15: The Beginning

313 39 13
                                    


"Kita dapat antrian nomor empat puluh dua."

"Masih lama, mau mas cariin makan?"

"Dek?"

"Jihyun?"

Satu tepukan pelan di bahu mengejutkan Jihyun. Dia menoleh cepat saat Doyoung baru saja memanggil namanya beberapa kali.

"Kamu mikirin apa?"

"Ng- bukan apa-apa." Dustanya.

"Bener?"

Jihyun mengangguk. Meyakinkan bahwa dia tidak sedang memikirkan apapun.

"Udah ngambil nomor antreannya?"

"Udah. Kita masih lama, mas cari makanan dulu deh gimana?"

Jihyun menatap sekitar. Hari senin memang selalu padat. Lihatlah orang-orang yang sedang menunggu panggilan untuk mengambil obat di apotek ini, sangat banyak. Padahal mereka rela datang pagi agar tidak harus menunggu lama namun pada kenyataannya sama saja.

"Yaudah, aku tunggu disini." Ucap Jihyun, dibalas senyum tipis dan sentuhan lembut Doyoung pada pucuk kepalanya.

Setelah itu dia pergi, meninggalkan wanitanya duduk sendirian bersama orang lain yang sama-sama sedang menunggu giliran.

Jihyun menatap punggung suaminya yang mulai menjauh. Menghela nafas panjang, lalu menyandarkan tubuhnya pada kursi ruang tunggu.

Ada satu hal yang mengganggu pikirannya sedari tadi. Ah tidak, bahkan dari kemarin malam, hingga dia tidak bisa tidur nyenyak.

Nayeon.

Nama itu terus-terusan muncul diotaknya. Bukan karena Jihyun tengah mengingat-ingat seseorang, justru wanita itulah yang tidak akan pernah Jihyun lupakan seumur hidup.

Si pembully itu.

Tidak pernah sedikitpun terpikir bahwa dia akan bertemu dengan wanita itu lagi. Bahkan walaupun hanya sekali Jihyun tidak akan sudi.

Dan lihat sekarang, tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba mereka harus bertetangga? Yang benar saja!

Kalau harga rumah semudah membeli ciloknya mamang Yuta, mungkin Jihyun sudah beli rumah lagi dan pergi sejauh mungkin.

Saat menatap mata wanita itu ingatan masa lalu Jihyun seolah muncul kembali. Bagaimana kejamnya Nayeon beserta antek-anteknya terus merundungnya habis-habisan. Dia bahkan dengan berani meyakitinya secara fisik sampai Jihyun mengalami trauma yang cukup lama. Membuatnya harus pergi ke dokter psikologi selama beberapa bulan.

Jihyun memejamkan mata, memijat pangkal hidungnya yang entah mengapa mendadak terasa nyeri. Apalagi efek kehamilan pertamanya ini, membuatnya sangat kesulitan.

Hari ini saja Doyoung sampai harus membawanya ke dokter lagi karena Jihyun tidak bisa makan sama sekali. Semua yang masuk ke perutnya selalu dikeluarkan lagi dan lagi.

Jihyun berusaha menenangkan dirinya sendiri. Tidak apa, itu sudah terjadi beberapa tahun yang lalu. Mungkin Nayeon sudah berubah. Apa yang harus dikhawatirkan? Jihyun sekarang punya Doyoung, kehidupannya juga sudah lebih bahagia.

"Pusing?"

Jihyun terperanjat kaget saat Doyoung datang secara tiba-tiba seperti makhluk halus.

Untung gak kena tampol kamu doyಥ‿ಥ

Dia kembali dengan kantong plastik besar berisi makanan ringan, mendudukan diri disisi kosong sebelah Jihyun, menatap khawatir.

Mata Jihyun melirik sesuatu pada kursi yang mereka duduki, "mas kita nunggu antrean buat ngambil obat bukan mau naik kereta."

Just Married: Our New Life | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang