"Eh, Bu.. sudah lama gak kelihatan."
"Iya, Pak. Saya kemarin tinggal sama ibu mertua. Oh ya, pak. Saya titip koper saya dulu yah.. saya mau ke supermarket dulu," kata Hanna pada Satpam yang berjaga di gedung apartemen.
"Iya, Bu."
"Makasih yah, pak."
"Sama-sama."
Hanna pun bergegas menuju supermarket yang berada dekat dengan apartemen dengan membawa Maryam dalam gendongannya. Tak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke sana. Hanna langsung melangkah ke tempat perlengkapan bayi.
Dia memasukkan tiga botol susu untuk Maryam ke dalam troli. Dia memilih dot yang cocok untuk Maryam.
Hanna sedikit terkejut, ketika seseorang mengambil trolinya.
"Bikin kaget aja.." kata Hanna pada pria itu.
"Mba ke sini sendirian?" Tanya Hanif.
"Nggak, berdua sama Maryam," jawab Hanna.
"Iya, maksudnya Mba gak sama Pak Jinata?"
"Pak Dokter sedang kerja. Kamu emangnya gak kerja?" Tanya Hanna balik.
"Baru pulang. Biasalah shift malam," jawab Hanif.
"Oohh.." Hanna ber-oh ria sambil memasukkan dot ke dalam ke troli. "Kamu ke sini mau belanja, kan? Udah dan belanja aja dan cepet pulang, biar istirahatnya juga cepet," kata Hanna sambil hendak mendorong trolinya, namun Hanif lebih dulu mendorong trolinya.
"Kita belanjanya bareng aja. Aku lihat Mba juga kerepotan. Kenapa Mba bawa Maryam keluar? Kasihan, dia kan masih kecil."
"Di rumah gak ada yang jagain. Jadi terpaksa harus bawa Maryam juga." Hanna memilih susu formula untuk Maryam.
"Maryam minum susu formula?" Tanya Hanif.
"Hmm.. " Hanna mengangguk. "Tapi ini mau nyoba sih.. Kata kamu lebih bagusan mana? Yang ini atau yang ini?" Tanyanya meminta pendapat Hanif tentang dua susu formula yang berbeda merek.
"Yang mahal aja.. mungkin itu yang lebih bagus.." kata Hanif memilih susu formula yang tagnya lebih mahal dibandingkan yang lain.
"Ok, kalau gitu." Hanna langsung memasukkan susunya ke dalam troli.
Hanna menuju tempat sayur dan Hanif tetap menemani wanita itu. Hanna mengambil wortel, brokoli, dan sayuran lainnya. Dia juga tak lupa membeli daging ayam dan buah-buahan.
"Aku udah selesai. Kamu gak akan beli apapun?" Tanya Hanna, karena dari tadi Hanif tidak memasukkan apapun ke dalam troli. Hanya belanjaannya saja yang ada di dalamnya.
"Oh.. iya.. Mba tunggu dulu di sini yahh.." pria itu langsung berlari.
Hanna hanya tersenyum melihatnya. Namun dia tersadar dan menggelengkan kepalanya. Hanna sedikit menggeser trolinya ke pinggir agar tidak menghalangi jalan orang lain.
"Hanna?" seseorang memanggil namanya dan membuat Hanna melihat ke samping dan terpaku diam.
Seorang pria tampan berada di sampingnya.
"Kamu beneran Hanna kan?" Tanya pria itu untuk memastikan.
Hanna mengedipkan matanya dan tersenyum canggung. "Ya.." jawabnya.
"Wah.. aku kira salah orang. Sekarang kamu beda banget, apalagi kamu pake kerudung. Udah lama gak ketemu. Udah empat belas tahun kan? Kamu masih ingat aku kan?"
Tentu saja, Hanna masih ingat. Laki-laki yang pernah membuatnya bahagia. Laki-laki yang menghiburnya saat ayahnya meninggal. Laki-laki yang menjadi penyemangatnya saat SMA dulu. Satu-satunya lelaki yang pernah menjadi pacarnya. "Ya.. tentu. Reza.." ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART GAME 3 : not me, but you (Completed) (Finale)
EspiritualCeritanya enggak recomended buat kamu yang perfect. Bukan kisah cinta bahagia, yang terpikirkan oleh semua orang. Perjalanan pernikahan yang dihiasi dengan lika-liku. Ada masanya ingin berhenti dan meninggalkan semuanya. Jinata Alam, seorang suami...