"Namanya Reza yah.." kata Sarah sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
"Iya, mah."
"Kalian pernah sengaja ketemuan?"
Pertanyaan itu membuat Hanna menjadi gugup. "Pernah, mah. Hanya sekali. Itu pun karena Reza ingin meminta secara langsung," jelasnya.
"Minta maaf? Emangnya dia ngelakuin sesuatu yang jahat sama kamu?" Ibu mertuanya itu menampakan raut terkejut.
Hanna menggeleng pelan. "Nggak mah.."
"Terus kenapa?" Sarah sangat penasaran.
"Karena pernah ninggalin Hanna secara tiba-tiba," ragu Hanna sambil memperhatikan raut wajah sang mertua.
"Berati mantan pacar kamu?"
"Iya, mah.." Hanna menundukkan kepalanya. Entahlah Sarah menganggap dirinya sebagai menantu yang seperti apa-yang masih berhubungan dengan mantan pacarnya. Mungkin sekarang Sarah sudah mencap Hanna sebagai Menantu yang selingkuh.
"Ya udah, kamu boleh pergi," kata Sarah sambil beranjak dari sofa.
"Ah?"
"Bukannya kamu mau ke rumah sakit?"
"Oh iya, Mah." Hanna pun segera beranjak. Dia menyentuh pipi Maryam yang sudah terlelap tidur dari tadi dalam gendongan Sarah. "Hanna pamit yah, Mah. Assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikumsalam."
_____Jinata sedang melakukan fisioterapi, dia berusaha untuk berdiri dengan tangannya memegang Walker-alat bantu jalan. Namun saat berdiri tegak, Jinata langsung ambruk ke lantai. Kakinya tak bisa menahan tubuhnya.
Dokter Irwan yang merupakan dokter terapi Jinata pun langsung menghampiri pria itu. Membantunya untuk kembali duduk di kursi roda. Jinata menghela nafasnya.
"Saya rasa, saya tak perlu melakukan fisioterapi lagi," kata Jinata yang sudah menyerah. Dia tak ingin memaksakan diri lagi. Bahkan sekarang kakinya terasa sakit akibat terjatuh.
"Semua butuh proses, Dokter Nata. Saya yakin kalau anda bisa sembuh. Melihat kondisi kaki anda yang tak mengalami kerusakan total. Fungsi motorik anda akan berfungsi lagi walaupun akan membutuhkan waktu yang lama."
"Sudah hampir sebulan dok. Tapi tak ada perkembangan apapun. Dan juga berhenti memanggil saya dokter, saya bukan dokter lagi.." kata Jinata putus asa.
_____Hanna masuk ke dalam ruang rawat Jinata. Dilihatnya saat ini Jinata saat ini sedang duduk di kursi roda dekat jendela.
"Assalamu'alaikum," salam Hanna membuat Jinata melihat ke arahnya.
"Wa'alaikumsalam.."
Wanita itu menyeritkan dahinya heran saat menyadari kalau suaminya berpakaian dengan kaos dan celana panjang hitam. Bukan memakai pakaian rumah sakit.
"Kok pakaiannya kayak gini?" Tanya Hanna heran sambil melangkah mendekat.
"Hari ini, waktunya pulang ke rumah," kata Jinata.
"Emangnya pak Asep udah ngizinin kamu pulang? Ayah tau kamu akan pulang? Emang kondisi kamu udah stabil?" Pertanyaan bertubi-tubi Hanna, ia berikan pada suaminya.
"Udah diizinin. Ayah tau dan kondisiku, kamu bisa lihat sendiri," jawab Jinata.
Hanna duduk di sofa. Dia sebenarnya khawatir kalau Jinata gak akan baik-baik saja kalau pulang ke rumah. Di rumah sakit lebih baik, ada dokter yang mengawasi. Meskipun di rumah ada Ayah mertuanya dan Jinata sendiri yang merupakan seorang dokter. Tapi tetap saja. Hanna khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART GAME 3 : not me, but you (Completed) (Finale)
SpiritualCeritanya enggak recomended buat kamu yang perfect. Bukan kisah cinta bahagia, yang terpikirkan oleh semua orang. Perjalanan pernikahan yang dihiasi dengan lika-liku. Ada masanya ingin berhenti dan meninggalkan semuanya. Jinata Alam, seorang suami...