Bab 27 (Tamat)

1.2K 91 52
                                    

Sebulan berlalu sejak kepergian Syakila, Athar belum lelah mencarinya meskipun hasil yang didapat tak sesuai harapan. Syakira bersikeras menolak untuk memberitahu keberadaan adiknya. Begitu pun dengan Loly yang bahkan tidak tahu menahu ke mana sahabatnya pergi. Orang-orang terdekat Kila sudah Athar interogasi, bahkan ia sampai menyewa orang untuk mencari keberadaan gadis itu. Namun sepertinya buah manis dari pencarian Athar masih jauh untuk digapai. Syakila hilang bagai ditelan bumi, tenggelam ke dasarnya sampai sulit bagi Athar menemukan gadis itu.  Athar tidak terima diputuskan sepihak begini, ia masih menganggap Kila sebagai kekasihnya dan tentu Kila pun tidak akan semudah itu melupakannya. Athar yakin.

"Bos, sudah jam empat sore ini," kata Paijo pada Athar yang terlihat masih sibuk dengan pekerjaannya.

"Terus?" balas Athar enggan melihat asistennya.

"Sudah lewat jam makan siang tapi Bos belum makan. Mending makan dulu deh Bos."

"Gue enggak laper, Jo."

"Udah sebulan Bos Athar skip makan siang, enggak baik Bos nanti mag. Enggak enak tahu Bos sakit mag, tuh."

"Kalau enak bukan sakit namanya," balas Athar dingin.

Paijo belum mau menyerah, bagaimana pun juga dia akan berusaha membangkitkan semangat makan bosnya lagi. Kalau dilihat lebih jelas, Athar sepertinya agak kurusan. Dia sudah jarang mengomeli Paijo, lebih fokus pada pekerjaannya, dan sudah tidak pernah keluar malam bersama Kris.

Pulang kantor ia langsung ke apartemen, sibuk menghubungi orang-orang suruhannya yang mencari Kila, melakukan penelusuran di sosial media, sampai akhirnya kantuk mengalahkan perjuangannya. Tak jarang Athar tertidur di sofa dengan kondisi laptop menyala semalaman hanya demi mencari keberadaan Kila. Rasanya pria itu mau gila.

"Bos ...."

"Apa sih, Jo?" kesal Athar akhirnya melihat sang asisten yang rewel.

Paijo tampak bergeming, matanya berkaca-kaca. Athar tersentak melihatnya.

"Lo kenapa?"

"Saya kangen digalakin Bos Athar," jawab Paijo dengan suara bergetar.

"Lo enggak salah ngapain gue marah."

"Lebih baik saya melihat bos Athar yang garang daripada bos Athar yang pesakitan kayak gini. Bos udah kayak mayat hidup. Enggak ada gairahnya walau tiap hari wara-wiri di kantor. Saya mohon Bos, lekaslah bangkit, jangan menyiksa diri seperti ini," ucapan Paijo dijeda, pria itu menormalkan lagi suaranya.

"Saya tahu Bos sangat mengasihi dek Kila tapi Bos harus belajar menghormati keputusannya. Semua ini takdir, Bos. Enggak ada yang bisa Bos lakuin kecuali berdoa pada Pemilik dek Kila yang sejati. Hanya Dia yang bisa bantu Bos. Baik itu dengan mempertemukan lagi Bos dengan dek Kila atau dengan menghadirkan ikhlas ke dalam dada Bos untuk menerima semua ini. Enggak ada yang mustahil buat Allah, Bos."

Itu adalah ucapan penutup dari Paijo sebelum akhirnya pria itu meninggalkan sang atasan sendiri. Serta merta Athar merenung, kepalanya terasa berat lalu ia pun memutuskan untuk memejam sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Apakah Athar terlalu memaksakan kehendak? Iyakah tindakannya ini adalah bentuk lain dari keegoisan? Haruskah Athar merelakan Kila begitu saja?

Aku tidak mengerti Kila, kenapa kamu membuatku seperti ini.

***

Pukul lima sore Athar memutuskan untuk pulang. Dua hari terakhir dia memang tinggal di kediaman orang tuanya tentu atas permintaan Arya. Karena tidak mau berdebat panjang, Athar patuh saja pada perintah sang ayah. Saat ini ia sedang terjebak kemacetan yang lumayan alot. Ibu Kota di saat jam pulang kerja memang selalu begini, tidak usah heran. Jangankan sekelas Jakarta, Bandung saja kalau jam segini sudah pasti selalu ada yang namanya kemacetan.

Love In Between (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang