Sinetron berlanjut..
Jinata masuk ke dalam ruang rawat Wida. Di sana dia melihat Wida yang sedang merapikan barang-barangnya. Mata mereka bertemu membuat Wida menghentikan aktivitasnya dan menghampiri Jinata.
"Ada apa, pak?"
"Saya dengar ibu akan pulang sekarang," kata Jinata.
Wida mengangguk pelan. "Iya, pak."
Jinata mengangguk-nganggukan kepalanya. "Dengan siapa pulangnya? Apa ada yang menjemput?"
Wida sedikit tersenyum dan menggeleng.
"Biar saya antar," tawar Jinata.
"Tidak usah, pak. Nanti merepotkan bapak," tolak Wida.
"Tidak merepotkan kok.. Biar saya antar ibu."
______Wida dan bayinya sudah berada di dalam mobil Jinata. Jinata menyetir mobilnya menuju rumah Wida. Mereka berdua tak banyak bicara. Sesekali Jinata melirik Wida yang sedang mengusap rambut putrinya.
Tak lama untuk sampai di depan gang rumah Wida. Jinata memakirkan mobilnya di pinggir jalan. Karena mobilnya tak masuk ke dalam gang.
"Terima kasih banyak pak," kata Wida.
Jinata mengangguk. Lalu keluar dari mobil dan membuka pintu jok belakang. Dia mengambil tas Wida. Wida keluar dari mobil.
Wida hendak mengambil tasnya yang dipegang oleh Jinata. Namun pria itu menjauhkan tasnya. "Biar saya saja. Di mana rumah ibu?" tanya Jinata
"Terima kasih, pak." Wida pun melangkah dan Jinata mengikutinya.
Jinata menatap rumah yang di mana Wida berhenti di depan halamannya. Rumah kecil dan kumuh. Banyak lumut yang tumbuh di dinding rumah itu.
"Ini rumah saya, pak. Terima kasih pak sudah mengantar saya.." kata Wida.
Jinata mengangguk pelan. "Ibu tinggal sendiri?"
Wida menggeleng pelan. "Sekarang saya tinggal berdua dengan putri saya ini," katanya.
"Ah, iya."
"Apa bapak mau minum dulu?" tanya Wida.
Jinata menggeleng pelan. "Tidak usah, terima kasih. Saya harus kembali lagi ke rumah sakit. Oh ya, bila terjadi apa apa, hubungi saya saja, bu."
Wida pun mengangguk pelan.
_______Suara tangisan bayi terdengar saat Jinata membuka pintu ruangan dan melihat Hanna memberikan Maryam yang sedang menangis pada Luna.
"Kenapa?" Tanya Jinata mengahampiri mereka.
"Maryam tidak mau minum ASI Ibu Hanna," jawab Luna pelan.
Jinata melihat ke arah Hanna yang saat ini sedang memalingkan mukanya. Dia tahu kalau istrinya itu sedih.
"Ummi, dicoba lagi ya.. biar Maryam mau dan terbiasa dengan ASI kamu.." kata Jinata.
"Aku udah coba berulang kali, bi.. tapi bayinya gak mau. Aku gak bisa maksa. Lihat dia nangis terus jadinya. Kenapa Maryam gak dibawa ke Ibu Wida itu?" Kata Hanna yang tak bisa menyembunyikan kekecewaan dan kekesalannya.
"Ibu Wida sudah pulang. Kamu coba lagi ya.." pinta Jinata.
Hanna menghela nafasnya dan mengangguk pelan.
Maryam kembali berada dipangkuan Hanna. Jinata duduk dipinggir ranjang. Dia mengusap kepala putrinya itu. Hanna menggigit bibir bawahnya dan mulai menyusui bayinya itu. Kali ini Maryam menyedot ASI-nya. Membuat Jinata tersenyum kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART GAME 3 : not me, but you (Completed) (Finale)
SpiritualCeritanya enggak recomended buat kamu yang perfect. Bukan kisah cinta bahagia, yang terpikirkan oleh semua orang. Perjalanan pernikahan yang dihiasi dengan lika-liku. Ada masanya ingin berhenti dan meninggalkan semuanya. Jinata Alam, seorang suami...