Happy reading gais...
***
Pagi-pagi sekali Alea sudah bangun dari tidurnya, bahkan ia sudah siap untuk ke sekolah. Ia mempunyai kebiasaan bangun lebih pagi, agar mempunyai banyak waktu untuk bersiap-siap, contohnya menggunakan make up tipis supaya terlihat lebih hidup tentunya. Dan juga menghindari macet dijalan, sekalian berjaga-jaga siapa tau Dilan menjemputnya meskipun kemungkinannya 30% terjadi dalam setahun.
Selama ia mengenal Dilan dan lumayan dekat dengannya, ia dijemput di rumah hanya bisa dihitung jari. Bahkan Alea sudah sempat meminta tolong, tapi tetap saja Dilan tidak datang jika memang pria itu sedang dilanda mood yang buruk.
Ia sangat paham jika mungkin Dilan bersifat seperti itu, tapi mau sampai kapan? Jika terlalu lama dengan sifatnya, bisa-bisa semua orang yang ia cintai akan pergi darinya satu persatu.
“Pagi Ibu!” sapa Alea setelah ia menuruni tangga, dan menuju ruang makan untuk sarapan bersama Ibu-nya.
Saat melihat sosok anak gadisnya yang begitu cantik dan menawan, Ibu Alea tersenyum singkat lalu menyuruh Alea untuk segera sarapan secara pelan-pelan tanpa terburu-buru. Rumah ini hanya dihuni oleh mereka berdua, setelah perceraian Ayah dan Ibu-nya, tersisa Alea yang menemani Ibu-nya, sedangkan Ayah-nya berada di luar negeri entah mengurus apa.
Sedih? Tentu saja, anak mana yang tidak sedih ketika kedua orangtuanya berpisah? Tapi meskipun keduanya tidak disisinya, ia tetap bersyukur dan menghargai keberadaan Ibu-nya yang berjuang keras menghidupi kebutuhannya. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, jika suatu saat ia sukses, ia akan membahagiakan Ibu-nya walaupun tak seperti apa yang diberikannya pada Alea.
“Loh, Ibu gak kerja?” tanya Alea saat merasa aneh melihat Ibu-nya masih terbalut gaun tidur, biasanya perempuan tua itu sudah rapih dengan setelan jas kerjanya.
“Ibu ambil cuti selama 3 hari” jawab Ibu
“Kok tiba-tiba?”
“Pengen sendiri dirumah dulu, mau berduaan sama kamu. Jarang kan kita bareng?”
Jika boleh jujur, maka jawaban dari pertanyaan itu adalah Iya. Selama Ayah-nya tidak ada, Ibu-nya lah yang berperan dalam 2 posisi itu. Jadi Alea bisa memaklumi jika Ibu-nya tak ada waktu untuknya, dari pagi sampai sore hanya bekerja, malam untuk istirahat.
“Bukan karena kasian sama aku kan?” tanya Alea
“Kasian gimana? Ngaco kamu, makan gih buru. Entar kamu telat” ucap Ibu, dan diangguki oleh Alea.
Mereka berdua pun memulai sarapan dengan hening, sama-sama tidak ada yang berbicara. Yang terdengar hanyalah suara piring dan sendok yang beradu, serta suara kunyahan kecil. Mata Alea sesekali menatap Ibu-nya yang masih cantik dan juga muda, terkadang Alea memikirkan jika lebih baik Ibu-nya menikah lagi agar ada yang membantunya. Tapi setiap ia menyuruh Ibu-nya menikah, akan ditolak mentah-mentah, dan Alea tak bisa berkata apa-apa lagi jika beliau sudah menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeon Changha : Dilan [Completed]
FanfictionSquel dari "Kim Doyoung : Bunny Ice" Hanya kisah manusia keturunan savage yang menyukai seorang gadis. "Udah makan belum, Dil?" tanya Alea. "Hm" balas Dilan *** Cover by tiadesign_