Gadis yg berada di bawah kukungan Eve itu masih menatap nyalang pada kakak Sepupu Viola ini.
Mau bagaimanapun, harga dirinya telah dijatuhkan oleh gadis blonde ini. Bukannya gentar, dia malah tak menampakan raut ketakutan.
"Hei, dimana tempat paling sepi dan jarang dilewati orang?" Tanya Eve dengan muka garang.
Karin langsung membuka layar tabletnya. Mencari tempat yang pas bagi Eve untuk mengeksekusi dengan nyaman gadis pencari gara-gara di pagi buta seperti ini. Terlebih gadis berhijab ini juga menghindar dari pantauan EEIC.
"Toilet belakang sekolah. Tempat itu jarang dilewati orang karena tempatnya yang sangat bau. Apa tidak masalah?" jawab Karin sembari meminta pendapat.
"Itu lebih dari cukup untuk menyiksa anak ini," ucap Eversia yang sudah tidak bisa menahan emosinya.
BUK
Tonjokan keras mendarat di pipi anak buah Flow ini hingga membuatnya pingsan dalam sekali pukulan. Mulut gadis itu membiru, dan hidungnya mimisan sehabis ditonjok.
"Hah...hah...hah"
Flow bangkit dari posisinya. Tangannya mengibas dikala noda darah anak itu menempel di permukaan kulitnya.
"Sial, gara-gara satu anak ini aku harus melakukan hal yang telah lama di tinggalkan," Glomarin bermonolog.
Viola memberikan sapu tangan kepada kakaknya untuk menghilangkan noda darah yang tertinggal di tangannya.
"Terima kasih," ucapnya menerima sapu tangan itu.
Seringai iblis muncul di bibir ranumnya. Rasa dan hasrat yang sudah sejak lama dipendam olehnya tiba-tiba keluar. Rasanya dia bernostalgia.
"Kalian cepat masuk ke kelas, biar aku yang mengurus anak ini. Saka, ikut aku. Tunjukan tempat yang di maksud oleh Karin tadi," perintahnya.
"Baik kak/baik nona," ucap mereka serempak.
Sebelum pergi, Viola memberikan wejangan kepada Saka mengenai Eve. "Mas, jika kakak sudah menggila, tolong hentikan. Sebab jika dia mengamuk, maka akan sama seramnya dengan Karin. Aku tak mau dia terlibat masalah yang serius. Lalu tolong bawa kakak ke sana melalui rute yang tak terlihat oleh CCTV ataupun EEIC. Tolong ya mas"
Saka mengangguk setelah mendengar perintah nona mudanya. Jujur, setelah melihat semua kejadian tadi, dia merasakan aura yang dikeluarkan oleh Eve hampir sama dengan Karin bila mengamuk. Jika ternyata gadis cantik satu ini menyembunyikan sifat aslinya, maka akan seburuk apa bila dia mengeluarkannya?
Empat sekawan serta Semi yang sudah duluan pergi itu berpisah setelah memberi salam. Tetapi Ayumi terus menatap Eve yang baru saja melakukan hal berbahaya tadi. Sosok blonde itu seakan dirasuki oleh sesuatu yang ganjil. Seakan sifatnya berubah 180°.
"Aneh, kenapa Kak Eve jadi seperti Karin bila sedang mengamuk? Apa hanya perasaanku saja?" Gumamnya.
"Tidak, kau tidak salah merasakan. Hal itu wajar saja, sebab kak Eve adalah guru bela diri pertama kami. Auranya mirip denganku, karena dia juga memiliki kepribadian yang sangat berbeda. Namun lain halnya denganku. Jika aku marah pasti akan menggila, maka dia kebalikannya dariku. Ia lebih bisa mengendalikan emosinya dari pada aku. Lihat saja. Mungkin kak Eve terlihat santai atau tenang, padahal di dalamnya dia sedang menekan emosi agar tidak meluap," Karin membalas gumaman sang sahabat.
"Jangan mendekati kakak bila berada di keadaan seperti ini. Kalau tidak mau terseret atau kena imbas dari emosinya," bisik Viola membawa sang sahabat menjauh dari pintu masuk gedung sekolah. Sebab dirinya takut akan terkena imbas dari amukan Eve.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi Lain Sang Pembully
Teen FictionAku adalah murid baru di SMP Royal. Hari pertamaku saat masuk sekolah, sangatlah tidak menyenangkan. Mulai dari sebuah teror kejahilan, hingga hal-hal tak terduga yang dibuat oleh sang pembuly disekolah. Namun apa jadinya, jika aku mengetahui alasan...