Viola POV
Sejak tadi, aku terus mencari keberadaan Karin. Anak itu terus menghilang dari pandanganku sejak pagi. Dibangkunya-pun hanya ada tasnya. Sedangkan orangnya, entah ada dimana. Sepertinya dia menyembunyikan sesuatu lagi dariku.
Kakiku terus berjalan. Mencari keberadaan seseorang yang tengah melayang diotaku saat ini.
Ayolah, aku khawatir dengannya. Beberapa hari yang lalu, dia mengalami pelepasan emosi yang sangat luar biasa hebat dari biasanya. Aku takut ia kenapa-kenapa setelah pulang sekolah.
Fikiran-fikiran buruk terus merasuk kedalam batinku. Aku tak mau hal buruk ini menjadi kenyataan.
Langkahku berhenti pada satu tempat yang menurutku benar. Ya, rooftop sekolah. Akankah tempat ini menjadi pelarian akhirku, untuk mencarinya? Aku hanya bisa berharap.
Aku buru-buru memutar kenop pintu yang berada didepanku. Membukanya, hingga terlihatlah sosok yang sejak tadi dicari olehku.
"Ketemu," gumamku merasa bahagia. Hembusan angin, menyambut kehadiranku yang tengah diambang kegundahan.
Kaki jenjangku langsung menuju kearahnya. Kulihat matanya tengah menyiratkan kebahagian, namun begitu sendu. Kosong? Sepertinya tidak.
"Hei, kau sudah mendingan?" Tanyaku padanya yang tengah duduk termenung dirooftop sekolah. Aku menepuk pundaknya pelan, untuk menarik perhatiannya.
"Mendingan? Apa maksudmu? Aku tidak mengerti," sahabatku bertanya balik. Apakah pertanyaanku susah dimengerti olehnya?
Aku memosisikan duduk disampingnya. Mencari posisi ternyaman, sebelum memulai acara bincang berbincang ini.
"Aku rasa...aku tak perlu menjelaskan arti dari perkataanku barusan. Seharusnya kau sudah mengerti, bukan?" Aku memberikan jawabannya mengandung inti sari tebakan.
"Hihi," tawa kecil keluar dari mulutnya. Senyum kebahagian, terukir dibibirnya.
Ah, benar juga. Kebahagian, apa sebenarnya arti kebahagian itu? Apakah itu suatu ungkapan, disaat hati merasakan guncangan yang begitu membuncah?
Apakah kebahagiaan itu datang, dikala melihat orang yang dicintai tersenyum dengan tulusnya didepan kita?Sejujurnya, aku tidak mengerti arti kebahagiaan bagi seseorang yang kusayangi dan kucintai.
"Sudah seperkian pekan hingga tahun aku melihatmu tersenyum, namun tak setulus sekarang. Karin, apakah kau saat ini tengah bahagia? Raut wajahmu terlihat sangat jelas sekali," ucapku tanpa sadar.
"Apakah begitu jelas terlihat?" Tanyanya padaku.
"Hm," aku mengangguk.
Karin memainkan jari-jari tangannya. Sekelemut fikiran, mungkin tengah mengudara difikirannya.
"Ya, aku bahagia," jawabanya sendiri dengan tegas.
Jawaban darinya, membuatku tertegun. Apakah semua itu yang selama ini kau inginkan? Tolong, jawab aku dengan jujur. Tapi mengapa, bibirku tidak pernah bisa berucap seperti itu?
Kau sahabatku dari kecil. Kita sudah saling mengenal dari zaman taman kanak-kanak, bukan? Namun kenapa, aku seperti melihat sebuah tembok yang kokoh ditengah-tengah hubungan kita? Aku selalu tidak bisa memanjat tembok besarmu itu.
Ada apa? Sebenarnya mengapa kau membuat tembok besar itu? Apakah kau takut aku melihat sisi burukmu begitu saja? Apakah kau tidak mau, kalau aku menangis untukmu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi Lain Sang Pembully
Teen FictionAku adalah murid baru di SMP Royal. Hari pertamaku saat masuk sekolah, sangatlah tidak menyenangkan. Mulai dari sebuah teror kejahilan, hingga hal-hal tak terduga yang dibuat oleh sang pembuly disekolah. Namun apa jadinya, jika aku mengetahui alasan...