Part 28 - Pertemuan

5.2K 395 95
                                    

"Bukan.. bukan itu .." kata Hanna dengan matanya yang mengeluarkan air mata. Setelah itu telinganya mendengar suara sambungan telepon yang terputus. "Abi.. aku tak ingin kita berpisah, aku sangat mencintai kamu.."lanjutnya tanpa Jinata yang mendengarnya. Dia terduduk di lantai.

Hanna menatap ponselnya, lalu menjatuhkannya ke lantai. Ia menghapus air matanya dan kembali berdiri. "Ya Allah. Ampuni atas semua dosa yang hamba lakukan. Sekarang hamba ingin tetap bersama dengan suami hamba. Jangan pisahkan kami Ya Allah," do'anya.

Wanita itu mengirim pesan pada Ayu, menyuruh wanita itu untuk datang ke kamarnya.

Tak lama kemudian, ketukan pintu pun berbunyi. "Han.." suara Ayu terdengar.

Hanna segera memutar kunci dan membukakan pintu. Dia menarik tangan Ayu untuk cepat masuk. Lalu kembali mengunci pintu kamar.

"Kenapa?" Ayu heran melihat tingkah aneh Hanna. Raut wajah Hanna pun terlihat sangat khawatir.

"Aku ingin pulang," kata Hanna.

"Memangnya perut kamu sangat sakit. Kalau gitu aku akan nyuruh Jihan untuk membelikan obat saat perjalanan ke sini." Ayu mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan pesan pada suaminya.

Hanna memegang tangan Ayu. "Nggak, aku sekarang udah baik-baik aja. Yu, aku harus gimana?" Raut wajahnya memelas pada Ayu, dia ingin sahabatnya itu menolongnya.

"Apanya yang gimana?" Ayu semakin bingung.

Hanna duduk di ranjang, lalu dirinya mulai bercerita tentang pernikahannya saat ini, lalu rencana Mamah Sarah dan tabiat jahat Reza.

"Aku emang agak curiga sama Reza.. dia kelihatannya masih cinta sama kamu, Han.." kata Ayu. "Lagian kenapa juga Tante Sarah harus minta Reza?"

"Ayu.. aku harus gimana?"

"Jinata kayaknya udah salah paham sama hubungan kamu dan Reza. Mungkin dia pikir kamu itu masih cinta sama Reza. Terus mungkin dia juga gak percaya diri dengan kondisi dirinya yang sekarang. Aku akan bantu jelasin ke Jinata. Biar dia gak semakin salah paham. Kamu tenang aja. Insya Allah, semuanya akan baik-baik." Ayu mengelus pelan pundak sahabatnya itu. "Lagian kamu juga salah Han, karena kamu masih komunikasian dengan Reza. Harusnya kamu blokir aja nomor dia," lanjutnya kali ini menyalahkan Hanna.

"Aku kayak orang bodoh yah, yu?" Tanya Hanna tiba-tiba.

"Entahlah," jawab Ayu sambil mengangkat bahunya.
_______

Jinata meminjam charger milik ayahnya. Ponselnya mati saat Hanna sedang meneleponnya tadi.

Dia masih memikirkan perkataan istrinya yang melarangnya untuk datang ke sana. Apa mungkin mereka sangat bersenang-senang? Jika dirinya ke sana, Jinata akan menjadi pengganggu. Matanya menatap sendu kakinya. Apa dia harus benar-benar menceraikan Hanna? Wanita itu sudah menemukan kebahagiaannya, seperti yang Jinata inginkan juga. Tapi kenapa hatinya sangat terluka? Dia sangat tak rela harus kehilangan istrinya.

Suara ketukan pintu ruangan ayahnya terdengar.

"Masuk!" Kata Juhud mempersilahkan orang yang di luar untuk masuk.

Pintu pun terbuka menampakkan Jihan yang masuk ke dalam. "Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam.." jawab Juhud dan Jinata bersamaan.

"Ada apa?" Tanya Juhud pada Jihan.

"Saya mau ke Jinata, Pak. Katanya dia mau ikut saya ke pantai menyusul Tante Sarah," jelas Jihan.

Lalu Juhud menatap putranya dan dirinya tersenyum. "Ya. Cepat pergilah," katanya.

"Kami pergi dulu, yah." Jinata menyalimi tangan Ayahnya.

HEART GAME 3 : not me, but you (Completed) (Finale) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang