'Besok lusa, mamah mau ngadain aqiqah-an Maryam sekalian sama Tiara anaknya Wida. Jadi mamah pengen kamu sama Maryam ke rumah Mamah. Nanti Pa Jojo jemput kalian'
Hanna hanya membalas dengan dua kata 'iya, mah'. Wanita itu sebenarnya tak mau ke rumah ibu mertuanya. Rasanya malas sekali ketika membaca nama Wida di pesan sang mertua. Tapi mau bagaimana lagi, dia menghormati ibu mertuanya itu. Akhirnya Hanna tak bisa menolak.
Lalu Hanna membuka pesan dari Reza dan dia baru ingat kalau besok adalah hari Minggu. Berarti acara reuninya, Hanna tak bisa mendatanginya. Tak mungkin dia pergi saat keluarga menyiapkan aqiqah untuk Maryam. Lagi pula kenapa Sarah memilih hari Senin yang merupakan hari kerja. Hanna melihat kalender di ponselnya dan ternyata hari Senin adalah tanggal merah.
Matanya memandang putrinya yang saat ini sedang tertidur pulas. Dia memiringkan tubuhnya dan mengusap rambut Maryam. "Maafin Ummi yah, de. Di saat Ade mau aqiqah, Ummi malah memikirkan acara reunian. Tapi mau bagaimana lagi. Ummi udah gak pernah ketemu sama teman SMA Ummi. Ummi juga pengen maen.." curhatnya.
Hanna pun beranjak dari tempat tidur. Dia hendak membereskan rumah dan menyiapkan perlengkapan Maryam untuk dibawa ke rumah mertuanya.
______
Hanya ada satu jadwal operasi dan Jinata hanya membantu dalam operasi yang dipimpin oleh Jihan. Jinata langsung mandi, setelah dia selesai dari ruangan operasi.
Setelah memakai kemeja dan jas dokternya, Jinata melangkah keluar dan hendak menuju kantin. Karena perutnya terasa lapar.
Dia mengambil makanan yang disiapkan hari ini untuk petugas rumah sakit. Matanya mencari meja yang kosong, kebetulan sekarang jam istirahat, jadi kantin menjadi penuh orang.
Ada yang meninggalkan meja dan Jinata langsung duduk di sana. Dia langsung memakan makanannya.
"Permisi Pak, boleh saya duduk di sini?" Tanya seseorang membuat Jinata mendongkak. Ternyata sudah ada Hanif yang berdiri di depannya.
"Ya. Silakan," jawab Jinata.
"Terima kasih, pak." Hanif pun langsung duduk di depan Jinata.
Jinata mengangguk. Mereka makan dalam keadaan canggung. Saat makan, keduanya melihat ke arah lain. Dalam pikiran Jinata terlintas kejadian semalam di mana Hanna-istrinya terlihat bahagia saat chatting-an dengan seseorang. Dia curiga orang yang berkirim pesan dengan Hanna adalah orang yang di hadapannya saat ini.
Hanif hendak menyendokan nasi, namun dia terdiam saat Jinata menatap tajam ke arahnya. "Apa bapak punya pertanyaan untuk saya?" Tanyanya tiba-tiba.
"Apa?" Jinata langsung mengalihkan pandangannya. Dia ragu untuk bertanya pada Hanif, namun dia ingin memastikan.
"Bapak menatap saya terus dari tadi," kata Hanif.
Jinata berdehem sebelum bertanya. "Semalam, apa kamu mengirim pesan pada istriku?"
Hanif menyeritkan dahinya. "Tidak. Emangnya kenapa, pak?"
Jinata menggelengkan kepalanya. "Tidak ada apa apa. Aku hanya bertanya dan ingin memastikan kalau kamu benar-benar menjaga jarak dan lebih baik kamu tidak menghubungi istri saya," jelasnya.
"Bapak cemburu sama saya? Tenang saja, pak. Mba Hanna tidak tertarik pada saya. Dia hanya tertarik pada suaminya."
"Memang seharusnya begitu. Hanna sudah menikah denganku."
_______Hanna sudah berada di rumah Sarah. Dia duduk di sofa ruang tv bersama dengan Sarah yang saat ini sedang menggendong Maryam. Matanya memandang Fadli yang saat ini sedang sibuk dengan mobil-mobilannya. Bahkan saat dirinya datang, Fadli mengacuhkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART GAME 3 : not me, but you (Completed) (Finale)
EspiritualCeritanya enggak recomended buat kamu yang perfect. Bukan kisah cinta bahagia, yang terpikirkan oleh semua orang. Perjalanan pernikahan yang dihiasi dengan lika-liku. Ada masanya ingin berhenti dan meninggalkan semuanya. Jinata Alam, seorang suami...