Ayo Mulai

5 2 0
                                    

Peran dan personil tambahan yang tak terduga, itulah berita yang tersebar di telinga para murid mengenai Hortensia. Gadis tunanetra yang ternyata memiliki keahlian itu sungguhlah di luar perhitungan duo ular berbisa.

Mereka hanya mengira bila anak itu dekat karena pertemanan biasa dan bisa menjadi kunci kelemahan dari Karin selain Ayumi. Namun nyatanya salah. Hortensia bagaikan pengawal bayangan yang akan selalu sigap bila ada hal bahaya di dekat gadis Takagami ini. Segala rencana pasti digagalkan olehnya.

Apa lagi kalau tiba-tiba Karin mengetahui dan langsung turun tangan. Pasti semua rencana mereka akan kacau balau.

Hal ini mereka ketahui pada beberapa waktu lalu...

Flashback

"Sial, kenapa si buta itu ada di sana sih? Dan juga, itu pot kenapa bisa di tendang? Itu anak pura-pura buta kali ya?" Gerutu Nana sembari menghentak-hentakan kakinya ke tanah karena sebal.

Flow diam termangu. Otaknya berpikir dan matanya terus menatap ke tempat perkumpulan para kerumunan manusia itu.

Batinnya mencerna segala macam rentetan kejadian yang sekejap itu tadi. Kok bisa? Bahkan dirinya juga tak menyangka. Apa jangan-jangan selama ini si bunga bangkai itu adalah kartu AS dari putri Kaylen?

Praduga terus bermunculan, namun selalu di tepis olehnya. Kasus ini tidak masuk akal, tapi baginya menarik.

"Kak, kita selanjutnya harus bagaimana?" Tanya Nana pada kakak sepupunya itu.

Matanya menyipit saat pertanyaannya itu tak direspon. Setelahnya ia memutar malas bola matanya.

"KAK," pekiknya dan berharap agar sepupunya itu mendengar suaranya.

Flow terkejut bukan main saat putri keluarga Pratabumi itu berteriak dengan kencang.

"Apa sih?" Ketus Flow saat dibuyarkan dari lamunanya yang cukup asik itu.

"Sedari tadi aku memanggil kakak.  Tapi kenapa kau malah diam saja hah? Aku tidak suka," ucap Nana yang berbicara sambil menutup mulutnya menggunakan kipas.

Gadis keturunan Katmaja ini menghembuskan napasnya dengan tak semangat. Dia memandangi sepupunya yang...lumayan cantik.

"Sekarang gini ya, Diana ku yang cantik. Kau memintaku untuk mengerjakan dan berpikir akan masalahmu yang tak kunjung selesai. Tapi kau sendiri hanya hengkang-hengkang kaki. Menuyuruh dan tak berbuat. Kau tak lihat! Berapa banyak anak buahku yang hampir di berantas oleh Karin secara diam-diam? Berpikirlah sebelum bicara," bisik Flow dengan nada yang mengintimidasi.

Sinis sekali tatapanya saat itu. Dirinya sebal, tapi anak ini sudah seperti adik kandung baginya. Serba salah.

Sekarang lihat itu. Gadis sepantaran musuhnya tengah menatap dirinya dengan jurus puppy eyes. Gila, sok cantik dan kecentilan.

Flow memutus pandangannya dan beralih ke arah kerumunan yang sedari tadi masih berbisik-bisik soal kerusuhan silam.

"Bagiku itu sangatlah mustahil," gumamnya.

"Maksudmu?" Nana bingung dengan gumaman Flowren.

"Mungkin si buta hanya beruntung atau memiliki kepekaan yang tajam dengan segala sesuatu di sekitarnya. Kan bisa saja instingnya kuat, makanya tendangannya bisa pas. Aku rasa kita bisa menargetkan anak itu selain Ayumi. Jangan salahkan kita kalo dia kena imbasnya. Lagian dia masuk ke dalam geng anak itu. Pasti bakalan kena slepetan dari kita. Toh kita juga sudah pernah melakukan ini kepadanya. Kita juga tau semua hal yang bisa membuatnya terluka dengan sekejap," ujar sepupunya yang beda 1 tahun darinya saat pemikiran gila itu terlintas di kepalanya.

Sisi Lain Sang PembullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang