18: Lunch

284 40 14
                                    

Mohon maaf kalo ada typo
Selamat membaca~

•••

"Aku di lobi."

"Lobi sebelah mana?"

"Emm... Gatau. Pokoknya aku datang di pintu utama."

"Oh, tunggu. Aku dikit lagi."

Bip.

Jihyun mematikan sambungan telponnya, memasukannya ke dalam saku dress selutut berwarna biru muda. Matanya masih terus berkeliling mencari seseorang yang tadi meminta bantuannya untuk membawa flashdisk berisi file data yang tertinggal di rumah.

Siapa lagi kalau bukan Jeno.

Kebetulan hari ini Jihyun berkunjung lagi ke rumah mertuanya. Semenjak kejadian kemarin dia jadi tidak betah di rumah. Nayeon sudah mulai berani mengusiknya lagi dengan hal-hal yang tidak masuk akal. Jihyun kira dia sudah berubah, ternyata sama saja seperti dulu.

Hhhh....

Ngomong-ngomong, Jeno sudah mulai bekerja dan hari ini adalah hari pertamanya. Tapi dia malah meninggalkan sesuatu yang sangat penting. Karena Jihyun kebetulan ada di rumah orang tua Doyoung jadi Jeno meminta bantuannya untuk mengantarkan barang tersebut sebelum jam makan siang.

Jihyun berjalan ke arah kursi panjang yang tak jauh dari posisi saat dia masuk tadi sambil melihat-lihat interior gedung yang terlihat sangat megah dan mewah.

Suasana di dalam cukup sepi. Hanya ada beberapa pegawai yang memang bertugas di lantai dasar.

Tidak heran sih, gedung 12 lantai ini adalah sebuah perusahaan besar. Pasti para pegawai lain lebih sibuk bekerja di lantai atas sesuai dengan posisi mereka masing-masing. Dia jadi membayangkan betapa kerennya Jeno duduk di depan komputer besar tengah merancang sebuah game.

Dan hal yang paling menakjubkannya, perusahaan ini adalah milik tetangganya, Jungkook.

Dunia begitu sempit ya bun.

"Kak!"

Jihyun menoleh ke sisi kirinya. Orang yang dia tunggu akhirnya datang. Dia terlihat masih tampan dengan balutan kemeja putih dengan celana bahan hitam dan dasi yang masih menggantung rapi pada kerahnya.

Wanita itu diam-diam tersenyum kecil ketika menyadari setiap kali Jeno memanggilnya dengan sebutan 'kak', dia sangat lucu. Padahal mereka seumuran.

Mantanku, adik iparku.

"Maaf banget jadi harus nganterin kesini."

"Gapapa Jen." Jihyun memberikan flashdisk hitam dari tangannya.

"Udah mau jam makan siang nih, makan bareng yuk?" Ajak Jihyun.

Jeno terdengar menghembuskan nafas pelan, "maaf banget kak aku gak bisa deh kayaknya, kerjaanku masih banyak."

Seketika wajah Jihyun berubah kecewa. "Yah, sayang banget."

"Maaf ya, nanti deh kapan-kapan kita makan bareng. Aku yang traktir."

Jihyun tersenyum kembali, "yaudah, kalo gitu ini buat kamu."

Dia memberikan paper bag kecil berisi kotak makan siang. Tadi sebelum kesini Jihyun membuat roti keju dengan maksud bisa makan siang bersama Jeno. Tapi karena dia tidak bisa, jadi lebih baik Jihyun berikan saja. Lumayan kan bisa Jeno makan selagi bekerja jikalau nanti dia tidak sempat ke kantin kantornya untuk makan siang.

Senyum Jeno mengembang, menunjukkan eyesmile-nya yang menawan. Siapapun yang melihatnya pasti jatuh cinta–kecuali Jihyun. Ya walaupun pernah sih hehehe. Tapi memang benar, pria itu sangat manis sekali.

Just Married: Our New Life | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang