Gelembung-gelembung air yang memiliki kandungan kaporit itu semakin membanyak, dikala tangan-tangan tak tergapai ini mengibas-ngibaskan lengannya.
Berusaha untuk bergerak naik, namun hal itu tak bisa dilakukannya. Kakinya di ikatkan dengan batu besar, hingga membuat gerak daya beban semakin bertambah berat di dalam air.
Kian lama tubuh ramping yang semakin melemah ini tenggelam, bagaikan sebuah jangakar kapal yang sengaja di jatuhkan kedasar laut lepas.
Napasnya kian menipis, dan bibirnya membiru akibat dinginnya air yang sejak tadi terus merengkuhnya dalam kesunyian.
Tangannya terus terangkat, seolah-olah dirinya berharap akan ada orang yang menyelamatkannya dari lubang air ini.
"Siapapun...tolong aku. Rasanya...napasku tidak lagi cukup untuk sekedar melaraskan tempo jantung dan dada yang telah penuh terisi oleh air," kata-kata itulah yang menjadi penyemangat terakhir di benaknya.
Matanya memberat. Otot-otot tubunya melemas. Tangan yang sejak tadi terus bersuaha mencapai sesuatu, kini kehilangan daya tariknya.
Ah, kini dia benar-benar sudah seperti jangkar hidup yang siap mendarat di dasar kolam.
"Ayumi...Ayumi"
"Bertahanlah...Ayumi"
Sempat gadis dengan surai sebahu itu membuka matanya sejenak. Bibirnya tersenyum dengan sangat tipis, dikala retina lemahnya bisa melihat sosok sang sahabat berhijabnya sedang datang berenang menghampirinya.
Tak lama. Hanya 2 detik ia lakukan hal itu, dan setelahnya matanya kembali tertutup. Kesadarannya kembali diambil paksa oleh ketenangan air ini.
Viola buru-buru mempercepat gerakannya, dan membuka setiap simpul tali yang mengikat pada kaki kiri putri dari Hiroshi ini.
Dengan sigap dia menangkap tubuh yang telah terlepas dari kekangan batu berat itu, dan membawanya keatas permukaan kolam.
"Ohok...ohok"
Viola terbatuk-batuk, karena terlalu banyak menelan air kaporit itu. Dia menaikan tubuh gadis Takagami ini secara perlahan-lahan, dan barulah dirinya.
Sebisa mungkin dia melakukan CPR yang pernah dipelajarinya dulu saat pelajaran olahraga, karena keadaan Ayumi yang benar-benar sudah masuk kedalam kategori tak bernapas dan nadinya hilang.
Walaupun dirinya panik, tapi dia berusaha untuk tenang dan melakukan yang terbaik untuk sahabatnya. Berulang kali ia melakukan hal itu, supaya semua cairan kalsium hipoklorit keluar dari tubuh gadis bersurai hitam sebahu ini.
Tak berapa lama Ayumi memuntahkan semua air didalam dadanya, melalui mulut yang sejak tadi berusaha dimasukan oksigen oleh Viola.
"Ohok...ohok," dirinya terbatuk-batuk, selayaknya seseorang setelah tersedak air minum.
Matanya terbuka. Hal itu membuat Viola berucap syukur berulang kali. Tetapi itu hanya sesaat saja. Tubuh Ayumi tiba-tiba lemas, dan matanya terpejam kembali.
Larasati yang sejak tadi mendekap tubuh sahabatnya itu bingung setengah mati. Pingsan, kah? Ya, mungkin seperti itu. Hanya ini saja yang menjadi persepsinya sekarang.
Secara hati-hati Viola mencoba membopong tubuh sahabatnya kearah sun longer yang disediakan oleh sekolah didalam ruangan ini. Ia merebahkan tubuh Ayumi pada kursi santai itu secara perlahan-lahan.
Selesai akan urusannya yang membuat Ayumi rebahan dengan nyaman...kini dirinya beralih menuju loker tempat menyimpan barang milik anak-anak, di tempat ganti pakaian.
Dia menulusuri tiap-tiap loker yang berbeda nomor itu, hingga sampailah dirinya pada pintu yang dituju. Loker bertuliskan angka 510 itu dibuka olehnya. Bibirnya menyeringai, dikala benda yang selama ini dipersiapkannya...akhirnya akan berguna dikeadaan genting seperti ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/273545889-288-k204914.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi Lain Sang Pembully
Teen FictionAku adalah murid baru di SMP Royal. Hari pertamaku saat masuk sekolah, sangatlah tidak menyenangkan. Mulai dari sebuah teror kejahilan, hingga hal-hal tak terduga yang dibuat oleh sang pembuly disekolah. Namun apa jadinya, jika aku mengetahui alasan...