Gadis Bunga

13 2 0
                                    

"Hah...hah...hah"

Semi berlari sekencang-kencangnya, saat ingat akan pesanan sang kakak yang sempat dilupakan olehnya ini. Langkahnya semakin dipercepat, dikala ia melihat sosok Karin di ujung pandangannya.

"Maaf menunggu lama," sesalnya sembari menyodorkan kantong plastik berisi pesanan kedua gadis dengan pangkat senior itu.

"Tidak masalah. Lagian kau kenapa lama sekali, Semi? Apa ada kendala tadi?" Karin tak mempermasalahkannya. Dia malah bertanya balik, sembari tangannya mengambil snack kacang panggang pesananya.

"Sedikit. Tadi aku di kejar-kejar para siswi fansbanseku. Tapi karena aku tidak fokus lihat ke depan...aku jadi menabrak gadis tunanetra," jawab pemuda dengan nama belakang Maharu itu sembari meminum air mineral untuk menghilangkan rasa dahaga sehabis belari sejak tadi.

"Gadis tunanetra?"

Viola tertarik dengan pembahasan adik angkat sahabatnya itu. Kepala kedua murid baru pindahan ini tertuju kepadanya, dikala mereka mengerti jika Larasati mengetahui sesuatu tentangnya.

"Kak Viola tahu siapa dia? Kalau tidak salah...dia seangkatan sama kakak, karena mengenakan dasi yang sama, yaitu kelas 11"

Ujaran putra Mariam ini, sungguh membuatnya ingin menjawab pertanyaanya itu. Namun ada satu hal yang membuatnya tidak bisa menjawab akan hal itu.

"Tidak, mungkin dia anak kelas sebelah. Kalau kau penasaran, lebih baik cari tahu sendiri tentangnya. Aku tidak bisa memberi tahu kalian"

"Kenapa? Kenapa kau tidak mau memberi tahukannya pada kami?"

Kini sahabat kecilnya lah yang angkat bicara. Viola semakin dibuat bimbang, karena hal inilah yang tak mau didengar olehnya.

"Hah~"

Helaan napas keluar begitu saja dari mulutnya. Entah dia harus memakai penjelasan yang seperti apa, agar kedua orang ini paham.

"Dia adalah anak yang spesial di mata kebanyakan orang. Namun dia adalah anak yang di gunjing oleh sebagian murid julid. Kami menyebutnya gadis bunga, karena memang namanya serta kebaiasaan ia mengenakan aksesoris bunga sudah begitu melekat padanya"

"Trus/trus kak?"

Viola menyipit tajam. Bisa-bisanya penjelasannya di potong begitu saja oleh mereka.

"Dengarkan sampai aku selesai bicara," ucapnya seraya mendengus kesal.

Gadis keturunan Varsha itu menetralkan amarahnya. Dia menghela napas sejenak, dan menghembuskannya.

"Alasan kenapa aku tidak memberitahu kalian adalah...karena dia yang memintanya"

"Hah?"

Kedua kakak beradik itu mengekspresikan kebingungannnya secara bersamaan.

"Kalau tidak percaya, lihat saja sendiri," langsung saja Karin dan Semi menolehkan kepala ke arah yang ditunjukan oleh jari Viola.

Mata mereka terbelak saat melihat sosok gadis dengan surai sepinggangnya tengah berdiri anggun, sembari menyentuh bibirnya dengan jari telunjuk. Bahkan tongkat putih yang sebelumnya terlipat, kini terbuka dengan baik. The white can itu dipegangnya seperti memegang tongkat pada umumnya.

Gadis yang mengenakan aksesoris bunga itu menganggukkan kepalanya sejenak seperti tanda terima kasih. Setelahnya ia pergi meninggalkan tempat itu.

"Ah, tunggu," baru saja Semi ingin mengejar gadis itu, namun tangannya dicegat oleh Viola.

"Jangan!!"

"Kenapa?"

"Dia tidak mengizikanku untuk memberi tahu identitasnya kepada kalian. Mungkin besok kalian bisa mencarinya untuk berbincang-bincang sejenak. Asalkan niat kalian baik, maka ia akan menerima kehadiaran kalian dengan senang hati. Dan satu hal lagi alasanku kenapa mencegatmu"

Sisi Lain Sang PembullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang