"Emang pikiran Mas aja hobinya ngelantur!"
Sejak memutuskan untuk kembali menjalin hubungan baik, kedua orang itu berusaha mengembalikan semuanya seperti sedia kala. Kila tetangga pada prinsipnya untuk memendam perasaan sampai rasa cintanya untuk Athar padam. Dan laki-laki itu pun sudah bertekad untuk memperbaiki kesalahannya dengan bersikap lebih tulus lagi pada adik kekasihnya itu. Kalau boleh jujur sekarang hatinya jauh lebih lega karena Kila masih mau berteman dengannya.
Saat ini kedua orang itu sedang ada di atap gedung kantor Glory Media. Tadi selepas menyelesaikan pekerjaannya, Athar mengajak Kila untuk bicara empat mata di sana sebelum kedua orang itu pulang. Kila yang ada tugas tambahan dari mbak Ratih terpaksa datang terlambat dan tidak sempat menghubungi Athar dulu. Dia pikir pria itu sudah pergi, ternyata masih ada.
"Semakin berani ya sekarang mentang-mentang sudah tidak jadi sekretarisku lagi."
"Aku pas masih jadi sekretaris Mas juga sudah berani ngeyel kok kalau Masnya keterlaluan."
"Mm, gitu ya? Sepertinya aku memang harus menarikmu lagi jadi sekretarisku."
"Ih, enggak mau!" respons Kila cepat dan itu membuat Athar tersentak.
Kaget saja dengan respons Kila yang terlihat jelas enggan terlibat pekerjaan dengannya lagi.
"Responsnya bikin sakit, ya."
"He he, canda Mas, kelepasan."
"Segitu enggak maunya kamu kerja deket aku lagi?"
"Enggak ada satu pun orang yang mau kerja sama Bos hobi ngegas kayak Mas."
Kila sudah kembali ceria, Kila sudah kembali cerewet, Kila sudah tidak menjauhinya lagi. Tapi entah mengapa bagi Athar masih ada yang kurang dari kedekatannya dan Kila sekarang. Rasanya tidak sama seperti dulu, ada yang hilang dari Kila tapi Athar tidak tahu apa itu.
"Oh, ya, Mas kenapa ngajak aku ke sini?"
"Mau mengembalikan sesuatu."
"Apa?"
Athar mengeluarkan kalung berbandul bulan sabit yang waktu itu dikembalikan Kila.
"Dia harus segera pulang pada pemiliknya."
Kila menatap Athar sebentar lalu mundur dan menggeleng pelan. Respons menolak secara halus.
"Tidak usah, Mas. Simpan saja, aku tidak cocok memakai kalung semahal itu atau kalau bisa Mas berikan saja pada kak Syakira, tidak apa-apa."
"Kalung ini milikmu, Kila, Syakira tidak memerlukannya karena dia sudah punya miliknya sendiri. Tolong terima, ya?"
"Tapi Mas--"
"Kamu jauh lebih berharga daripada kalung ini. Tanpa pemiliknya, kalung ini bukan apa-apa."
Athar langsung memakaikan kalung itu ke leher Kila dari depan. Secara otomatis posisi tubuh mereka saat ini begitu dekat, nyaris tanpa jarak. Kila menggigit bibirnya sambil terus mengusit detak-detak aneh yang hendak menyerang jantungnya dan menyebarkan perasaan menyesatkan itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Between (TAMAT)
RomanceBerkisah tentang kakak beradik yang terlibat hubungan rumit dengan seorang pria. Syakila menyukai Athar. Athar mengincar Syakira. Syakira belum bisa melupakan Dafa. Athar memanfaatkan Syakila untuk mendapatkan Syakira namun ia malah terjebak dal...