"Ka-kalian!! Ngapain kalian disini?" Tanya Karin dengan sedikit mendesis, tanda tidak suka.
Badan Karin memperlihatkan pose kewaspadaan dihadapan orang yang memanggil namanya. Gadis berhijab itu berdiri digaris paling depan, untuk melindungi Ayumi yang berada disisinya.
Ia tahu, kalau mereka berdua adalah orang tuanya. Tapi bagaimana-pun, dia tak mau menyeret keluarga sahabatnya itu kedalam masalah pribadinya.
"Sa-sayang, kita pulang yuk. Kau sudah merepotkan mereka cukup lama, jadi ayo pulang. Kan tidak enak seperti ini terus," ajak Kaylen dengan kehati-hatian disetiap perkataannya.
"Sungguh ajakkan yang menggiurkan, ayah. Tapi...aku tidak ingin pulang ke rumah itu. Tempat dimana, aku menyaksikan hal yang mengerikan didepan mataku sendiri," tolak Karin dengan begitu dinginnya.
Kaylen terkejut dengan nada bicara putrinya yang terlampau dingin. Pemandangan yang dapat ditangkap oleh oleh matanya-pun, hanyalah wajah putrinya yang begitu datar.
Antara rasa takut dan bersalah, membuat dirinya semakin tertekan dengan semua ini.
Karin menatap ayahnya dengan malas. Ia melengos masuk kedalam rumah Ayumi, dan mengurung diri didalam kamar tamu.
"He-HEY, KARIN. DENGARKAN AYAH DULU. KALAU SEDANG DIAJAK BICARA DENGAN ORANG TUA, LALU KAU PERGI BEGITU SAJA...ITU NAMANYA TIDAK SOPAN. KARIN!!" Kaylen mencoba menarik perhatian putrinya dengan berteriak, namun hasilnya nihil. Karin sama sekali tak menanggapinya.
Baru saja dia ingin masuk kedalam rumah keluarga Takagami ini. Namun tangannya langsung dicegat oleh Hiroshi, agar dia tak membuat kekacauan.
"Justru bukankah anda yang tidak sopan dengan teriak-teriak didepan rumah kami, ayahnya Karin? Saya sudah mendengar semua ceritanya dari anak anda sendiri. Dan saya prihatin dengan sikap anda yang terlampau tidak baik, terhadap istri serta putrinya. Sesama lelaki, saya merasa malu dengan sikap anda yang tak terpuji seperti itu," celetuk Hiroshi dengan sedikit menyindir.
Ayah dari Ayumi itu menyilangkan tangannya didepan dada. Ia tidak suka hal seperti ini terjadi dirumahnya.
"Maksud anda?" Tanya Kaylen merasa tersindir. Kepalanya menengok pada sosok laki-laki yang berada disampingnya.
Hiroshi tertawa kecil. Matanya memutar malas, akibat pertanyaan yang diajukan Kaylen padanya.
"Entah anda tahu darimana Karin berada disini...namun itu bukanlah sesuatu yang patut saya pertanyakan. Satu hal yang harusnya anda sadari sebelum datang kesini. Apa alasan dari Karin sampai kabur dari rumah? Anda bisa saja memperingati hal yang salah pada putri anda. Tapi kenapa anda melakukan hal yang dilarang itu? Bukankah harusnya anda merasa malu?" Hiroshi mengingatkan kembali.
"Sesama ayah yang memiliki anak seorang putri, sikap anda sudah terlewat batas. Anak perempuan itu memiliki hati yang lemah lembut. Mereka akan merasa sakit hati, jika mendapatkan perlakuan buruk," lanjutnya memberi tahu pada Kaylen.
Narala merasa suasana disini begitu tegang. Dia menenangkan suaminya yang sempat emosional.
Ayumna sebenarnya jengkel dengan sikap ayah dari sahabat putrinya. Ia sempat berfikir untuk terus menyembunyikan Karin dirumahnya.
Tapi saat melihat tingkah Narala yang merasa tidak nyaman, membuat hatinya luluh.
"Ibu, mari masuk dulu. Biarkan para lelaki ini menyelesaikan masalahnya disini. Ayo," Ayumna menuntun ibu dari Karin ini untuk masuk kedalam rumahnya.
Dia menyuruh putrinya itu untuk menemani Karin, sedangkan dirinya menyiapkan minuman untuk Narala.
♤♤♤
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi Lain Sang Pembully
Подростковая литератураAku adalah murid baru di SMP Royal. Hari pertamaku saat masuk sekolah, sangatlah tidak menyenangkan. Mulai dari sebuah teror kejahilan, hingga hal-hal tak terduga yang dibuat oleh sang pembuly disekolah. Namun apa jadinya, jika aku mengetahui alasan...