Part 30 - Jangan berterima kasih

5.2K 378 93
                                    

Tadinya, kemarin kemarin mau up.. eh.. malah gagal terus, mungkin karena kuotanya yang unlimited.. jadi deh harus beli kuota dulu..🤭

Happy reading!!

.

Jinata dibawa ke kamar. Jihan memindahkan pria itu ke dalam ranjang, lalu memeriksa kaki Jinata dan menggerakkan. Tentu saja, Jinata meringis.

"Apa kita harus pergi ke rumah sakit aja, Nat?" Tanya Ayu yang mulai khawatir dengan kondisi Jinata.

"Nggak perlu," jawab Jinata. "Kamu jangan terus-terusan menggerakkan kakiku," kesalnya pada Jihan.

"Aku hanya memastikan, kalau kaki kau tak patah," kata Jihan. "Aku akan beli obat pereda sakit," ujarnya.

"Tapi gak ada apotek di daerah sini," beritahu Ayu.

"Kan ada mobil.." Jihan keluar dari kamar, diikuti oleh Ayu.

Sedangkan Hanna yang ternyata dari tadi berdiri di ambang pintu hanya terdiam menatap Jinata.

"Hanna.."

Hanna langsung berbalik dan melangkah pergi, mengabaikan Jinata. Jinata menghela nafasnya.
______

Hanna berusaha untuk tidak memperdulikan Jinata, namun matanya tetap saja melirik ke arah kamar.

"Ummi!" Seru Fadli berlari masuk dan  langsung bersembunyi di belakang Hanna, karena Umar yang mengejarnya, melemparinya pasir. Otomatis pasir yang dilempar oleh Umar mengarah pada Hanna.

Wanita itu hanya diam tak menegurnya. Karena percuma saja, lantai sudah kotor oleh keduanya, jejak kaki mereka ada di mana, karena saat ini mereka berlarian, habis itu kembali berlari keluar, ke arah pantai.

"Aw," teriakan Jinata terdengar, membuat Hanna langsung menuju kamar. Menghampiri Jinata yang saat ini berusaha mendudukkan tubuhnya.

"Kenapa?" Tanya Hanna yang khawatir.

"Ah, bisa tolong aku? Aku ingin ke kamar mandi," kata Jinata.

Hanna mengangguk. Membantu dengan sekuat tenaga, dengan memindahkan pria itu ke kursi. Jinata meringis pelan, sepertinya pria itu masih kesakitan. Hanna membawa Jinata ke kamar mandi.

"Bantu aku, untuk duduk di kloset," pinta Jinata.

Hanna pun membantu pria itu duduk di atas kloset duduk. "Aku akan tunggu diluar, kalau sudah selesai, panggil aku," katanya canggung, lalu melangkah keluar dan menutup pintu kamar mandi.

"Kotor banget," ujar Sarah yang keluar dari kamarnya dan melihat lantai yang kotor ulah Fadli dan Umar.

"Iya, mah. Nanti Hanna beresin," kata Hanna.

"Pasti kerjaannya Fadli sama Umar," tebak ibu mertuanya itu yang melihat jejak-jejak kaki milik kedua anak itu.

"Hehe, iya, Mah."

"Kenapa berdiri di depan kamar mandi? Emang ada orang di dalamnya?" Sarah pikir Hanna akan menggunakan kamar mandi.

"Ada Jinata, Mah. Hanna lagi nunggu, buat nanti bantuin Jinata."

Sarah tersenyum lebar. "Kamu udah baikan sama Jinata?"

Hanna menggelengkan kepalanya. "Belum, mah."

"Ish.." desis Sarah. "Udah jangan bantuin anak itu, biar tau diri dia."

Hanna hanya tersenyum canggung. Sarah sendiri tak tahu kejadian tadi pagi yang menimpa anaknya itu. Haruskah ia memberitahu ibu mertuanya itu?

"Han!" Terdengar Jinata yang memanggil Hanna.

"Tuh, dia bener-bener gak tau diri," ejek Sarah, lalu wanita paruh baya itu melangkah keluar.

HEART GAME 3 : not me, but you (Completed) (Finale) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang