Pintu terbuka kamar terbuka, Hanna melihat Selly masuk ke dalam kamar dengan sarapan yang dibawanya di atas nampan. Lalu duduk di ranjang, tepat di sampingnya.
"Aku bisa keluar untuk makan," suara parau Hanna terdengar. Wajahnya sangat muram dan matanya bengkak karena menangis semalaman.
"Kamu gak akan keluar-keluar," ujar Selly sambil menyerahkan sendok pada tangan Hanna.
Hanna mengangguk dan mulai memakan sarapannya yang terdiri dari nasi, sayur sup dan ayam goreng.
Suara nada dering ponsel Hanna terdengar, membuat Selly melirik layar ponsel Hanna yang berada di ranjang. Selly mengambil ponsel adiknya itu.
"Dari Mamah Sarah, apa kakak harus yang menjawabnya?"
"Jangan kak," mohon Hanna.
Selly pun mengangguk dan akhirnya nada dering pun berakhir. Sang kakak masih memegang ponsel adiknya, dan dia melihat riwayat panggilan yang banyak dari Sarah. Dan ada panggilan dari Reza yang membuat Selly menatap Hanna tajam.
"Aku sebenarnya tak ingin memperburuk suasana hati kamu. Tapi kakak harus tahu sekarang. Kamu dan Reza masih saling berhubungan? Dia sering menelepon kamu." Selly langsung menyangka kalau pria itu penyebab perceraian Hanna saat ini. Apalagi kemarin ibunya memberitahunya permasalahan adiknya itu. "Jadi karena Reza penyebab suami kamu menceraikan kamu?"
Hanna terdiam sejenak, dan menjawab ragu, "Mungkin saja." Tapi Jinata yang bilang sendiri pada Hanna.
"Aku akan bertemu dengan Jinata dan menjelaskan hubungan kamu dan Reza," kata Selly.
"Tak perlu, kak."
"Lalu apa kamu ingin benar-benar bercerai dengan suami kamu?"
Hanna menggeleng pelan.
_______
Di tempat lain, suasana hening menyelimuti sarapan pagi keluarga Juhud. Sarah tak ingin mengucapkan satu kata pun karena masih marah dengan Jinata.
Juhud yang sudah tahu, permasalahan apa yang terjadi. Sejujurnya, tak ingin ikut campur. Karena itu urusan anaknya dan menantunya. Tapi Sarah yang memaksanya untuk merubah pikiran Jinata, membuat Juhud ingin berbicara pada putranya itu.
Jinata hanya memakan makanannya. Sesekali matanya melihat Fadli yang saat ini sedang duduk di samping Sarah.
"Nek, Fadli udah selesai makannya. Ayo berangkat!" Kata Fadli.
"Iya, ayo sayang," kata Sarah. "Yah, Mamah mau ngantar Fadli dulu," pamitnya pada sang suami.
Juhud mengangguk.
Fadli turun dari kursi, langsung menyalimi tangan kakeknya. Namun anak itu tak menyalimi tangan Jinata. Sarah langsung menarik tangan Fadli untuk pergi. Jinata hanya menatap dan menghela nafasnya.
Juhud menghabiskan makanannya. "Ayah sama dengan Mamahmu tidak akan setuju kamu bercerai."
Jinata menundukkan kepalanya. "Aku tak ingin Hanna semakin menderita, Yah."
"Apa maksudmu dengan menderita? Ayah dan ibumu tak pernah menyiksa istrimu," kata Juhud.
"Aku, yah. Aku yang membuat Hanna menderita selama ini. Dia tak bahagia dengan pernikahan kami."
"Tapi Ayah lihat, Hanna sangat mencintai kamu. Dia pasti bahagia hidup dengan kamu."
Jinata menggeleng pelan.
Juhud melirik ke bawah. "Alasannya karena kaki kamu bukan? Kamu tak percaya diri kalau kakimu akan sembuh. Malu pada diri sendiri dan istrimu," tebaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART GAME 3 : not me, but you (Completed) (Finale)
EspiritualCeritanya enggak recomended buat kamu yang perfect. Bukan kisah cinta bahagia, yang terpikirkan oleh semua orang. Perjalanan pernikahan yang dihiasi dengan lika-liku. Ada masanya ingin berhenti dan meninggalkan semuanya. Jinata Alam, seorang suami...