"Minum dulu obatnya," kata Jinata sambil membantu istrinya untuk duduk.
Jinata memberikan obat pereda nyeri dan air putih pada istrinya itu. Setelah Hanna selesai meminum obatnya, dia kembali berbaring.
Lalu Jinata mengompres perut Hanna dengan air hangat. Kali ini Hanna terdiam dan tak merintih kesakitan lagi.
"Masih sakit?"
Hanna mengangguk pelan.
______Setelah Hanna tidur, Jinata membereskan kamar. Dia mengembalikan barang-barang yang tercecer di lantai ke tempat semula.
Dirinya tersadar, kalau box bayi dan Maryam tak berada di kamar. Jinata langsung keluar kamar, dia menuju kamar Kasih. Lalu mengetuk pintu kamar. Tak lama kemudian Kasih membuka pintu kamar.
"Eh, bapak.. ada apa, pak?"
"Maryam ada sama kamu?" Tanya Jinata.
"Iya, pak. Soalnya tadi Bu Hanna menyuruh saya untuk membawa Maryam ke kamar saya."
"Kenapa?"
"Tadi Bu Hanna sama Fadli menangis. Saya gak tau cerita lengkapnya gimana." jelas Kasih.
Jinata mengangguk mengerti. "Ya sudah, untuk malam ini Maryam sama kamu dulu, yah.."
"Iya pak."
Jinata pun kembali ke kamar dia mengunci pintu kamarnya. Dirinya memutuskan untuk mandi.
_____
Hari sudah pagi dan Jinata masih melihat istrinya masih tertidur.
Jinata sudah berpakaian untuk bekerja. Dia memakai kemeja biru dan celana panjang hitam.
"Ummi.. bangun, sayang. Ayo kita sarapan," katanya membangunkan sang istri.
Hanna sedikit terusik dan perlahan membuka matanya.
"Bangun, sudah jam enam lebih. Kita sarapan bareng."
Tiba-tiba Jinata menyentuh perut Hanna. Membuat Hanna langsung beranjak dari tempat tidurnya.
"Perutnya masih sakit?" Tanya Jinata.
Hanna tak menjawabnya dan melangkah menuju kamar mandi.
Jinata tahu, kalau Hanna sedang mengabaikannya. Dia melangkah mendekati pintu kamar mandi dan mengetuknya. "Ummi, aku tunggu di ruang makan."
Pria itu keluar kamar dan langsung menuju ruang makan. Di sana ada Fadli yang sedang duduk di kursi sambil memegang sendok.
"Fadli belum sarapannya?" Jinata mengelus rambut putranya itu.
"Belum. Mba Kasih belum selesai masaknya," kata Fadli.
Kasih datang dan menyajikan sayur SOP, ayam dan tempe goreng di atas meja.
"Apa semalam Maryam rewel?" Tanya Fadli pada Kasih.
"Nggak, pak. Cuma menangis waktu jam dua.. jadi saya terpaksa membangunkan Bu Wida."
Jinata mengangguk. "Maaf yah. Jadinya tidur kamu terganggu."
"Nggak kok, pak."
"Ohya.. bisa panggilkan Bu Wida untuk sarapan?"
Kasih mengangguk.
Jinata menyendokan nasi pada piring Fadli. "Harus dihabisin yah.."
"Abi mau nyuapin Fadli?"
"Sendiri aja makannya. Kan sekarang Fadli udah besar."
Fadli cemberut.
Tak lama kemudian Kasih kembali lagi. "Kata Bu Wida nanti saja, pak. Soalnya sedang menyusui Tiara."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART GAME 3 : not me, but you (Completed) (Finale)
SpiritualCeritanya enggak recomended buat kamu yang perfect. Bukan kisah cinta bahagia, yang terpikirkan oleh semua orang. Perjalanan pernikahan yang dihiasi dengan lika-liku. Ada masanya ingin berhenti dan meninggalkan semuanya. Jinata Alam, seorang suami...