Bab 9

483 90 52
                                    

"Cinta itu enggak pernah ketuk pintu dulu buat masuk ke hati seseorang. Tiba-tiba ada. Tiba-tiba bikin bahagia. Tiba-tiba juga bisa bikin nangis kecewa. Ada sih cinta yang direncanakan, ada juga yang karena ketidaksengajaan dan rasa terlalu nyaman. Apa pun jalannya, kalau kita sudah memutuskan mencintai artinya kita sudah tidak bermain aman lagi."

"Aku enggak jatuh cinta sama mas Athar, Ly."

"Bibir kamu bisa bilang gitu tapi hati dan bahasa tubuh kamu menjelaskan hal lain. Aku enggak tahu apa yang kamu suka dari dia. Aku juga enggak akan melarang kamu buat jatuh cinta. Kamu pantas buat merasakannya, La. Tapi balik lagi seperti kataku tadi, jatuh cinta itu ibarat kita sedang bermain api. Salah langkah sedikit maka kita akan terbakar sampai jadi abu. Bukan maksud aku nakutin kamu, tapi sejauh ini konsep cinta memang begitu."

Kila menatap Loly dengan tatapan tak terbaca. Terlihat jelas dari wajahnya saja gadis itu sedang tersiksa dengan perasaan asing yang sedang menyesaki hatinya. Selain tugas kantor dan kuliah, nama Athar hadir menempati satu ruang khusus di hati dan kepala Kila. Menolak pun percuma karena semakin kuat Kila mendorong nama itu pergi, semakin sering Athar muncul baik dalam mimpi maupun ilusi Kila di siang hari. Gadis itu nyaris gila namun juga bahagia di saat yang bersamaan.

Perihal alasan kenapa Kila bisa memiliki perasaan ini pada bosnya, gadis itu juga tidak yakin. Seperti kata Loly tadi, semuanya berjalan sangat cepat. Tiba-tiba saja kenyamanan itu hadir. Kila mulai sering memperhatikan Athar diam-diam. Mengagumi kepandaian pria itu saat bekerja. Menyenangi bagaimana caranya menumpahkan perhatian pada Kila. Bahkan saat ia diusili pun, Kila merasa kesal bercampur senang.

"Aku juga tahu tentang itu, Ly. Aku tidak cukup berani untuk menyebut perasaan ini sebagai cinta karena takut konsekuensi yang harus aku tanggung nantinya. Aku enggak pernah berharap bisa mengalami hal ini, tujuanku ke sana cuma mau magang, abis itu aku beresin kuliah, nyusun skripsi, lulus, terus pergi dari kehidupan Ibuku. Udah gitu doang."

"Jangan mulai deh, La, kamu kenapa batu banget jadi orang? Kak Syaki udah bilang kalau kamu enggak akan ke mana-mana. Dia janji bakal jaga kamu, jadi stop ngomong kalau kamu mau pergi setelah lulus. Aku enggak bakal ngebiarin hal itu terjadi!"

"Kamu enggak akan ngerti, Ly, rasanya dianaktirikan ibu sendiri. Kak Kira juga punya lukanya sendiri, aku tahu selama tiga tahun ini, dia menjalani hari-hari yang berat. Kakakku hanya berpura-pura tegar demi aku. Demi meyakinkanku bahwa dia siap menjadi pelipur laraku. Tapi aku enggak tega membiarkan dia terus hidup seperti itu. Aku mau dia bahagia tanpa terbebani tanggung jawab untuk merawatku."

"Kilaaa ... Tanggung jawab! Ini aku mau nangis, hiks. Kenapa hidup kamu berat banget, sih. Kenapa kamu harus dilahirkan sebaik ini? Aku yang awalnya mau marah-marah jadi nangis begini."

Loly merajuk sambil menyeka air matanya yang merembes keluar. Ucapan Kila barusan terdengar lebih menyedihkan dari lagu-lagu galau yang pernah Loly dengar.

"Iya, kan, hidupku sudah cukup berat sejauh ini. Oleh karena itu aku takut kehadiran mas Athar justru akan memperkeruh semuanya."

"Bagaimana kalau sebaliknya? Bagaimana kalau kehadiran mas Athar justru menjadi awal untuk kebahagiaan di hidup kamu?"

"Bagaimana caranya kita tahu bahwa kehadiran seseorang akan membuat kita bahagia?"

"Bukankah kamu sudah merasakannya sendiri? Kamu bilang, sejak berciuman dengan mas Athar mimpi buruk yang selama dua belas tahun kamu alami tiba-tiba hilang. Selama ini kamu sudah mati-matian berobat ke berbagai psikolog untuk menangani masalah itu tapi nihil. Tidak ada yang berhasil sampai kamu tiba di titik lemahmu. Kamu menyerah dan membiarkan mimpi buruk itu menjadi pembuka hari yang menyesakkan setiap paginya. Tapi semuanya berubah semenjak ada mas Athar, menurutmu apa artinya?"

Love In Between (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang