Bab 11

466 94 65
                                    

Seneng banget banyak yang suka cerita ini. Jadi tambah semangat nulisnya, makasih yaaa. Menurut kalian alurnya kecepatan, kelambatan, atau udah pas? Kasih tau ya, he he. Buat nyamain persepsi aja.

Lapak Jaydan part terakhir itu udah nyampe vote 80. Terus kenapa aku belum up? Enggak tau aku lagi seneng banget sama Athar ini, pengen maki-maki dia dulu jadi baru nanti ke Jaydan ya, wkwk.

Kepanjangan intronya, sok lanjut, enjoy ya...

***

Tempat tujuan yang dimaksud Athar saat mengajak Syakila jalan adalah sebuah pusat perbelanjaan. Mereka mampir ke beberapa tempat di sana, Syakila diminta menemani Athar membeli kado untuk peresmian restoran salah satu temannya. Lalu mereka juga menyempatkan diri untuk makan siang bersama, lanjut lagi nonton film, sampai akhirnya Athar mengajak Kila ke sebuah toko perhiasan.

Aneka macam pikiran berkelebat dalam kepala Kila. Menerka-nerka tentang apakah maksud Athar mengajaknya ke sana. Apakah mungkin pria itu akan membelikannya perhiasan? Mungkinkah Athar sedang menyiapkan sesuatu yang spesial untuk Kila? Gadis itu tahu menduga-duga adalah perbuatan yang tidak seharusnya dia lakukan. Ketika dugaan itu keliru dan kita sudah telanjur berharap pasti sakitnya seperti hati kita dijatuhkan saat sedang melayang-layang. Syakila paham betul risikonya tapi sikap Athar menyamarkan segala kekhawatiran yang ada.

"Kamu suka yang mana Kila?" tanya pria itu setelah sang pegawai toko menunjukkan beberapa koleksi kalung berlian yang cantik-cantik.

Barangkali itu pertama kali bagi Kila melihat perhiasan semewah itu. Dalam hidupnya, dia tidak pernah berpikir bisa mengenakan kalung mahal nan indah seperti barang yang tersaji di depan matanya sekarang. Kila tidak terlalu suka mengenakan aksesoris, dia juga tidak begitu peduli dengan penampilannya. Kila tidak butuh gelang, kalung, anting-anting. Lain hal jika Athar yang memberikannya, sekali pun tidak suka Kila akan selalu mengenakan barang pemberian pria itu. Ah, imajinasi Kila semakin liar mengukir harapan-harapan indah.

"Yang bentuknya bulan sabit ini indah sekali, Mas."

Kila menunjuk satu kalung yang paling menarik perhatiannya sejak awal.

"Kamu suka?"

Kila mengangguk sambil tersenyum, Athar pun segera meminta sang pegawai toko untuk mengemas kalung pilihan Kila. Saat gadis itu menjauh dari Athar untuk melihat-lihat hal lain, Athar memberi perintah lagi pada pegawai toko untuk mengemas satu lagi kalung dengan model yang mirip dengan kalung yang sudah ia pilih sebelumnya.

Lelah mengelilingi mal dan mengunjungi berbagai tempat. Athar mengajak Kila ke satu tempat terakhir yang ingin mereka kunjungi hari ini. Katanya pria itu ingin membayar hutangnya pada Kila, saat Kila bertanya apa maksudnya, Athar malah tersenyum dan membimbing gadis itu untuk segera masuk ke mobil. Kalau dilihat-lihat pasangan bos dan karyawan ini lebih mirip orang kencan ketimbang jalan-jalan biasa.

Dari cara berinteraksi mereka yang luwes, gestur keduanya yang sudah saling menununjukkan kenyamanan, obrolan-obrolan menarik sepanjang perjalanan, saling berbagi canda dan tawa. Siapa yang akan menyangka jika keduanya tidak terlibat hubungan asmara? Intensitas kedekatan mereka terlalu romantis untuk mendefinisikan jalinan pertemanan dan terlalu aneh jika disebut hanya sekadar rekan kerja.

Beberapa menit kemudian akhirnya mobil yang ditumpangi Athar dan Kila tiba di tempat tujuan. Sebuah tempat yang sangat tidak asing dan membuat Kila tak berhenti mengembangkan senyum setelah berada di sana. Hatinya tergelitik, Athar memang paling pintar memperlakukan wanita dengan spesial. Bagaimana bisa hati Kila sebahagia itu hanya karena dia diajak makan batagor di pedagang kaki lima yang dekat dengan tempat kerja mereka.

"Ini es jeruk dinginnya, sesuai pesanan dan permintaan kamu waktu itu," ungkap Athar langsung mempersilakan Kila untuk segera menikmati makanan dan minumannya.

Love In Between (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang