Seperti biasa, sorry for typo
Happy reading~-
Doyoung duduk di kursi lorong rumah sakit dengan wajah cemasnya.
Sudah hampir satu jam berlalu, pria itu masih betah di tempatnya. Merenung memikirkan masalah yang menimpa rumah tangganya saat ini.
Jihyun sudah selesai diperiksa. Doyoung merasakan lega yang sangat luar biasa saat dokter berkata bahwa janinnya selamat.
Namun stress berat membuat janin yang ada di dalam perut istrinya itu kurang berkembang dengan baik. Gerakan dan detak jantung sang jabang bayi makin berkurang. Penurunan berat badan sang ibu karena kurangnya asupan nutrisi juga sangat mempengaruhi kesehatannya.
Penjelasan dokter membuat Doyoung semakin dilanda rasa bersalah hingga tidak berani masuk memastikan keadaan Jihyun yang terbaring lemah di bangsal rumah sakit.
Ingin rasanya menggenggam tangan wanita itu, saling memberi kekuatan.
Tapi Doyoung tidak sanggup. Dia terlalu malu bahkan untuk sekedar melihat. Dia semakin menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi.
Wanita itu sudah menunjukkan gejala stress dari sejak awal kehamilan dan Doyoung tidak menyadari itu.
Sial, Doyoung kesal. Sangat.
Pintu ruangan terbuka, menampakkan sosok pria dengan lesung pipi khasnya keluar dengan raut wajah lesu.
"Lo bisa pulang Doy, ada bunda yang jaga di dalem buat malam ini." ujar Jaehyun, duduk di sisi kosong kursi ruang tunggu tepat di hadapan Doyoung.
"Gue bakal tetep disini." kukuhnya.
Jaehyun menyandarkan tubuhnya. Kepalanya sedikit mengadah ke atas, menatap langit-langit rumah sakit yang serba putih.
"Gue saranin lo buat pindah rumah Doy."
Doyoung menoleh cepat, kemudian membuang muka. "Gak semudah itu."
"Terus lo bakal biarin cewe itu terus ada disekitar adek gue? Lo pikir dia cuman bakal sekali dua kali ganggu kehidupan lo berdua?"
Jaehyun menggeram frustasi. Dia merasa kesal saat baru mengetahui jika Nayeon, wanita yang pernah merundung adiknya itu kini malah hidup berdampingan dengan mereka.
Jika saja Jeno tidak menceritakan semuanya, mungkin Jaehyun tidak akan pernah tau.
"Gue... gatau harus ngapain." Doyoung mengusap wajah dengan kedua tangannya.
Dia dipecat, reputasinya hancur berantakan, bahkan banyak mahasiswa yang mengkritiknya diluaran sana.
Berita itu sangat hangat dibicarakan, apalagi di lingkungan kampus tempatnya mengajar yang notabennya merupakan kampus ternama nomor 1 di negeri ini.
Dia bingung, pekerjaannya sudah hilang. Dia juga tidak bisa meminta bantuan keluarga karena masih enggan memberitahu mereka tentang masalah ini. Apalagi kepergian mereka ke Surabaya sudah pasti karena kondisi kakek yang semakin buruk. Tentunya Doyoung tidak ingin menambah beban.
Doyoung sama sekali belum terpikirkan untuk pindah rumah. Tidak mudah dengan keadaan seperti ini.
Setidaknya sampai dia bisa menyelesaikan masalahnya terlebih dahulu baru dia akan mengurusi yang lain.
"Gue bisa urus buat pindah rumah." tawar Jaehyun.
"Gausah Jae, serius."
"Lo sama gue temenan gak setahun dua tahun Doy. Bahkan kita udah jadi keluarga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Married: Our New Life | Kim Doyoung
FanfictionJANGAN DIBACA GAISSS MENDING BACA LAPAK SEBELAH AJA YAAAA WKWKWKKW TT.TT Banyak yang bilang pernikahan itu adalah akhir bahagia dari sebuah perjalanan hidup. Namun pada kenyataannya, pernikahan adalah sebuah titik awal dari segalanya. Meski tidak s...