Chapter 8

166 33 1
                                    

Berhubung cerita ini spin-off "Bunny Ice" aku mau umumin kalau sebentar lagi BI dijadiin buku, dan udah dalam pembuatan sampul 🙈

Apa hubungannya sama cerita Dilan? Tentu ada hubungannya, di buku Bunny Ice nanti kalian akan dapat jawaban kalau Dilan bakal sama Alea atau gak 🌚.

Aku gak maksa kalian buat beli, tapi kalau kalian mau sabar baca dan nunggu ending gpp. Tapi kalau mau liat Dilan nantinya sama siapa, silahkan ikut POnya nanti 💚

 Tapi kalau mau liat Dilan nantinya sama siapa, silahkan ikut POnya nanti 💚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading gais...


***


Saat jam istirahat tiba, Dilan duduk sendirian dikantin ditemani jus jeruk kesukaannya, jari-jemarinya sedaritadi sibuk mengscroll sesuatu di ponselnya. Bahkan mata bulatnya senantiasa memandangi layar benda persegi tersebut dengan serius, seakan-akan ia sedang menjaga harga naik dan turunnya emas pergram. Saking seriusnya ia memainkan ponselnya, ia sampai-sampai tidak sadar akan tatapan dari para siswi-siswi yang sudah jejeritan karena menatap pangeran yang sedang damai itu.

Terpaksa ia kekantin sendirian tanpa ditemani oleh Shotaro, Felix atau Hanjis. Itu dikarenakan mereka bertiga sedang ada rapat OSIS, dengan sangat berat hati mereka merelakan jam istirahat hanya untuk rapat membahas lomba tiap semester yang akan datang nanti.

Hal yang tidak Dilan inginkan ketika menjadi anggota OSIS adalah rapat, rapat dan rapat. Menurutnya, menjadi anggota OSIS merupakan babu sekolah. Sok sibuk, dan sombong menggunakan almamater OSIS. Maka dari itu, ketika perekrutan anggota ia sengaja tidak mendaftarkan diri diakibatkan sifat pemalas serta tak ingin terjun kedunia organisasi.


“WOI! Sendirian aja lo”


Spontan Dilan mendongakkan kepalanya begitu mendengar suara cempreng milik Nayong yang menghiasi gendang telinganya, ia kemudian menyimpan ponselnya kedalam saku celana dan mulai berbincang dengan sepupu perempuannya itu yang menjadi idaman laki-laki di sekolah ini. Terkadang Dilan heran, apa yang mereka sukai dari Nayong? Ia akui jika Nayong itu cantik, tapi mereka tidak tau jika Nayong amat sangat jorok.


“Ngapain lo?” tanya Dilan

“Harusnya gue yang nanya sama lo, tumbenan sendiri” ucap Nayong

“Yang lain di ruang rapat OSIS, otomatis gue sendirian ngantin” balas Dilan, dan Nayong menganggukkan kepalanya pertanda ia paham.


Dan hening, keduanya sama-sama diam. Dilan yang sibuk menghabiskan minumannya, sedangkan Nayong yang sibuk menghabiskan cemilan Dilan, benar-benar sepupu yang tidak tau diri.


“Lo ikutan gak nanti lomba sekolah?” tanya Nayong yang sekedar basa-basi.


Karena ini adalah kali pertama Dilan menikmati lomba nanti, ia jadi tak tau menahu bagaimana suasana lomba di sekolahnya ini dan juga belum tau perlombaan apa saja yang disediakan oleh panitia OSIS.


Jeon Changha : Dilan [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang