Mata Hanna akhirnya terbuka, Jinata berada di sebelah istrinya itu, menunggu Hanna bangun.
"Aku bisa jelaskan semuanya, tapi kamu harus mendengarkan," kata Jinata.
Hanna mengedipkan matanya beberapa kali, dia masih belum sadar sepenuhnya. "Apa?" Wanita itu mendudukkan tubuhnya. Raut wajahnya menjadi jutek dan menatap Jinata dengan tajam, tangannya terlipat di depan dadanya.
"Aku nggak cium dia! Dia yang cium aku!" Kata Jinata.
"Kok bisa dia cium kamu? Terus kenapa kamu gak ngehindar!" Kesal Hanna, langsung melemparkan bantal pada Jinata, dan mengenai wajah suaminya itu.
"Aku waktu itu ketiduran di ruang tv, sambil menunggu Mamah, Fadli dan Maryam pulang. Aku juga tidak tahu kalau dia mencium aku Hanna," jelas Jinata.
"Kenapa kamu bisa ketiduran? Kenapa? Ishh.. mungkin aja kamu sengaja tidur di sana, biar wanita itu cium kamu!" Hanna sudah sangat kesal pada Jinata.
"Aku bilang aku menunggu Mamah Hanna, dan aku gak sengaja tidur karena aku sangat mengantuk saat itu. Aku tak pernah mau dicium oleh wanita lain selain kamu!" Jinata memegang tangannya. "Aku sudah mengusir Wida. Maafkan aku kalau aku buat kamu marah, tapi ini juga jelas bukan salah aku!"
Hanna senang mendengar Jinata mengusir Wida, tapi dia masih saja kesal pada Jinata. "Lepas!" Hanna menarik tangannya. "Jangan sentuh aku dulu, aku masih kesal sama kamu! Lagian seharusnya kamu mengusir Wida dari dulu, kamu tahu, sejak awal aku gak suka sama dia."
"Maaf.." hanya kata itu yang bisa terlontar dari mulut Jinata sekarang.
_____Saat makan malam, Hanna sengaja tidak duduk di samping Jinata, memilih untuk duduk di samping ibu mertuanya. Mereka berdua menutup mulutnya tak berbicara sama sekali. Hanna memperlihatkan wajah murungnya, begitu pula Jinata.
"Mamah gak lihat Wida, dia ke mana?" Tanya Sarah.
"Dia pergi, gak akan ke sini lagi," jawab Jinata.
"Kenapa?" Bingung Sarah.
Hanna menatap Jinata, penasaran dengan penjelasan Jinata tentang kepergian wanita itu.
"Nggak tau," kata Jinata.
Mata Jinata melihat ke arah Hanna dan otomatis Hanna langsung mengalihkan tatapannya.
"Mamah harus telepon dia kalau gitu. Aneh banget, pergi gak bilang sama Mamah dulu."
"Tante Wida diusir sama Abi tadi," celetuk Fadli. Jinata dan Hanna langsung menatap putra mereka karena terkejut.
"Apa?" Mata Sarah langsung melotot ke arah Jinata. "Kenapa kamu mengusir Wida?"
"Nanti aku jelasin ke Mamah."
"Aneh banget kamu!"
"Sudah, kita lagi makan, jangan ribut," kata Juhud sambil menepuk punggung istrinya.
_______Jinata menjelaskan semuanya pada ibunya di kamar sang ibu. Juhud juga ada di sana, sedang berbaring di atas ranjang. Tentu saja setelah mendengar semuanya, Sarah terkejut. Yang awalnya marah pada Jinata, kini Sarah marah pada Wida.
"Seharusnya mamah nggak ngizinin dia di sini. Hanna tau hal ini?" Tanya Sarah.
"Iya, sekarang Hanna juga sedang marah sama aku," jawab Jinata.
"Kalau gitu, mamah akan bicara sama Hanna, biar dia gak marah lagi."
"Jangan, kamu gak usah ikut campur urusan rumah tangga Jinata lagi, Mah. Biar mereka yang selesaikan," kata Juhud memperingati istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART GAME 3 : not me, but you (Completed) (Finale)
SpiritualCeritanya enggak recomended buat kamu yang perfect. Bukan kisah cinta bahagia, yang terpikirkan oleh semua orang. Perjalanan pernikahan yang dihiasi dengan lika-liku. Ada masanya ingin berhenti dan meninggalkan semuanya. Jinata Alam, seorang suami...