Namaku Ayumi Takagami. Kalian bisa memanggilku Ayumi. Bisa dibilang...aku masih memiliki darah keturunan Jepang dan Indonesia.
Papaku yang memiliki darah keturunan Jepang. Sementara mamaku berdarah asli Indonesia.
Oh, iya. Aku lupa memperkenalkan kedua orang tuaku pada kalian. Papaku bernama Hiroshi Takagami, dan mamaku bernama Ayumna Sekarani.
Nama mamaku sangat cantik, kan. Aku jadi ingin memiliki nama secantik itu. Tapi, rasanya tidak mungkin. Walaupun begitu...aku sangat menyukai nama terindah yang diberikan oleh kedua orang tuaku.
Ngomong-ngomong, ada yang harus aku beritahukan pada kalian. Kali ini aku harus pindah ke Indonesia, karena papaku dipindah tugaskan ke negara berflower itu.
Walaupun aku lahir di Jepang, tetapi aku juga sangat mencintai negara Indonesia.
Aku jadi tidak sabar untuk pindah kesana. Namun...apa aku bisa meninggalkan teman serta sahabat terbaikku yang ada disini?
Entahlah, lihat nanti. Semoga saja aku bisa meninggalkan mereka semua, dengan hati yang tenang.
♤♤♤
"Oi, Ayumi"
Siapa itu? Ada yang memanggil namaku. Apa dia benar-benar datang untuk menyampaikan salam perpisahan padaku?
"Kazuma Syirugama," gumamku saat melihat sosok sahabat kecil yang sering bersamaku sejak dulu.
"Apa? Kenapa kau menggumamkan namaku?" Tanya Kazuma padaku.
"Ah, tidak. Aku sedang mengingat namamu saja. Agar saat aku sudah berada di Indonesia...aku tidak akan lupa nama sahabat kecilku," jawabku sembari tertawa kecil.
"Ck, ada-ada saja alasanmu itu. Kalau cari alasan itu yang bagus dong," decak Kazuma merasa jengkel padaku.
Ya, walaupun Kazuma jahil...tapi aku sudah menanggapnya seperti saudara sendiri. Perasaan? Aku tak memilikinya, selain sebatas perasaan mencintai sahabatnya sendiri.
"Ayumi, ayo. Nanti kita ketinggalan penerbangan loh," Mama sudah memanggilku.
"Kau sudah dipanggil mamamu tuh," ujar Kazuma.
"Ya, aku tau itu," ucapku mengerti.
Aku baru mau melangkah meninggalkan Kazuma. Tapi tanganku dipegang olehnya. Mataku tak salah melihat, kan? Kenapa Kazuma memberikan tatapan khawatir padaku?
"Hei, Ayumi. Aku itu sudah mengenalmu sejak lama. Aku hanya ingin mengitakanmu saja. Sikapmu yang sedikit pemalu, dan lugu itu. Membuatmu menjadi target buly disekolah, secara terus menerus. Kau bisa lolos dari anak-anak nakal itu karenaku. Kali ini, kalau kau menghadapi masalah seperti itu lagi...aku tak bisa membantumu," Kazuma mengingatkanku
"Jadi kuharap, kau harus melawannya sendiri. Kalau bisa, buat para pembuly itu menjadi anak baik. Semua pembuly memiliki alasan tersendiri, kenapa dia menjadi anak nakal seperti itu. Entah itu masalah diluar, maupun didalamnya. Ingat pesanku ini, Ayumi," lanjutnya.
"Ehm, aku akan mengingatnya selalu Kazuma. Aku memang tidak akan tahu masa depan, serta nasibku akan seperti apa nantinya. Tapi pesanmu itu, cukup membuatku memiliki tujuan baru untuk kedpannya," ucap mengerti.
Ternyata karena itu ya. Aku tersenyum mendengarnya, saat kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku.
Aneh, aku bersikap sok berani. Namun itu semua berbanding terbalik dengan sikapku. Otakku yang sedikit encer, atau terbilang pintar. Kadang membuat orang-orang itu memanfaatkanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi Lain Sang Pembully
Teen FictionAku adalah murid baru di SMP Royal. Hari pertamaku saat masuk sekolah, sangatlah tidak menyenangkan. Mulai dari sebuah teror kejahilan, hingga hal-hal tak terduga yang dibuat oleh sang pembuly disekolah. Namun apa jadinya, jika aku mengetahui alasan...