Chapter 29 (END)

75 17 3
                                    

Gak kerasa banget yah udah berakhir aja, terima kasih banyak karena udah setia baca cerita ini, support dan ngasih saran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gak kerasa banget yah udah berakhir aja, terima kasih banyak karena udah setia baca cerita ini, support dan ngasih saran.

Cerita ini masih jauh dari kata Sempurna, tapi karena semangat dari kalian, aku bisa nyelesaiin ini semua meskipun agak kurang bagus 🙃

Dan seperti biasa aku bakal ngasih bonus chapter kok

Happy reading gais...

***

BANDAR UDARA INTERNATIONAL, SOEKARNO-HATTA, JAKARTA.

Sedaritadi Nisya benar-benar sibuk memperhatikan barang bawaan apa saja yang akan dibawa Dilan ke negeri orang lain, sendirian di kampung orang membuat Nisya sedikit was-was meskipun ia sudah sepenuh hati melepas anak bujangnya itu, terlebih lagi Dilan adalah anak semata wayangnya.

Hari ini Doyoung dan Taeyong sengaja tidak masuk kantor karena ingin mengantar Dilan ke bandara, tidak termasuk Nayong yang sudah mulai sibuk mengurus pendaftaran kuliahnya, awalnya Nayong ingin ikut, tapi karena mendapat omelan dari Nancy, mau tidak mau dia pasrah atas perintah Nyonya Lee.

“Ini udah semua?” tanya Doyoung yang memperhatikan tiga koper Dilan dihadapannya.

“Iya, Yah” jawab Dilan.

“Okay, ayo” ucap Doyoung.

Mereka pun mengikuti langkah kaki Doyoung yang memasuki area bandara, seperti biasa, ada banyak pasang mata yang memperhatikan mereka. Bukan tanpa alasan mereka menjadi pusat perhatian, salah sendiri kenapa lahir dengan visual yang wow.

“Semua obat-obatan dan minyak telon kamu udah ada kan? Gak lupa?” tanya Nisya.

Jika boleh Dilan hitung, mungkin sudah hampir 15x Nisya menanyakan hal itu  padanya, tapi tetap saja Dilan mengangguk karena ia paham bahwa Bunda-nya ini khawatir jika barang kebutuhannya ada yang ketinggalan.

“Udah semua kok, tenang aja yah Bun?” balas Dilan.

Nisya bernafas lega lalu dengan cepat menggandeng lengan anak laki-lakinya ini tanpa menghiraukan tatapan tajam Doyoung yang seakan-akan ingin menelan Nisya, bisa-bisa kedua insan itu ketawa-ketawa disaat dia sibuk menarik 3 koper.

“Itu muka biasa aja, kek nantang gelut lo anjing” umpat Taeyong.

Andai bukan di tempat umum, mungkin Doyoung sudah melempari kakak ipar-nya ini menggunakan case ponsel yang sedaritadi ia lepas dari posisinya. Doyoung sendiri sampai heran, padahal Taeyong ini bukan anak muda lagi, tapi gayanya setara dengan Dilan.

“Lo yang nantangin gue bang?” tanya Doyoung.

“Yeuu setan, btw, gue gak nyangka aja kalo Nisya rela ngelepas Dilan buat kuliah jauh-jauh” ucap Taeyong.

Jangankan Taeyong, sebenarnya Doyoung pun tidak menyangka kalo Nisya akan merelakan anak semata wayangnya itu pergi meninggalkan Indonesia. Padahal awalnya Nisya menolak dan Doyoung bisa mengerti, begitupun juga Dilan, tapi beberapa bulan kemudian dia mengiyakan dengan alasan, “Yang mau kuliah Dilan, kok aku yang ngatur harus dimana sih?”

Jeon Changha : Dilan [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang