Exercise or Therapist ?

5 3 0
                                    

Sudah 2 kali pertemuan mereka melakukan pelatihan keras dari Eve di kediaman Viola. Semuanya di gembleng habis-habisan oleh gadis bule campuran Kanada ini.

"Hah...hah...hah...hah"

Napas yang terengah-engah, begitu kentara dari para anggota yang di latihnya. Tapi tidak untuk Saka. Pemuda berusia 29 tahun ini sudah terkapar di atas lantai sebab latihan ekstrim dan sparing yang ia lakukan bersama Eve.

"Sudah cukup, aku lelah kak. Mau sampai kapan kita latihan berat seperti ini? Rasanya nyawaku melayang setiap melakukan itu semua," keluh Semi sembari menyeka keringat di lehernya.

Lalu bagaimana respon Karin dan Viola? Oh, sahabat berhijab itu masih berekspresi biasa walau sebenarnya letih. Bagi mereka, ini hal wajar. Toh kakak mereka maniak latihan keras seperti itu, kalau ada waktu luang.

Kalau Hortensia? Hoho, jangan di tanya lagi. Gadis tunanetra itu malah asyik duduk di pojokan ruangan sembari mengelap toya (tongkat panjang seperti tombak) yang di berikan Glomarin kepadanya kemarin. Pertemuan benda bagus itu membuatnya nyaman. Seperti teman, mereka langsung akrab dalam sekali ayunan.

Kini pengawal sekaligus supir pribadi Viola kembali bangun. Dia menuju loker miliknya, dan mengambil tumbler minumnya. Semua cairan di dalamnya di teguk dengan cepat. Terbukti, tenggorokannya merasa dahaga yang sangat luar biasa setelah melakukan aktivitas ini.

"Kita akan latihan sampai kalian semua bisa kulepaskan ke ring pertandingan. Kali ini, lawan kita bukanlah main-main. Mereka sanggup melakukan hal gila yang tak terduga dan diprediksi oleh kita. Tunggu sampai Ayumi bisa menjaga dirinya sendiri. Barulah semuanya berakhir. Tak akan kubiarakan anak murid didikanku di perlakukan seperti ini," jawab Eve sembari mengatur pernapasannya.

Sebagai pusat pembicaraan, Ayumi menunduk dalam. Andai dirinya sehebat mereka, mungkin yang lainnya tak perlu melakukan semua pelatihan ini. Ya, tidak perlu.

"Gomen ne," lirihnya kecil yang tak di dengar semua orang. Matanya berkaca-kaca, tapi tak di tumpahkannya semua liquid bening itu.

Dirinya sudah meniatkan, kalau kali ini ia ingin berubah. Harus, dia harus bisa melakukan perubahan.

Prok...prok...prok

"Baiklah, semuanya berkumpul sebentar," panggil Eve meminta semuanya mendekat ke dirinya.

Seusai interuksi, 6 orang itu berkumpul pada satu titik hingga membuat lingkaran dengan Eve di tengah-tengah lengkungan itu.

Senyum simpul diberikannya terhadap setiap anggota yang sudah berlatih keras.

"Aku tahu kalian lelah. Aku tahu kalian letih. Tapi ini untuk kebaikan kalian semua. Aku mengajarkan bukan semerta-merta hanya untuk memerintah sahaja. Karin, Viola. Kalian adalah titik tumpu utama di sini. Sebab kalianlah yang mungkin akan selalu ada di dekat Ayumi. Semi, Hortensia. Potensi kalian besar. Bagiku, kalian itu pengawal bayangan. Ada, tapi begitu tersembunyi oleh mata musuh. Itu sebuah peran yang sangat luar biasa. Lalu Saka....aku harap kamu mengerti tanpa diberi tahu olehku. Sebab kamu, pengawal paling luar dari ranah mereka. Tidak, kita berdua penjaga mereka dari luar," Eve memberikan sedikit pencerahan.

Matanya kini mengarah ke Ayumi yang selalu saja menunduk dalam. Senyumnya luntur, saat melihat raut murung dari gadis berdarah campuran Jepang ini.

"Ayumi, apa kamu tahu? Pengalamanmu, mengingatkanku akan cerita lama. Kisahku, di beberapa tahun lampau. Untung dirimu hanya mengalami yang sederhana seperti ini. Sebab aku...."

"CUKUP!! Cukup kak, kumohon"

Suara lantang Viola yang setelahnya mengecil, membuat mulut Eversia terbungkam. Tubuh adik sepupunya ini bergetar.

Sisi Lain Sang PembullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang