Hanna langsung berlari keluar dan bertanya pada perawat yang bertugas menjaga pasein VIP.
"Suami saya di mana? Dia baik-baik saja kan?" Tanya Hanna dengan air matanya yang setetes demi setetes keluar dari pelupuk matanya.
"Pak Nata sedang fisioterapi," jawab perawat itu.
Hanna langsung menghela nafas lega dan menghapus air matanya. "Syukurlah.." gumamnya. "Terima kasih." Wanita itu langsung menuju tempat di mana suaminya sedang menjalani terapi.
.
Langkah kakinya terhenti dan memandang suaminya yang sedang bersama ahli fisioterapis. Hanna memilih untuk memperhatikan Jinata dari luar. Sesekali dirinya meringis saat suaminya berteriak kesakitan.
_______
Jinata masuk ke dalam ruang rawatnya dengan perawat pria yang mendorong kursi rodanya. Ternyata di dalam ruangan ada istrinya yang sedang duduk di sofa sambil memotong buah apel.
"Kenapa ke sini lagi? Maryam bagaimana? Fadli pasti nangis lagi mencari kamu," kata Jinata pada istrinya itu.
"Mamah bilang, akan menjaga mereka," ujar Hanna.
Jinata berbaring di ranjangnya dibantu oleh perawat. Setelah itu Jinata meminta perawat itu untuk keluar.
Pria itu menatap sang istri yang sibuk memotong apel. Lalu Hanna berdiri dan menghampirinya. Istrinya itu duduk di sampingnya.
"Aaa.." kata Hanna sambil menyodorkan potongan apel pada mulut Jinata. Jinata pun membuka mulutnya dan memakannya.
"Jangan sering ke sini. Nanti kamu kecapean dan Maryam juga lebih butuh kamu," ucap Jinata, sejujurnya dia sangat senang dengan kehadiran Hanna di sini. Namun di sisi lain dia malu pada istrinya itu dengan keadaannya sekarang. Dia yang tak bisa melakukan apapun, Jinata tak ingin menunjukkannya pada Hanna.
Hanna tak menjawab Jinata dan tetap menyuapinya.
"Kamu dengerin aku, kan?" Tanya Jinata melihat istrinya itu tak berkata apapun.
Hanna menyimpan piring yang berisi apel itu di meja. "Emang gak boleh yah, seorang istri jagain suaminya?" Celetuknya.
"Bukannya gak boleh.." bantah Jinata.
"Terus kenapa? Ah, iya.. kamu lebih senang Tia yang jagain kamu dari pada aku kan?"
"Gak gitu, Hanna. Kenapa harus bawa-bawa Tia lagi?"
"Aku tau, seminggu kemarin Tia yang selalu jagain kamu. Kamu lebih nyaman bersama dengan Tia dibanding aku," kata Hanna mengeluarkan kekesalannya.
"Gak, Hanna. Tia sibuk, dia gak jagain aku. Tapi hanya sesekali mampir, dan dia tak lama di sini. Kamu jangan salah paham," jelas Jinata.
"Lalu kenapa kamu mengusir aku terus?"
"Aku gak bermaksud mengusir kamu."
"Ya udah.. kalau gitu, biarin aku di sini! Kalau sekali lagi kamu ngusir aku, itu akan sangat menyakiti hati dan aku gak akan maafin kamu!" Bentak Hanna dengan tatapan dinginnya.
Jinata hanya terpaku diam karena Hanna yang memperlihat emosinya.
Keduanya sama-sama terdiam. Jinata melirik istrinya. "Aku ingin makan apelnya lagi," katanya untuk memecahkan suasana hening diantara mereka.
"Ah iya.." Hanna pun mengambil piring dan menyuapi suaminya lagi. "Abi," panggilnya pada Jinata.
"Apa?"
"Bagaimana kalau kamu menelepon Fadli? Dia sangat rindu sama kamu, setiap hari bertanya terus, kapan Abi pulang. Mungkin kalau kamu menelepon, dia gak akan bertanya terus dan sedikit mengurangi rasa kangennya."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART GAME 3 : not me, but you (Completed) (Finale)
EspiritualCeritanya enggak recomended buat kamu yang perfect. Bukan kisah cinta bahagia, yang terpikirkan oleh semua orang. Perjalanan pernikahan yang dihiasi dengan lika-liku. Ada masanya ingin berhenti dan meninggalkan semuanya. Jinata Alam, seorang suami...