34: Can I Touch You? ⚠️

558 43 23
                                    

⚠️Warning: 18+

Part ini agak - ya begitulahhh *emot bulan gosong*

Sorry for typo and happy reading

~~~

Aroma obat-obatan khas menusuk indra penciuman Doyoung yang terbaring lemah tak berdaya di bangsal rumah sakit.

Dia bergerak perlahan sedikit demi sedikit hanya untuk berpindah posisi saja, tidak lebih. Tapi rasa sakit di bagian perutnya langsung terasa begitu perih dan ngilu.

Apa mungkin efek obat anastesi yang sudah mulai hilang, membuat itu semakin berdenyut nyeri.

Namun pergerakannya tiba-tiba terhenti ketika sadar ada sebuah beban berat menimpa lengan kanannya yang tidak terbalut selang infus.

Lantas pria itu membuka mata sedikit, dan menemukan seseorang tertidur pulas disampingnya-memeluknya erat.

Doyoung mengerejap beberapa kali. Memastikan jika ini bukanlah mimpi. Kepalanya agak mundur ke belakang sejenak, memandang seorang wanita dalam jarak sedekat itu.

Sedetik kemudian dia benar-benar yakin seratus persen jika dia tidak sedang bermimpi tatkala tangannya menyentuh rambut hitam legam wanita itu yang terasa begitu nyata.

"Jihyun?" Bisiknya, pelan. Nyaris tak bersuara.

Garis bibirnya terangkat sempurna saat itu juga. Melihat wanita yang dia rindukan selama berhari-hari itu kini ada bersamanya, disampingnya. Mata yang masih terpejam dan nafas yang teratur, sudah dipastikan jika Jihyun memang tengah tertidur pulas saat ini.

Doyoung berusaha menarik tubuh kurus itu untuk semakin mendekat padanya. Memeluknya lebih erat walaupun cukup kesulitan karena sakit diperutnya semakin terasa seiring banyaknya dia bergerak. Dan lagi, jangan lupakan perut Jihyun yang sudah semakin menonjol karena adanya makhluk kecil yang hidup disana.

Tapi rasa rindunya tidak bisa dia tahan ketimbang rasa sakit yang dia rasakan. Sungguh, Doyoung sangat merindukan mereka- istrinya dan anaknya. Bahkan sekarang dia tak henti-hentinya menerbitkan senyum bahagia.

"Ng..." Jihyun melenguh pelan, merasa terusik.

Doyoung melonggarkan pelukannya, kembali memandang sang istri. "Kamu kebangun?"

Jihyun masih setengah nyawa, tapi dia bisa langsung menyadari apa yang Doyoung lakukan.

"Mas jangan banyak gerak dulu." Ucapnya parau, khas orang bangun tidur.

Jihyun mencoba bangkit untuk melihat keadaan suaminya, namun ditahan dengan cepat.

"Aku bener-bener kangen kamu." Jawab Doyoung enteng, malah semakin membawa sang istri tenggelam ke dalam rengkuhan hangatnya. "Gini aja sampai pagi."

"Aku takut nyentuh luka kamu, mas."

"Tapi aku pengen nyentuh kamu."

"Eh?"

"Maksudnya, nyentuh seperti ini. Aku kan lagi meluk kamu, apa itu bukan menyentuh?"

"A-ah, iya.."

"Emang kamu mikir apa?"

Jihyun mengemam bibir. Pipinya sudah dipastikan semerah tomat sekarang. Untungnya Doyoung tidak akan bisa melihat itu karena kini Jihyun semakin menelusupkan wajah bersemunya di ceruk leher sang suami.

Disaat seperti ini bisa-bisanya dia memikirkan hal yang iya iya.

Tampol jangan?

Kekehan kecil terdengar dari mulut Doyoung. Dia mengacak rambut istrinya gemas, sembari menciumi puncak kepalanya berulang kali.

Just Married: Our New Life | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang