41. Game Over

123 13 2
                                    


⚠️⚠️⚠️
Part ini agak diperuntukkan utk 17 thn keatas. Bagi yang belum cukup umur, mohon bijak dalam membaca. Hehe

if you like my story, i'm very grateful for those of you who give votes and comments bcs its really make my day:"


Mohon maaf jika ada typo dan teman-temannya.

Happy reading!


——






"Mikir apasih? Serius amat."

Jihyun reflek menoleh ke arah pria pemilik wajah berlesung pipi yang 70% mirip dirinya— ah dirinya yang mirip pria itu maksudnya. Dia masuk ke dalam rumah tanpa permisi, bersiul sambil memutar-mutar kunci mobil di jari telunjuk.

Lantas wanita hamil itu menatap tak suka sambil memutar bola mata. "Aku lagi ngelamun, buka mikir."

"Sama bae."

Si kakak laki-laki mengambil ancang-ancang sebelum mendaratkan diri di sofa yang sama dengan tempat dimana Jihyun duduk, sampai sofa berdecit lumayan keras ketika bebannya semakin bertambah karena tubuh bongsor Jaehyun. Kemudian dia menyandarkan punggung dengan nyaman seolah tidak merasa bersalah, ikut menonton televisi yang menyala tanpa diperhatikan oleh pemiliknya.

"Anjir sofa gue nanti rusak!!!" Cerca sang adik. "Dasar bocil tua bangka!"

Jaehyun menjulurkan lidah, mengambil toples kaca berisi kacang dan memasukan makanan itu ke mulutnya.

"Kak Jae ngapain kesini sih?!!"

"Kenapa? Gak suka?"

"Kalo gak bawa apa-apa, iya gak suka! Tapi kalo bawa sesuatu—"

"Halah penjilat lo." Potong laki-laki itu penuh dendam. Melempar dua buah kacang ke arah adiknya.

"Ngapain sih kesini, gue tanya hah?" Entah mengapa Jihyun langsung merasa emosi melihat wajah kakaknya yang sangat menyebalkan itu, dia melemparkan lagi kacang yang sempat mengenai tubuhnya, ke wajah tampan Jaehyun.

"Berisik lo ah. Emang gue kesini kudu ada alasan dulu?"

"Ya lo gak kerja kak? Ini masih pagi, harusnya lo itu mencari nafkah buat istri dan dua anak lo itu. Dasar pemalas."

Gara-gara perkataannya ini, Jihyun mendapatkan satu toyoran pelan dari sang kakak "Ini hari minggu, bego!"

Jihyun secara otomatis menaikan sebelah alis, kemudian menilik kalender yang tertempel di dinding dekat televisi dan melihat angka dengan warna merah begitu jelas. Ah ternyata memang hari ini hari minggu. Kenapa dia baru sadar?

Wanita itu menggaruk kepalanya. Kebanyakan berdiam diri di rumah membuatnya lupa akan hari-hari yang terus berganti. Tapi disamping itu, yang membuat Jihyun tidak sadar ini hari minggu adalah—

"Tapi kok mas Doyoung ke kantor sih?"

Ini. Jihyun baru sadar tentang ini.

"Ada urusan kali. Biasa, awal-awal kerja harus adaptasi dulu sama lingkungan. Mungkin dia mau ngurus sesuatu, jadi atasan bukan berarti bisa seenaknya libur."

"Yaa tapikan gak mesti hari minggu juga ditrobos."

"Lo tau kan Doyoung kalo kerja gimana? Perfeksionis. Pengen segalanya ada dibawah kendali dia, harus dia yang lihat langsung. Gak bisa ngandelin orang lain. Kalo menurut dia udah sreg, baru deh dia mau tinggalin tuh kerjaan."

Just Married: Our New Life | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang